[6] Perasaan Nyaman

2 0 0
                                    

#Bap3rinAja

"Tenangkan hatimu, buatlah kehadiranmu berharga sebab Tuhan akan selalu ada. Libatkanlah DIA di setiap jalanmu."
______
_______

"Jika bahagia bisa ditetapkan sendiri maka semua akan terasa indah, bukankah begitu?" ungkap Ameira setelah menyelesaikan bacaan Al-Qur'an.

Mukena masih melekat pada dirinya, perempuan itu terpaku dengan apa yang baru saja melanda—ia masih mengingat kejadian itu.

Satu hari lalu, setelah selesai dari toilet. Ameira memberanikan diri untuk datang ke meja makan lagi, dengan menggenggam kedua tangan itu si perempuan berjalan dengan elegan.

Arandra adalah bos atau pimpinan dari tempatnya bekerja, tapi sekarang ia dipecat karena alasan yang tidak diketahui.

Sebelum Ameira duduk kembali, laki-laki bernama Arandra langsung berkata kepada semua yang berkumpul di sana. Ia menatap netra si perempuan yang baru saja datang, semua orang tampak penasaran apa yang mau disampaikan laki-laki gagah itu.

Tak sengaja Aira melihat tingkah laki-laki itu, yang duduk di seberangnya. Lalu, si perempuan pemilik senyuman yang manis Ameira sudah duduk di kursinya lagi.

"Ibu, aku minta maaf sebelumnya dan aku minta maaf juga kepada Om dan Tante." Arandra kini menatap satu per satu yang ada di ruang itu.

"Kenapa minta maaf Nak?" tanya ayahnya Aira heran.

Semua masih memperhatikan Arandra menyelesaikan kalimatnya.

Lantas laki-laki itu dengan tegas mengatakan, "Dari awal aku tidak menyetujui perjodohan ini karena aku sudah menyukai orang lain, kulihat Aira pun tidak serius dengan hubungan ini. Jadi Om dan Tante mohon pengertian atas keputusan yang aku dan Aira akan ambil."

"Perjodohan ini sudah ditentukan sejak kalian masih kecil," sela ibunya Aira.

"Kalian berdua sudah kenal sejak kecil, apa di antara kalian tidak ada yang saling suka?" tanya ibunya Aira, ia memandangi putrinya dan wajah laki-laki itu.

'Jadi keduanya sudah saling kenal sejak kecil? Aira kenapa dia belum cerita apa-apa denganku!' batin Ameira, ia terlihat sangat bingung dengan situasi yang terjadi.

Ameira menoleh ke arah perempuan yang ada di sebelahnya, netranya seolah meminta penjelasan. Aira merasa ragu untuk bicara, lalu ia kembali diam dan seolah menikmati minumannya, ia mengabaikan perempuan itu.

Ameira sangat kesal, perasaannya seperti dihantam oleh batu besar. Gerak-gerik si perempuan ini diperhatikan lagi oleh Arandra, ia punya kesempatan yang bagus pikir laki-laki itu.

"Om, Tante ... aku menyukai gadis yang ada di sebelah Aira," sahut Arandra menatap tulus ke arah perempuan bernama Ameira.

Semua di ruangan itu dibuatnya terkejut, pernyataan itu pun di dengar jelas oleh Ameira. Si perempuan terbatuk sesaat sedang minum, lalu punggungnya di usap Aira.

Aira yang mendengar itu pun terhentak kaget, kini ia menyadari akan sesuatu.

"Apa-apaan ini Arandra!" seru ibunya langsung berdiri, lalu beralih ke Aira. "Nak Aira, apa kamu tidak menyukai putraku ini?" tanya ibunya dengan lembut.

Aira terdiam sejenak, " ... Maaf tante, Aira tidak bisa menerima perjodohan ini juga," ungkap Aira dengan sedikit ragu mengatakan semuanya.

Ia melirik ayah dan ibunya, Aira yakin bahwa kedua orang tuanya akan mendukung keputusan putrinya.

"Tante, sebenarnya aku sedang dekat dengan seseorang dan laki-laki itu serius denganku. Jadi, Aku juga tidak setuju dengan perjodohan ini!" serunya tegas, sementara Ameira yang mendengar perkataan sahabatnya itu hanya tersenyum sambil menahan perasaan kecewa.

Jejak yang Bertamu (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang