Part 9: Hah?

1.1K 111 25
                                    

"El, aku menyukaimu." Ucap Tiffany langsung to the point.

Sementara itu, Daniel tampak terdiam dan terkejut dengan ucapan Tiffany.

"Apa maksudmu?" Tanya Daniel yang terpaku dengan ucapan Tiffany.

Tiffany pun menyerahkan sebuah amplop berwarna pink kepada Daniel. Ternyata amplop itu adalah surat cinta yang telah Tiffany buat bertahun-tahun yang lalu.

Daniel kembali terpaku membaca surat itu.

Daniel kemudian menatap Tiffany, "Maaf. Selama ini, aku tak tahu bahwa kau mempunyai perasaan yang lebih kepadaku." Ucap Daniel. "Karena itu, aku juga tak mempunyai perasaan apa-apa padamu selain rasa sayang sebagai sahabat."

Tiffany terdiam. Ia tak tahu harus mengatakan apa. Tiba-tiba, ia mengingat bahwa hari itu adalah tanggal 1 bulan April. Ia pun tersenyum, "April Mop!!" Teriak nya dengan suara lantang. "Bagaimana? Apakah kau terjebak?" Tanya Tiffany sembari tertawa, meskipun matanya mulai berkaca-kaca ingin menangis.

Lalu, Tiffany pun berjalan masuk kedalam rumahnya.

Sementara itu, Daniel tahu bahwa Tiffany bersungguh-sungguh menyatakan perasaannya.

---

Tiffany kembali menangis sendiri dalam kamarnya. Jawaban Daniel tadi dapat diibaratkan menampar anak kecil yang sedang menangis. Bagaimana tidak, baru saja Tiffany berduka tapi jawaban Daniel malah makin membuat Tiffany semakin menangis.

Ia pun memutuskan untuk berhenti menangis, "Sudahlah. Anggap saja dia adalah cinta lama ku." Pikirnya.

Meskipun begitu, Tiffany tetap menangis. Tiba-tiba ponselnya berdering tanda ada sms yang masuk.

"Apakah kau baik-baik saja? -Daniel"

Tiffany pun menjawab nya, "Ya. Bukankah aku sudah bilang bahwa kejadian tadi hanyalah tipuan? -Tiffany"

"Bukan itu maksudku, apakah kau baik-baik saja sendirian dirumah? -Daniel"

"Ya. -Tiffany"

Setelah itu, tak ada lagi balasan dari Daniel.

Tiffany menghela nafas. Lalu, ia pun tertidur.

---

Esoknya, Tiffany tampak bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Saat ia keluar rumah, ia melihat Daniel yang kelihatannya sedang menunggu Tiffany di depan pekarangannya.

Namun, Tiffany mengabaikan Daniel, lalu ia berjalan pergi.

Melihat Tiffany pergi, Daniel langsung mengejar Tiffany. Akhirnya Daniel mengejar Tiffany, dan kini ia berdiri dihadapan Tiffany, "Maaf." Ucap Daniel.

"Untuk apa?"

"Karena Ibu mu." Jawab Daniel.

Tiffany tersenyum tipis, "Tak apa." Jawabnya singkat, lalu segera berjalan kembali.

"Malam nanti, aku menunggumu di taman. Ada sesuatu yang harus kubicarakan." Ucap Daniel setengah berteriak karena Tiffany mulai menjauh dari nya.

Meskipun sudah agak jauh, Tiffany masih mendengar ucapan Daniel.

---

Tiffany masuk kedalam kelasnya. Tampak semua siswa-siswi menatap kearahnya. Tiffany hanya tersenyum tipis kepada mereka semua, lalu Tiffany pun duduk dibangkunya.

Semua nya pun mendekat kearah Tiffany.

Macam-macam pertanyaan yang diucapkan oleh teman-temannya itu. "Apakah kau baik-baik saja?" "Jadi kau hanya sendirian dirumahmu?" "Mau aku temani?"

Tiffany hanya tersenyum menanggapi pertanyaan mereka semua.

-Tiffany POV-
Jujur saja aku merasa terganggu dengan pertanyaan mereka. Tapi, aku senang mereka sangat perhatian denganku. Meskipun aku sering menjahili mereka.

"Kau tahu? Kemarin kelas rasanya sangat sepi karena kau tak datang." Ucap salahsatu teman kelasku.

"Ya, benar. Kemarin Pak Alex hanya diam karena siswi yang sering ia marahi tak datang." Sambung yang lainnya sehingga membuat semua nya tertawa.

Aku tertawa kecil, ternyata semua teman-temanku merindukanku.

Tiba-tiba, aku kembali teringat dengan Daniel yang berkata, "Malam nanti, aku menunggumu di taman. Ada sesuatu yang harus kubicarakan."

Pikiranku kembali terisi dengan hal itu. Untuk apa dia mengajakku bertemu di taman?
-Tiffany POV End-

Sepulang sekolah, Tiffany singgah ke sebuah cafe. Ia ingin makan di cafe itu. Dia kembali memikirkan saat ia memeriksa jumlah uang di tabungan Ibu nya, dan uang itu sangat banyak.

Namun, Tiffany tetap tak ingin hanya bergantung pada uang itu, "Aku harus kerja paruh waktu." Pikir Tiffany. "Tapi, dimana?"

Saat Tiffany hendak melahap makanannya, dia melirik kearah dinding cafe itu, dan ia melihat sebuah poster yang menunjukkan bahwa cafe itu sedang membuka lowongan untuk menjadi pengantar makanan.

Tiffany pun segera menghabiskan makanannya, lalu segera menemui manajer cafe itu.

"Apakah sudah ada yang mengisi lowongan itu?" Tanya Tiffany menunjuk poster.

Manajer itu hanya menggeleng.

"Boleh aku mengisi lowongan itu?" Tanya Tiffany.

"Boleh saja. Tapi apakah kau hanya ingin kerja paruh waktu?" Tanya manajer.

Tiffany mengangguk, "Boleh aku kerja diwaktu siang saja?" Tanya nya.

---

Tiffany pun keluar dari cafe dengan wajah senang. Lalu, ia pun segera pulang kerumahnya.

Saat Tiffany sampai depan rumahnya, tiba-tiba ia melihat Daniel yang tampak membawa kotak hadiah yang besar.

Daniel terkejut saat menyadari Tiffany sedang menatap kearahnya, Daniel langsung cepat-cepat masuk kedalam rumahnya.

Tiffany tampak mengkerutkan dahinya melihat sikap Daniel yang aneh.

---

Menjelang sore, ponsel Tiffany berdering. Tiffany pun menatap layar ponselnya. Ternyata ada sms dari Daniel.

"Jangan lupa malam nanti. -Daniel"

Tiffany tak membalas sms itu. Ia hanya terdiam. Dalam hatinya, ia bertanya-tanya, "Sebenarnya apa yang maksud Daniel ingin bertemu denganku? Kalaupun ingin membicarakan sesuatu, kenapa tak langsung saja? Rumahku kan cuma beberapa langkah dari rumahnya."

Meskipun penasaran, Tiffany memilih untuk tidak bertanya.

Malamnya, Tiffany pun bersiap untuk pergi menemui Daniel.

Tiba-tiba saat ia sampai ditaman, mata Tiffany membelalak.

"Surprise!!!"

Tiffany tampak memasang wajah bingung, "Hah?"

---

[1] Eyesmile CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang