Esok paginya, Daniel dan Tiffany berangkat ke sekolah. Mereka duduk bersebelahan didalam bus. Tiffany yang duduk di dekat jendela tampak menatap sedih keluar jendela.
Tiba-tiba, kaca jendela itu ditetesi oleh tetesan-tetesan air, rupanya hari itu cuaca sedang tak baik, sama seperti suasana hati Tiffany.
Daniel yang sedang mendengar musik melalui headset menoleh kearah Tiffany. Daniel pun melepas headset nya. "Lagi-lagi kau melamun. Apa yang sedang kau pikirkan sekarang?" Tanya Daniel.
Tiffany menatap Daniel, "Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu sepulang sekolah nanti."
"Membicarakan apa?" Tanya Daniel.
Tiffany tak menjawab pertanyaan Daniel, ia kembali menatap keluar jendela.
Sementara itu, Daniel hanya memasang wajah kebingungan, lalu ia pun kembali mendengarkan lagu.
---
Sepulang sekolah, Tiffany dan Daniel makan disebuah restoran kecil.
"Apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Daniel penasaran.
Tiffany pun menjawab, "Aku akan tinggal bersama Ayahku di LA."
Daniel terkejut mendengar jawaban Tiffany.
"Karena aku masih SMA, aku harus mempunyai wali yang mengurus semua kebutuhanku. Aku juga harus ikut dengannya jika aku ingin belajar disekolah seni."
"Jadi, apakah kau akan pergi meninggalkanku?" Tanya Daniel.
"Mungkin aku kembali beberapa tahun lagi saat aku lulus dari sekolah seni itu." Lanjut Tiffany. "Aku sangat tak ingin meninggalkanmu, aku juga tak ingin meninggalkan rumahku. Tapi, hanya ini yang bisa aku lakukan."
"Kapan kau berangkat?" Tanya Daniel. "Apakah kau akan memutuskan hubungan kita?"
Tiffany meletakkan kedua tangannya di kedua pipi Daniel, "Aku tak akan memutuskan hubungan kita. Aku juga tak mungkin melupakanmu. Kau tahu? Walaupun aku kehilangan ingatanku, tapi hatiku terus merasa bahwa kau adalah orang yang sangat familiar. Saat itu aku melupakan semuanya, dan aku berusaha mengembalikan ingatanku."
Daniel hanya diam menatap ragu-ragu kearah Tiffany.
"Tapi, hanya kau yang berhasil mengembalikan ingatanku. Ingatanku kembali saat membaca surat-surat darimu 5 tahun yang lalu." Ucap Tiffany. "Kau akan terus berada diingatanku dan juga dihatiku, jadi jangan pernah meragukanku."
Daniel hanya diam. Ia tak mampu berbicara lagi.
---
1 minggu berlalu, tibalah saat Tiffany akan berangkat ke LA. Tiffany dibantu oleh Krystal, Irene, dan Jackson. Setelah memasukkan barang-barangnya kedalam taksi, Tiffany pun menatap kearah rumah Daniel.
Beberapa hari ini, Daniel tak pernah keluar rumah. Saat Tiffany ingin menemuinya, Ibu Daniel pasti mengatakan bahwa Daniel tak ingin bertemu dengan Tiffany.
"Apakah Daniel marah padaku?" Tanya Tiffany dalam hati.
"Apakah tak apa-apa Daniel tak mengantarmu ke bandara?" Tanya Jackson.
Tiffany hanya mengangguk, "Tak apa-apa."
Jackson menatap wajah Tiffany, sangat jelas bahwa ia sangat ingin diantar oleh Daniel. Jackson pun mengambil ponselnya dari sakunya. Lalu mengirimkan sms kepada Daniel.
---
Daniel terbaring diatas ranjangnya. Ia sangat tahu bahwa hari ini adalah hari keberangkatan Tiffany ke LA. Tapi, Daniel lebih memilih untuk tidak menemui Tiffany.
Tiba-tiba, sms dari Jackson masuk ke ponselnya.
"Tiffany sudah berangkat. Kau sangat bodoh. -Jackson"
Daniel terkejut, "Dia sudah berangkat?" Dengan cepat, Daniel langsung berlari keluar rumah. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Tiffany yang baru saja mau masuk kedalam taksi.
Tiffany menatap Daniel dengan tatapan kosong.
