4.Kankaku

320 42 0
                                    

Hehe lama ya? Maaf L lgi–PIP–bahkan ngga sengaja pub Visual chap. Maaf, mianhe, Sorry, Pardon🙏😣.

***

Angin menerpa wajahKu yang memerah semerah strawberry, anak anak rambut biruKu bergoyang mengikuti arah angin. Mataku tidak bisa lepas dari wajah tampan pria berambut perak itu. Tapi itu tak bertahan lama sampai suara seseorang yang Aku tafsirkan seorang pria. Bulu kudukKu merinding kala mendengar suara gentle yang Aku yakini bukan milik lelaki tampan didepannya itu,
Arthur.

Nona? Kau bisa mendengarku?

Si-siapa itu?!

Ah, maaf ketidak sopananKu ini Nona. Aku adalah Sistem SA10282.

Aku ditugaskan oleh seseorang untuk membimbing orang orang yang tersesat di dimensi lain, seperti Nona ini.

Jadi..... KAU AKAN MEMBANTUKU UNTUK PERGI DARI SINI?

Ya—

Ohh, sungguh?! Astaga Aku benar benar bahagia, Aku menjadi sangat merindukan Paman Diego sekarang.

Emh, Nona... Begini Kau salah tanggap. Aku bukan berbicara akan hal itu. Tapi,

Ouh, sepulangku dari sini Aku akan mandi busa. Pasti akan sangat segar. Rindunya~

Houuh, sudahlah. Ehem, iya Nona. Kau bisa pulang ke dunia morrtal.

Tanpaku sadari Arthur sudah hilang dari hadapanku, moodku yang sebelumnya hancur akibat Arthur mulai membaik karna ucapan Sistem SA10282. Pikiranku melayang membayangkan mandi busa dan bertemu dengan Paman Diego dan Billy. Satu detik kemudian kesadaranku kembali ke dunia nyata akibat sebuah tepukan di bahuku.

"Eh?"

Aku menatap gadis berambut neon hijau yang lebih tinggi dariku beberapa centi.
"Nina, apa yang Kau lakukan disini?"
Tanyaku dengan senyum canggung.

Nina berkacak pinggang menatapku gemas.
"Seharusnya Aku yang bertanya, Nona. Apa yang Kau lakukan disini?"
Nina memiringkan kepalanya sedikit, masih dengan berkacak pinggang.

Aku membalikkan tubuhku, sempurna, menghadap Nina. Aku menggaruk tekukku yang tidak gatal, mataku jelalatan melihat keatas langit.
"i-itu, itu Aku sedang melihat lihat kebelakang pohon karena mendengar suara keras datang dari sini."
Alibiku mengalir lancar, selancar air yang mengalir di pipa ruchika.

Sedetik kemudian Aku tersadar kalau pria bak dewa yunani yang sebelumnya bersamaku itu sudah
menghilang.
"Eh, dimana Arthur?"
Gumamku bingung.
Dengan bingung Aku berjalan ke arah tempat dudukku sebelumnya.

"Oh ya Nona, apakah Nona sudah menemukan apa yang Nona cari di buku itu?"
Nina berjalan di belakangku dengan tenang, Ia melirikku dengan penasaran.

"Itu, Aku belum menemukannya." Dan karnamu juga Aku menjadi sangat penasaran dengan ramalan yang Kau bicarakan itu. Sambungku dalam hati.

"Aku membawakan macaroon untuk Nona, bukankah Nona menyukai makanan ini?" Nina memberikan sebuah kantong biskuit yang berisi padaku.

Minggu lalu, Aku membuat macaroon karna merindukan rasa manis buatan Bibi Merryna. Dengan berbekal ingatan Aku membuat makanan manis itu di dapur Istana Menara dengan kelinci percobaan yaitu koki dan pelayan pelayan dapur. Aku juga memerintahkan Nina untuk mencatat resep tersebut agar Aku tidak lupa.

Sebelum ke gundukan tanah yang menyerupai bukit kecil itu yang sebelumnyaku pakai duduk tadi Aku menyuruh Nina untuk membuat macaroon. Dengan semangat Aku meraih kantong kue itu.

Kubuka tali yang mengikat atas kantong itu, Kamipun duduk di atas tanah yang beralaskan kain hijau muda agar gaunku tidak kotor. Sebenarnya Nina menawarkan untuk memakai kursi baca hadiah ulang tahun ke 5-ku dari Ibu Deborah. Jika kalian bertanya kenapa Ibu baruku itu memberiku kursi baca jawabannya ialah karena Aku sering membaca buku dan Ibu Deborah berpikir jika Aku sangat menyukai buku, padahal jika tidak berlandaskan rasa penasaran Aku tidak akan membaca buku.

Nyam, nyam, nyam.

Kurang manis, tapi cukup enak.

Kepalaku naik turun dengan indra pengecapku yang menelusuri rasa macaroon berwarna putih itu—tanpa warna—.

(AUTHOR POV)

Disisi lain Arthur sedang menatap Amber dari jauh dalam diam. Ia bisa merasakan pelayan yang duduk di samping gadis yang Ia sebut-sebut mate-nya sendiri itu adalah seorang Kankaku, Kankaku adalah manusia, tetapi manusia tersebut berbeda dengan manusia lainnya. Manusia jenis Kankaku mempunyai panca indra yang tajam. Baik indra pengecap maupun penglihatan serta pendengaran.

Berbeda dengan klan klan lainnya seperti Demon, Angel, Vampire, dan lainnya. Kankaku merupakan manusia versi lain yang terbentuk alami, sedangkan Vampire dan lainnya diciptakan oleh seorang penyihir dari manusia.

Manusia berjenis Kanku lebih banyak ditemui di bagian timur di bawah kekuasaan Klan Penyihir, tapi jarang ada Kankaku di daerah Kekaisaran Rowena. Mata lelaki berambut perak itu memicing melihat Kankaku disamping Amber itu menangkup kedua tangan mungil mate-nya itu.

Lama Ia menatap kedua gadis berbeda usia itu. Tak lama Ia merasakan merinding di tekuknya, sebuah tepukan Arthur rasakan di pundaknya. Dengan ragu pria tampan itu berbalik.

Sial, Leav berhasil menyusulku.

Keringat dingin mengucur di tubuh atletis-nya, ditatap-nya gadis bertubuh gempal dengan gaun pink terang, tangannya memilin rambut indahnya disisi lain matanya menatap Arthur dengan binar. Arthur menatap gadis itu horor.

"Pangeran Arthur hamba memberi salam."
Gadis bertubuh gempal itu sedikit menundukkan kepalanya dengan tangan yang sedikit menaikkan gaun kesukaannya itu. Hampir semua anggota badannya kurang indah, tapi rambut hitam legam-nya itu sangatlah indah bahkan menandingi keindahan rambut perempuan dari Klan Angel yang menempati urutan pertama dalam rupa.

Satu detik kemudian Arthur melesat menjauh dari gadis yang Ia tak sukai itu. Teriakan terdengar dari mulut gadis bernama Leav itu memanggilnya, Leav pun ikut melesat mengejar Arthur, pujaan hatinya.

Lainkali kita akan bertemu lagi mate. Sial, aku belum bertanya siapa namanya. Benar benar sial.

*

**
Maaf lama 😩
                  👉👈

Star To Amber (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang