Sai membuka satu persatu pintu dirumah Sakura. Ia tau ini tindakan yang tidak sopan. Tapi demi menemukan kekasih, ralat! Mantan kekasihnya, apapun ia lakukan meski dalam hati laki-laki itu mengucapkan maaf berkali-kali terlebih saat harus membuka pintu kamar yang entah milik siapa disana.
"Ino!" Panggilnya mulai lelah mengitari rumah Sakura yang lumayan luas.
Nihil, tak ada tanda-tanda keberadaan gadis pirang itu. Dengan langkah cepat Sai menuruni tangga menuju kedepan. Tempat Sakura yang masih ditawan Sasuke.
"Kau... Kau memberitahunya kan..." Bisik Sai geram tepat dimuka Sakura.
Sontak saja si merah muda itu melotot tak terima. "Kau pikir aku bisa melakukan itu saat aku terjebak bersama malaikat kematian ini!" Bentaknya tak sadar.
Sasuke menaikkan alis mendengar julukan yang baru diberikan Sakura padanya. Kilatan jahil melintas dimatanya yang tajam.
"Malaikat kematian, hm?"
Sakura tersentak, bediri kikuk diantara dua laki-laki yang mengintimidasi.
"Benar... Aku memang malaikat kematian mu, sayang..." Sasuke menggantung kalimatnya untuk menciptakan kesan horor. Senjata andalan saat ingin melumpuhkan Sakura.
"Hidup mu berada ditangan ku, bukan begitu?"
Sakura menutup mulutnya rapat-rapat. Lebih baik diam dari pada semakin runyam!
"Sekarang, panggil sahabat pirang mu itu kemari. Atau... Kau yang akan menanggung akibatnya." Desis Sasuke kejam.
"Kenapa kau yang harus turun tangan diantara mereka sih?" Protes Sakura.
Tentu saja dia protes keras, kalau lawan Sai sih masih aman... Kalau Sasuke mulai bertindak, bisa dipastikan siapa yang akan keluar sebagai pemenangnya.
"Kau juga, kenapa harus menghalangi Sai untuk bertemu dengan Ino? Melindungi Ino begitu kerasnya?" Balas Sasuke. Sakura langsung mati kutu.
"Itu... Itu..." Sakura tergagap, kehilangan kemampuan berpikirnya karena Sasuke yang semakin menempel padanya.
"Cepat! Hubungi Ino, dan suruh dia keluar..." Desis Sasuke tepat di telinganya sampai...
"Nona Sakuraa... Ada telepon dari Nyonya Haruno..." Teriak suara cempreng dari dalam rumah.
"Ibu!" Sakura melepaskan diri dari belitan Sasuke yang mengendur lalu berlari masuk kedalam rumah yang langsung dikunci disertai bunyi cekikikan heboh.
Sasuke menggeram kesal. "Sakura tak punya asisten rumah tangga!" Bentaknya merasa tertipu.
"Sial..." Sai meninju tembok didekatnya.
Didalam, Sakura dan Ino tertawa hingga menitikkan air mata. "Kau cerdik sekali Ino... Untung aku mengenal suara mu dalam berbagai bentuk."
"Tentu saja... Jika para pria membanggakan otot merek, kita para wanita harus menggunakan otak! Otot bisa diganti robot. Kalau sudah begitu..." Ino mengetuk tempurung kepalanya. "Apa yang bisa dibanggakan dari kaum adam?"
Sakura tersenyum lebar. "Ngomong-ngomong, kau bersembunyi dimana?" Sakura sangat yakin Sai pasti mencari Ino diseluruh tempat didalam rumahnya tadi.
Ini tersenyum masam. "Tong sampah dibelakang rumah mu."
Sakura melotot ngeri melihat Ino. Gadis itu refleks menutup hidungnya dan berjalan menjauh. "Mandi sana!" Jeritnya.
