Bab 2

8K 935 24
                                    

"Sebenarnya mereka ke mana? Kenapa belum datang juga," gerutu Jordi tak sabaran. Menunggu pembantu baru datang tapi sampai saat ini belum terlihat batang hidungnya sedikit pun.

Kenakalan Bian benar-benar membuat siapapun akan frustrasi, anak itu tidak segan melempar barang, atau merusak mainan dikala sedang merajuk pada ayahnya. Dan itu yang terkadang selalu menyulut emosi Tuan Mario. Di sela kesibukan sebagai CEO di perusahaan besar. Ia harus membagi waktunya untuk meladeni tingkah anak kecil Bian yang sangat menyebalkan.

"Om. Bian gak mau Mbak baru. Bian maunya Ayah."

Suara jeritan itu. Jordi menampilkan senyuman. Memangku tubuh kecil Bian dan mencoba membuat anak kecil itu lebih tenang. Usia Bian baru menginjak 4 tahun. Namun emosinya memang tidak mudah untuk dikendalikan dengan baik.

"Mba baru nya juga baik kok. Nanti Bian pasti suka."

"Bian maunya Ayah. Kenapa Ayah terus ninggalin Bian di sini. Bian pengen sama Ayah Om."

"Ayah Bian kan sibuk. Jadi untuk sementara Bian sama Mbak baru dulu ya."

Ting tong

Suara bel pintu. Pertanda yang ditunggu sedari tadi telah datang. Jordi segera menurunkan Bian dan mendudukan tubuh mungil itu di atas sofa.

"Sepertinya Mba baru sudah datang. Bian tunggu di sini. Om buka pintu dulu."

Jordi melangkah ke arah pintu utama. Membuka pintu dan menemukan dua gadis dengan tinggi yang sama tengah berdiri canggung di depannya.

***

"S-selamat siang Mas Jordi. Mohon maaf kami terlambat. Jalanan sangat macet. Dan ini pembantu baru untuk Tuan Mario namanya Dahlia."

Nia berinisiatif untuk berbasa-basi terlebih dahulu. Meskipun jantungnya terus bertalu tak karuan dan keringat dingin membanjiri tubuhnya. Bukan karena takut di marahi. Tetapi Nia adalah salah satu pembantu di kompleks pondok Lestari ini yang sering kepincut lelaki tampan salah satunya pada lelaki yang berdiri di depannya. Ia selalu melihat lelaki ini mondar-mandir masuk ke dalam rumah ini dan Nia begitu terpesona akan ketampannya. Sudah mah masih muda. Dan dia terlihat sangat giat bekerja. Nia tahu Jordi adalah asisten Tuan Mario.

Ia sangat senang ketika Jordi tanpa disangka mendekatinya dan meminta nomor kontaknya. Walaupun niat lelaki itu hanya untuk mencari tahu pada Nia apakah ada yang mau bekerja menjadi pembantu di rumah Tuan Mario. Tetapi Nia tetap berusaha membantu mencarikan sampai ia ingat dengan sahabat kecilnya Dahlia. Dan meminta gadis itu ikut bekerja dengannya ke kota.

"Tidak masalah. Sekarang masuk lah."

Nia langsung tersenyum semringah. Berniat memasuki pintu namun Jordi tahan. Gadis itu refleks menatap Jordi bingung.

"Loh Mas tadi katanya masuk."

"Bukan kamu tapi dia."

Tatapan Nia mengarah ke tempat di mana Dahlia berada. Lalu menghela napas kecewa mau tidak mau Nia mulai mundur dan membiarkan Dahlia bersama Jordi.

"Lia, Aku gak bisa temenin kamu ke dalam," ungkap Nia sedih. Lebih sedih lagi ia tidak bisa dekat-dekat dengan lelaki impiannya.

Sedangkan Dahlia hanya menampilkan seulas senyuman. Untuk menenangkan Nia agar tidak khawatir terhadap keadaannya.

"Aku baik-baik saja kok. Makasih ya Nia sudah bantu sampai sini."

"Eh atuh udah kewajiban sebagai sahabat harus saling membantu. Bener kan Mas Jordi." kedipan mata Nia membuat Jordi langsung membuang wajahnya asal. Ia malah lebih fokus mengamati Dahlia yang tengah berwajah pucat. Seberantakan itu penampilannya Jordi masih melihat kecantikan alami yang dimiliki gadis ini.

Kulitnya kuning langsat, dan tingginya terbilang cukup mungil di tambah rambut hitam panjangnya yang bergelombang. Namun sayang satu yang Jordi sesali. Jauh-jauh ke kota gadis ini hanya memakai sedal jepit dan baju lusuh, malah terlihat seperti gembel pinggir jalan. Jika bosnya melihat penampilan ini dipastikan Dahlia pasti akan langsung dipecat. Tapi ngomong-ngomong Jordi merasa pernah melihat gadis ini tapi di mana Jordi lupa tepatnya. Yang pasti ia pernah melihat wajah seperti ini.

Embusan napas Jordi terdengar ia tidak mau memikirkan hal yang lain. Ia segera mengeluarkan suara menyuruh Dahlia untuk masuk ke dalam rumah majikannya.

"Yasudah sekarang kamu masuk. Kita bicarakan pekerjaan kamu di dalam."

Dahlia mengangguk antusias. Dengan pelan ia kemudian mulai ikut masuk, sesekali melirik Nia yang sudah berlari ke arah rumah jauh di seberang rumah yang akan ia tempati. Rumah ini tidak berdekatan dengan rumah tetangga. Jaraknya cukup luas dan gerbang rumahnya tinggi-tinggi menjulang. Di tambah bangunan rumah di sini megah semua. Yang ia pijak saat ini lebih megah dari yang lain. Bertingkat 3 dengan halaman hijau membentang luas.

"Yang harus kamu butuhkan di sini adalah kesabaran." Suara Jordi terdengar kembali membuat Dahlia mengerjap dan fokus mendengarkan ucapan lelaki di depannya.

"Karena sebelumnya orang yang akan bekerja di sini selalu tak tahan dengan sikap Tuan muda di rumah ini. Bian memang nakal tapi dia adalah anak yang pintar dan satu hal lagi dia sangat rapuh dan haus akan kasih sayang orang tua. Kamu harus mengerti dan bisa mengendalikan emosinya agar tidak terjadi hal buruk."

Jordi menjelaskan hal paling terpenting sambil membawa Dahlia pada ruang tamu yang terdapat Bian di sana. Dahlia refleks menggigit bibir bawahnya. Dari tatapan mereka yang kini bertemu hati Dahlia sudah merasa tak tenang. Sorot mata anak itu terlihat sangat tidak menyukainya.

"Nah dia Bian. Tuan Muda yang akan kamu asuh. Dan rumah seluas ini yang harus kamu bersihkan. Gaji 5 juta sebulan sangat cukup kan untuk mengerjakan semua ini?"

Senyuman canggung Dahlia terlihat di depan Jordi. Dahlia bahkan tidak bisa membayangkan ia bisa mengantungi uang sebanyak itu dalam waktu satu bulan. Biasanya paling banyak ia dapatkan di desa satu bulan hanya 500 ribu saja. Itu pun pekerjaanya di bawah terik matahari. Jika dibandingkan dengan pekerjaan ini sangatlah jauh sekali. Bekerja di dalam rumah mewah dan diberi makan plus tempat tinggal gratis pula. Menurut Dahlia. Upah sebanyak itu sudah lebih dari cukup. Ia akan langsung mengirimkannya pada sang ibu untuk membayar hutang pada Juragan Sugeng senilai 5 juta rupiah. Ia tidak perlu dijadikan tumbal jika Dahlia berhasil lulus kerja di sini.

"Saya akan berusaha memberikan yang terbaik pada pekerjaan ini Tuan."

Jordi seketika menggeleng mendengar kata Tuan yang terlontar dari mulut mungil Dahlia.

"Jangan salah paham. Aku bukan majikan kamu jadi tidak perlu panggil Tuan. Panggil Mas saja. Namaku Jordi, asisten Tuan Mario. Semoga kamu betah bekerja di sini ya."

Sodoran tangan Jordi membuat Dahlia terpaku di tempat. Dengan canggung ia meraih jabat tangan itu dan tersenyum malu saat Jordi terlihat terkejut ketika menyentuh telapak tangannya yang kasar.

Dahliamenarik tangannya lagi dan meremas tangannya sedih. Tangannya memang taksemulus milik Nia karena sehari-hari dia hanya mengurus kebun singkong. Danmengambil rumput untuk makan ternak tetangga. Jadi kulit tangannya tidak adayang mulus. Terasa kasar dan banyak bekas luka.

Pembantuku IstrikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang