Prolog

5.9K 597 17
                                    

Dua orang gadis berbeda surai duduk di pinggir lapangan basket dengan raut muka yang berbeda pula.

Haruno Sakura, si gadis merah jambu duduk dengan tenang sambil sesekali membalas pesan yang masuk diponselnya.

Sementara sahabatnya, Yamanaka Ino, gadis dengan rambut pirang panjang dengan tubuh seksi bak barbie menatap kesatu titik di lapangan basket. Tempat dimana sosok kekasihnya berlari merebut bola merah.

Matahari sudah condong ke barat hingga langit mulai berwarna jingga. Tapi tim basket kampus mereka belum juga menghentikan sesi latihan mereka.

"Sampai kapan mereka akan mengejar bola jelek itu?" Protesnya untuk yang ke tiga puluh tujuh kalinya. Ya... Sakura dengan telaten menghitung semua keluhan Ino yang hampir sama, hanya berbeda kosakata dan pilihan caciannya saja.

"Kau menanyakannya padaku? Tanyakan pada kapten basketnya dong." Jawab Sakura enteng.

"Dan kapten basketnya adalah suami mu."

Muka Sakura kontan masam mendengar kalimat Ino barusan. Suami? Yang benar saja. Mengakui laki-laki patung itu sebagai pacar saja Sakura malas. Jangan sampai menjadi suami! Amit-amit... Teriak Sakura dalam hati.

Tentu harus dalam hati, jika dia berani meneriakkan kalimat itu, jangan-jangan monster menyeramkan yang tengah mendrible bola dilapangan itu akan langsung menyeretnya ke KUA.

Sakura bergidik ngeri membayangkannya.

Sakura dan Ino adalah sahabat yang memang sudah lengket sejak mereka masih sekolah. Mereka memiliki kekasih yang kebetulan dua anggota tim basket kebanggan kampus mereka. Idola kampus yang memiliki banyak fans.

Kisah cinta Ino dan Sai, kekasihnya, dipenuhi cinta dan perasaan berbunga-bunga. Berbeda dengan Sakura.

Jika Ino fallin in love dengan Sai, maka Sakura fallin in the devil's trap dengan Uchiha Sasuke. Si kapten basket yang kadar ketampanannya tidak bisa dicerna oleh akal sehat manusia normal. Bahkan Ino saja sempat naksir dengan sahabat kekasihnya itu yang juga kekasih sahabatnya. Pusing... Memang begitulah hubungan mereka.

Tapi sayangnya, Sakura bukan lah salah satu spesies manusia normal yang akan langsung jatuh bertekuk lutut pada ketampanan yang dimiliki kekasihnya itu.

Kekasih paksaannya itu.

Sakura lebih memilih penilaian sikap dan watak dari pada sekedar tampang. Karena itulah si gadis musim semi itu lebih meyukai Gaara yang klimis tapi memiliki hati hangat dan senyum manis ketimbang setan Sasuke yang dingin dan mematikan.

Lamunan Sakura buyar saat sebuah handuk basah menutupi kepalanya. Diambilnya handuk itu dengan kesal,  dia tau siapa pelakunya. Tentu saja Sasuke yang selalu seenaknya melemparkan handuk penuh keringat padanya.

Muka cemberut Sakura langsung menghilang begitu mendapati raut dingin sang kapten basket. Nyalinya langsung menciut begitu melihat tatapan menusuk yang mampu membuatnya bungkam seribu bahasa itu.

"Maafkan aku Ino, sepertinya latihan hari ini akan berlangsung sampai malam." Kata Sai lembut sambil mengelus jemari Ino.

Ino yang sudah sumringah sejak kedatangan kedua orang itu kontan terkejut dengan mulut ternganga. Tak menyangka akan mendapat kabar mengejutkan itu.

"Apa? Bagaimana bisa? Bukankah kau sudah berjanji!" Bentaknya tak terima.

"Kami harus berlatih untuk pertandingan musim panas. Seminggu lagi, dan permainan mereka masih berantakan." Sahut Sasuke yang masih menatap tajam gadis disebelah ino yang berhasil dipaksanya untuk jadi kekasih.

"Ah... Tentu saja kalian harus berlatih dengan keras. Aku tak apa-apa. Aku bisa pulang sendiri." Jawab Sakura langsung. Gadis itu sedang mati-matian menyimpan perasaan lega dan bahagianya karena terbebas dari keharusan pulang bersama Sasuke.

Mata Sasuke menyipit melihat raut cerah Sakura. Ingin sekali diciumnya bibir pink itu agar diam.

"Tapi aku sudah menunggu mu lama..." Rajuk Ino masih tak ikhlas harus kehilangan waktu bersama Sai.

"Aku janji, kita akan berkencan besok."

Mata Ino menyipit. "Kau juga berkata seperti itu kemarin."

"Dan kemarinnya lagi, kemarinnya lagi, kemarinnya lagi." Sambung Sakura centil.

Mata Sasuke semakin menyipit berbahaya, sontak saja Sakura melarikan arah pandangannya kearah lain.

"Ino... Tolong mengertilah..."

"Terserah kau saja." Potong Ino sebelum Sai sempat menyelesaikan kalimatnya. Gadis itu mengambil tasnya dan pergi keluar lapangan dengan langkah cepat.

"Rasakan..." Ledek Sakura, buru-buru mengambil tasnya juga, berniat segera kabur saat sebuah tangan menahan pergerakannya.

"Besok..."

"Kalau kalian masih harus berlatih, aku tak keberatan. Sumpah mati!" Potong Sakura cepat. "Tenang saja Sai, aku akan menemani Ino sampai akhir hayatnya." Sambungnya absurd, melepaskan cekalan Sasuke dan langsung berlari mengejar Ino.

Sai menghela nafas pasrah sementara Sasuke memelototi sosok Sakura yang semakin menjauh.

"Kau beruntung..." Kata Sai menepuk pundak Sasuke. Membuat laki-laki itu mendengus.

"Tutup mulut."

-To be Continued-

Love me, Sakura.. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang