[4] Alasan Aira Menolak

2 0 0
                                    

#Bap3rinAja

🌺 HAPPY READING 🌺

Ameira sangat kelelahan, ia tak sanggup membuka netranya lagi. Ia separuh sadar dan tidak. Lalu tiba-tiba suara ketukan pintu mulai terdengar, Ameira masih belum beranjak. Tapi sepertinya Ameira harus mengalah untuk membukakan pintu itu, sebab ketukan itu semakin mengeras membuat Ameira tersadar walau belum seratus persen hingga akhirnya ia pun menggerutu.

Tok tok tok!

"Siapa yang mengetuk pintu malam-malam begini, aku rasanya gak sanggup bangun!" serunya pada dirinya sendiri sambil memakaikan jilbab instannya.

Ia pun berjalan ke arah pintu dengan pelan dan membukanya. Saat itu seorang laki-laki berjaket hitam, berdiri sempurna di hadapannya namun wajahnya tertutupi tidak begitu terlihat, sebab ia memakai helm di kepalanya dan tertutupi oleh kaca helm. Kedua tangannya membawa kantung kresek bening, netranya kini mengamati hal itu. Ameira nampak kebingungan, lalu mendongak menatap ke arah laki-laki itu.

Tanpa basa-basi laki-laki itu berkata,"selamat malam, benar ini atas nama Ameira Umaiza?" tanya laki-laki itu dengan suara lembut namun terdengar tegas.

Ameira masih terpaku. "I-iya, betul. Ada apa ya Kak?" tanya Ameira, sejenak suaranya terdengar familiar.

"Ini ada pesanan tertuju untuk Ameira Umaiza." Laki-laki itu menyodorkan kedua kantung kresek kepadanya, lalu berjalan menjauh dari tempat Ameira berdiri.

"Eh ... tunggu! Saya tidak pesan Kak, mungkin Kakak salah nama yang memesan." Laki-laki itu terus berjalan ke depan, mempercepat jalannya. Ameira yang melihatnya dari belakang nampak heran.

"Siapa yang pesan ini! Kok berasa horor ya, malam-malam gini lagi, ya sudahlah rezeki gak boleh di tolak. Kebetulan aku juga belum makan," ungkap Ameira lalu berjalan masuk ke kamar.

Ameira meletakkan makanan itu di atas meja, ayam geprek dengan sambal yang melimpah salah satu makanan kesukaan Ameira apalagi ia sedang galau bukan karena putus cinta tapi karena dipecat.

Aisha melahap dengan semangat membara, sambil meneteskan air mata.

"Kenapa? Kenapa ini semua terjadi. Padahal aku gak berbuat kesalahan, apa ada yang dilupakan olehku sehingga aku dipecat tanpa alasan!" Ameira tampak berpikir keras seolah ingin mendapatkan jawaban.

"Ehh, ngomong-ngomong ini yang pesan siapa sih? Kok dia tahu kalau aku suka sama ayam geprek," cetus Ameira lagi, ia pun merasa sangat kelelahan tangannya kini meraih smartphone-nya di atas meja.

"Hem, panggilan dari siapa ini!"

Ameira mengetikan pesan pada nomor itu,
"Assalamu'alaikum, maaf ini dengan siapa?"

Pesan itu sudah terkirim melalui WhatsApp, belum lama smartphone-nya berdering lagi.

"Wa'alaikumussalam. Kamu tak perlu tahu siapa aku, apa kamu sudah makan pesanan yang kuberikan?"

"Ya, apa maksud dengan ini! apa kamu mengenalku?"

"Ameira, suatu saat kita akan bertemu jika takdir mengizinkannya. Tetap semangat, jalani hidupmu dengan baik."

Ameira tak lagi membalas pesan itu, rasa penasaran dan juga curiga mulai merasuki pikirannya.

"Ah, ini apa lagi. Kuharap bukan masalah besar," tutur Ameira, smartphone-nya ia lempar ke arah kasur saat ia berdiri menatap jendela kamar.

"Astaghfirullah, Ameira yang sabar. Jangan stres, jalanilah hidup ini dengan tenang. Ya, kamu pasti bisa!" serunya lagi dengan percaya diri.

***

Jejak yang Bertamu (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang