Hari yang dingin dipertengahan desember, aku yang mencoba menikmati hari liburku hanya sibuk bermain ponsel diatas tempat tidur, saat mataku hampir kembali terpejam, terdengar sebuah teriakan khas pemilik rumah ini dari bawah.
"Hei Ji Eun, turunlah .. !! ada Sunny datang berkunjung"
mendengar itu aku langsung bangkit dari tempat tidur dan berlari kebawah."Eonnie, ini masih pagi dan kau sudah merindukankku..." aku yang awalnya berteriak sambil turun kebawah seketika terdiam melihat Sunny datang dengan muka merah dan mata sembab.
Aku mengajak Sunny kekamarku, tampak sekali telah terjadi sesuatu pagi ini, aku turun mengambil minumanan hangat dan kembali keatas memberikanya kepada Sunny.
Awalnya dia hanya diam, tapi setelah itu Sunny mulai menangis dihadapnku.
Setelah menemaninya menangis hampir lebih 1 jam akhirnya Sunny mulai menceritakanya kepadaku apa yang terjadi pagi ini, kini dia menceritakanya dengan kondisi sangat kosong, sepertinya semua energinya telah habis saat menangis tadi.
Aku mendengar ceritanya dan kaget dengan ending yang seperti drama itu, aku tidak menyangka pria dingin itu malakukan hal itu.
"Eonnie, bukankah kau juga mencintainya?" Tanyaku pelan kepada Sunny.
"Karena aku sangat mencintainya, maka aku harus melepaskanya Ji Eun" Sunny menjawabnya sambil melamun dihadap jendela.
"Bukan seperti itu konsep mencintai seseorang Eonnie" aku mencoba mengajukan protesku kepada Sunny.
"Tapi bagaimana bisa seorang wanita yang tidak sempurna sepertiku berada disampingnya Ji Eun, dia pantas mendapatkan wanita yang lebih baik" Sunny memandangku dengan tajam dan tampak seperti akan menangis lagi.
Melihat kondisinya Sunny terlihat sedang mengalami krisis kepercaan dirinya, dia terus mengatakan kalau dia wanita yang tidak sempurna dan merasa tidak pantas berada disamping seorang superstar idolanya, dia terus menempatkan dirinya adalah seorang penggemar sejati yang berharap idolnya mendapat yang lebih baik dari yang bisa diberikanya.
***
Selang waktu berlalu, aku berusaha terus berada disisi Sunny, dia sering tiba-tiba menangis saat teringat pria itu bahkan marah-marah sendiri, setiap menonton sebuah acara yang dibintangi oleh pria itu Sunny sangat bersemangat dan tersenyum ceria, tapi dia bisa saja tiba-tiba menangis dan mulai menyalahkan dirinya lagi.
Aku tau kalau pria itu berusaha mengubungi Sunny dengan surat yang dia titipkan kepada satpam gedung tempat tinggalnya, tapi Sunny selalu berkata setiap aku membahas surat itu.
"Aku menyimpannya sebagai seorang penggemar Ji Eun, aku takut hati ini rapuh saat membacanya"
Begitulah akhirnya surat-surat itu berakhir didalam kotak dibawah meja belajarnya Sunny.
***
Ini adalah awal bulan febuary yang cerah, malam ini aku berjanji akan mengunjungin Sunny untuk mengantarkan cake choklat buatanku, seperti layaknya pasangan lain aku mencoba belajar membuat beberapa menu choklat untuk mempersiapkan perayaan valentin dengan pacarku nanti, dan Sunny akan menjadi orang pertama yang mencicipnya terlebih dahulu.
Aku sungguh kaget, saat masuk kedalam kamar Sunny yang tampak sangat berantakan, dilantai sobekan amplop bercecer kemana-mana dan yang paling membuatku kaget melihat Sunny juga terbaring lemah hampir pingsan dibawah sana sambil memeluk beberapa surat di dadanya.
Akupun bergegas menelvon pacarku dan membawa Sunny ke rumah sakit, kata dokter Sunny mengalami dehidrasi serta juga kelelahan mental itu berakibat buruk terhadap lambungnya.
Aku duduk disamping tempat tidurnya, menatap sambil menggengam tangan Sunny.
"apa perasaan itu sebegitu membuatmu menderita Eonnie?" Aku bertanya tanpa mengharapkan jawaban dari Sunny yang sedang tidur.
Aku yang tau masa lalu Sunny paham betul bagai mana hatinya pernah hancur berkeping-keping, tapi kali ini seseorang yang menyembuhkan hatinya adalah pria yang dia anggap tidak boleh dia gapai sama sekali.
Sunny seorang wanita yang terlihat kuat dan ceria diluar sebenarnya adalah sosok wanita yang sangat rapuh dan ringkih, dia menahan seluruh perasaanya demi kepentingan orang lain, dia menolak pria itu karena memikirkan perasaan para penggemar yang sangat mencintai idolanya, dan dia berfikir pria itu harus mendapatkan yang terbaik.
"Eonnie, kau juga harus mendapatkan yang terbaik" Aku yang masih menggengap tangan Sunny mencoba mengajaknya berbicara.
Tiba-tiba Sunny bangun, dia kaget karena sedang berada dirumah sakit, hal pertama yang dia tanyakan adalah surat2 dari pria itu, aku menjelaskan telah membereskanya dan menyimpan kembali kedalam kotak, aku juga memaksa Sunny untuk tetap istirahat sampai kondisinya pulih.
"Eonnie, perasaanmu sudah membaik ?" tanyaku pelan sambil terus menggengam tanganya.
"Tidak Ji Eun, semuanya kacau, hatiku benar-benar sakit" Sunny meneteskan beberapa air mata dan aku langsung menyekatnya.
Dalam keadaan lemah Sunny menceritakan tentang pertemuanya dengan Namjoon yaitu leader dari BTS, dia sadar bahwa hatinya semakin terasa sakit saat melihat orang yang dia cintai menderita, tapi dia sudah membuat keputusan dan tidak ada jalan untuk kembali.
"Bukankah pria yang bernama Namjoon itu memberikanmu sesuatu eounny ?" Aku mencoba kembali mengingatkan Sunny.
"Tapi apa pantas, aku yang sudah menolaknya datang lagi menemuinya Ji Eun" Sunny tampak sangat ragu.
"Bukahkah setiap orang memiliki kesempatan kedua Eonnie ?" aku mencoba tersenyum meyakinkan Sunny.
"Apakah aku boleh ?" Sunny menatapku ragu.
"Eonnie, dimataku dan mungkin juga pria itu, kau adalah wanita berharga" Aku menatap Sunny hangat
"Jadi jangan terus kau berfikir kalau dirimu tidak pantas untuk memiliki sesuatu" aku melanjutkan kata-kataku dan menggenggam erat tangan Sunny.Sunny hanya diam dan mulai masuk kedalam pikiranya, untuk beberapa hari Sunny harus dirawat dirumah sakit karna kondisinya yang buruk.
Keluargaku juga datang untuk memberinya semangat dan juga menghiburnya, aku harus membuat Sunny mengerti bahwa dia juga seorang wanita yang berharga dan layak mendapatkan sesuatu tanpa harus mempedulikan perasaan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Yoon is Idol - Min Yoon Gi
FanficKisah ini akan terasa nyata, membayangkan masa depan bertemu seorang Min Yoon Gi *** Seketika Yoon menarik tanganku duduk disampinya di sofa depan tv, dia menatapkku dalam seperti bersiap akan mengatakan sesuatu, hatiku deg-degan dan aku terdiam me...