Daniel langsung berlari dan memeluk Tiffany, "Apakah kau bodoh? Apakah kau tak ingin pamit padaku saat kau akan pergi jauh?"
Tiffany tersenyum dalam pelukan Daniel. Ia merasakan tangisan Daniel, "Ini alasanku tak ingin menemuimu sebelum aku pergi. Aku tak ingin melihat air matamu." Ucap Tiffany yang ikut menangis.
Melihat Tiffany dan Daniel berpelukan, Irene bersandar ke pundak Jackson, "Sepertinya aku harus mencari pacar." Ucap Irene. Tiba-tiba, Irene sadar bahwa ia tempat ia bersandar adalah pundak Jackson, ia kira ia bersandar dipundak Krystal, "Maaf." Ucapnya.
Jackson menatap Irene sejenak, lalu ia pun kembali menatap kearah Tiffany dan Daniel.
Tiffany dan Daniel pun melepas pelukan masing-masing. Tiffany menatap Daniel, "Bisakah kau menungguku?" Tanya Tiffany sembari meletakkan kedua telapak tangannya di kedua pipi Daniel.
Meskipun air matanya terus mengalir, Daniel memaksakan diri untuk tersenyum, "Aku akan menunggumu." Jawabnya sembari mengangguk pasti.
---8 tahun kemudian---
Seorang cowok tampak baru saja selesai jogging di sekitar taman. Cowok itu pun pulang kerumahnya dan memeriksa kotak suratnya.Ia mengambil amplop surat yang ada didalamnya, ia pun masuk kedalam rumahnya sembari membaca nama pengirim dari surat itu, "Stephanie Keisha."
Bibirnya melengkung membentuk senyuman yang selalu ia tampakkan setiap kali mendapat surat dari kekasihnya. Ya, cowok itu adalah Daniel.
Meskipun sudah 8 tahun tak bertemu dengan Tiffany, Daniel masih tetap setia menunggu Tiffany.
Daniel pun duduk di sofa ruangtamu. Ia membuka amplop itu. Ada selembar daun dan beberapa foto didalamnya. Ada juga surat yang ditulis oleh Tiffany.
"Dear El
Disini sedang musim gugur, aku mengirimkanmu daun yang terbang masuk kedalam rumahku. Aku juga mengirimkanmu beberapa fotoku yang aku ambil beberapa hari ini, aku semakin cantik bukan?Setahun lagi, aku kembali kesana. Apakah kau masih merindukanku?
Aku tak tahu apakah kau masih semangat menungguku atau justru sudah bosan padaku. Tapi, aku ingin kau tahu bahwa aku sangat merindukanmu.
Aku ingin menggenggam tanganmu, menatap matamu, melihat wajahmu, dan mendengar suaramu. Aku merindukan semua tentangmu.
Aku mencintaimu.
From Your beautiful girl
Stephanie Hwang"Senyum Daniel semakin mengembang setelah membaca surat darinya. "Aku juga merindukanmu, Fany." Ucap Daniel dalam hati. "Aku masih setia menunggumu."
Daniel pun menatap foto-foto yang dikirimkan Tiffany. Memang benar, Tiffany semakin cantik dan berpenampilan dewasa.
---
Malamnya, Daniel yang memakai kacamata tampak duduk di kursi meja belajarnya, ia sedang membaca dokumen-dokumen kasus. Sekarang, Daniel telah menjadi seorang pengacara. Setelah membaca dokumen-dokumen kasus itu, ia pun membereskan dokumen itu dan ingin segera beristirahat untuk menemui terdakwa nya besok.
Tiba-tiba Daniel melihat keluar jendela, ia terkejut saat melihat jendela kamar Tiffany. Kamar Tiffany tampak terang, padahal dirumah Tiffany tidak ada siapapun.
Tiba-tiba gorden jendela kamar Tiffany terbuka, dan tampak seorang cewek yang tersenyum kearah Daniel.
"Tiffany?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Eyesmile Couple
FanfictionStephanie Keisha, atau biasa dipanggil Tiffany, adalah siswi SMA. Dia tak terlalu pintar, dan tak terlalu cantik. Namun, dia sangat spesial karena senyuman menawan dan eyesmile yang selalu menghiasi wajahnya. Dia jatuh cinta kepada seorang lelaki y...