DRAMA [Treasure]✓

•아홉•

"Hhhhh"

Seseorang terbangun dari mimpi buruknya itu,dan mengelap keringatnya yg bercucuran.

"Gue...mimpi lagi?" dia menghela nafasnya kasar.

tok.tok.tok

"Bang gue masuk ya!"

Tanpa dijawab orang itu masuk dan tersenyum kecil,"Telat lo?"

"Ck masa bodo!"

Orang itu yg lebih muda darinya mengernyit,"Lo mimpi lagi?kayak 2 bulan lalu?"

Orang yg ditanyai mengangguk,"Gue bingung sumpah,kenapa gue mimpi terus?gue gak tenang!"

Adik sepupunya itu menghela nafas ia juga sama bingungnya,"Gak tau bang,lo tanya ma kakek aja."

"Hah?sejak-"

"Gue disini berarti yg lain juga disini,bego!"

Orang itu menepuk dahinya kaget, sampai-sampainya ia lupa kan adiknya itu berada di Jepang,kenapa sekarang ada disini jika tidak datang bersama yg lain?.

"Yaudah gue mandi dulu!"

Adiknya itu mengangguk dan keluar.

"Kek,"

Kakek nya yg sedang membaca koran didampingi secangkir kopi itu menoleh dan tersenyum hangat.

"Apa kabar Yoshi?"

Yoshi tersenyum,"Baik,Kek. Kalau Kakek?"

Kakeknya atau biasa disebut Kakek Kane karna Marganya Kanemoto.

"Baik juga,kamu kenapa baru bangun?"

Yoshi meringis kecil,"Semalem begadang Kek." bohongnya

"Kek,aku mau-"

"Kek kita pergi dulu ya,ayo bang."

Sang Kakek tanpa mengangguk saja.

Yoshi berdecak,"Lo apa-apaan?!"

"Lo jangan tanya Kakek dulu, sekarang lo ke Kampus, temuin temen lo."

"Gue ikut." Yoshi berdecak,"Gak!"

Adiknya itu mendengus,"Terserah,udah gue bantuin juga."

"Emang lo bisa apa?!" songong Yoshi

Adiknya itu tersenyum miring,"Gue itu berbeda asal lo lupa."

Ahh Yoshi lupa.

Sekarang Yoshi berbeda dengan yg dulu,dia lebih menjadi introvert.

Yoshi mempunyai teman 11 orang,temannya itulah yg ada di mimpinya.

Mimpinya dimana ia dan temannya memainkan game aneh dan berujung kematian.

Yoshi slalu memimpikannya,bukan langsung semuanya tapi potongan-potongan memori yg terjadi beberapa tahun lalu.

Yoshi berjalan cepat karna ia benci keramaian.

bruk..

Yoshi berdecak pelan dan membantu orang yg ia tabrak.

"Makasih."

Yoshi terkejut dia reflek mundur satu langkah.

"Lo kenapa?"