***
Pagi ini, mau tak mau Ino harus masuk kuliah. Orochimaru terkenal sebagai dosen yang tidak punya belas kasih meskipun mahasiswanya sedang sekarat. Apalagi mahasiswa yang hanya sedang patah hati.
"Pasti Sai menunggu didepan kelas." Keluh Sakura sambil memainkan ponselnya. Bermain reject panggilan kekasih.
"Itu urusan mu. Aku tak mau tau, kau harus menjauhkannya dari ku."
Sakura menghela nafas. "Asalkan Sasuke tak bersamanya."
Benar saja... Begitu mereka sampai di depan kelas, Sai melompat menghalangi jalan. Langsung saja Sakura menyembunyikan Ino dibalik tubuhnya.
Hal yang sia-sia tentu saja, karena tubuh Ino yang seksi dan semampai jauh berbeda dengan Sakura yang mungil.
"Ino..."
"Apa?" Bentak Sakura. "Sedang apa kau disini?"
Sai bedecak lalu berjalan mendekati kedua gadis itu.
"Jangan mendekat!" Ancam Sakura galak.
Sai memelototi Sakura, berharap gadis itu takut dan kabur. Tapi sayang, mental gadis itu sudah tertempa bersama Sasuke. Hanya Sasuke yang bisa membuatnya menciut. Hidup Sasuke!
"Sakura... Kami harus bicara!" Putus Sai.
"Tidak ada yang perlu kalian bicarakan! Kalian sudah.... putus..." Kalimat panjang Sakura otomatis membuat emosi Sai memuncak.
"Minggir, Sakura... Atau..." Jika ancaman fisik dan mempan, mungkin Sai harus melancarkan ancaman verbal.
"Oh... Mau main kasar? Ayo sini... kau pikir aku takut? Hah!" Tantang Sakura sok jago. "Ayo, silahkan pukul kalo berani... Itu artinya kau... banci!"
Ino menutup mulutnya dengan buku. Menyembunyikan cengiran lebarnya sementara Sai mengepalkan kedua tangan. Masa bodoh! Mau dibilang banci, waria atau apa, yang jelas dia harus bicara dengan pujaan hatinya. Tapi sebelum itu, dia harus menyingkirkan Sakura.
Baru saja Sai bergerak maju, Sakura tersenyum lebar sambil membungkukkan badan. "Selamat pagi pak..." Sapa Sakura riang. Terlalu riang.
"Selamat pagi... Kenapa kalian masih diluar?" Tegur Orochimaru. Dosen kuliah pertama mereka sambil melangkah menuju kelas.
Buru-buru Ino menempeli dosen mereka bersama Sakura yang berjalan mundur. Berjaga agar Ino aman dari serangan manusia pucat itu. Gadis itu merentangkan tangan lebar-lebar, mematikan seluruh rencana yang disusun Sai.
Tepat didepan pintu masuk, Sakura berhenti sejenak. Menatap Sai dengan tatapan mengancam.
"Jangan coba-coba masuk! Atau aku akan memberitahu pada Orochimaru kalau kau mahasiswa fakultas lain.
"Sakura!" Geram Sai marah. Tak bisa berbuat apa-apa lagi karena seluruh usahanya dipatahkan gadis merah muda itu...
"Ah, satu lagi..."Sakura meraih daun pintu. "Tiada maaf bagimu!" Katanya sebelum menutup pintu tepat dimuka Sai.
-To be Continued-
Dikit? Iya emang, entah kenapa lagi maleees banget nulis. Hehehe...
Ayooo.. vote dan komen yang banyak biar semangat. Mau kritik atau saran, silahkaaan... diterima dengan senang hati riang gembira.
Terimakasih 🤍🤍🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Love me, Sakura.. ✔
FanfictionDimana ada Sakura, pasti ada Ino. Mereka seolah sudah satu paket karena berteman karib sejak masuk sekolah dasar hingga sudah berstatus mahasiswi. Tapi, apa jadinya saat Ino memilki kekasih, Shimura Sai yang juga bersahabat karib dengan Uchiha Sasu...