Dua Puluh Satu

2.2K 341 58
                                    

Sudah hampir dua minggu Sakura tak muncul dimanapun. Pada awalnya Sasuke masih bisa santai dan berusaha untuk menemukan gadis itu sendiri.

Sendiri karena ia tau Sai tidak mengetahui dimana Sakura dan Naruto tak akan memberitahunya. Ino dan Hinata? Bahkan ia tak ingin memikirkan dua nama itu.

Tapi memasuki minggu ketiga dari lenyapnya gadis itu, Sasuke mulai khawatir. Ia tak ingin kuliah Sakura berantakan. Terlebih hal itu disebabkan olehnya.

"Dimana Sakura?" Tanya Sasuke begitu melihat Naruto muncul di ujung koridor kampus.

Naruto menaikkan kedua alisnya, setengah menantang. "Kau pikir aku akan memberitahukannya pada psikopat sakit jiwa sepertimu?"

Mata sekelam malam itu terpejam. Menahan emosi yang memuncak saat sebuah tinjuan tiba-tiba bersarang dipipi pria pirang itu.

Bukan Sasuke, tapi Sai..

Sai menarik kerah Naruto dengan kedua tangannya. "Kau boleh menyembunyikan Sakura dan menolak untuk memberitahunya. Tapi, jangan mengatainya dengan kata-kata yang buruk!" Desis Sai.

"Aku hanya mengatakan kenyataannya..." Bantah Naruto.

"Kau..."

"Hentikan, Sai... Dia benar..." Lirih Sasuke.

Sontak Sai dan Naruto menatap laki-laki itu heran. "Sasuke..." Panggil Sai.

"Sampaikan pada Sakura, aku melepasnya. Dia bisa kembali. Aku tak akan mengganggunya." Bisik Sasuke berat. Seolah rongga dadanya kosong, seolah seluruh organ dalam dadanya menghilang. Ia merasa hampa begitu selesai mengucapkan kalimat itu.

Dengan muka datar, Sasuke meninggalkan kedua temannya. Menjauh agar tak seorang pun bisa melihat kehancurannya.

Tanpa laki-laki itu sadari, kalau kedua temannya tau. Sangat mengerti dengan apa yang tengah ia rasakan saat ini.

Tapi mereka memilih untuk diam, mengamati dan akan hadir begitu Sasuke membuka diri dan membutuhkan kehadiran mereka.

***

Sakura menatap Naruto tak percaya begitu mendengar kabar gembira itu. Dirinya langsung bersorak, melompat serta menari riang bersama Ino dan Hinata.

Keesokan harinya, bagai kuda yang terlepas dari kandang. Sakura yang selama ini selalu memakai celana jeans panjang, sebagai alat pertahanan diri dari Sasuke dan agar memudahkan gadis itu untuk kabur, mulai mengeluarkan koleksi rok imut-imutnya serta blouse dan gaun yang tak pernah ia gunakan ke kampus.

Wajah yang kemarin lebih sering polos tanpa make up kali ini mulai sedikit lebih berwarna meski masih natural dan minimalis. Hanya memberi kesan cerah dan membuatnya tambah manis.

Sai yang memang sengaja berkeliaran di fakultas para gadis hanya bisa membatin melihat kelakuan Sakura yang berbanding terbalik dari mantan-mantan sang sahabat.

Jika dulu gadis yang diputuskan Sasuke akan terlihat muram seakan dunia akan berakhir esok, tapi tidak dengan Sakura. Gadis itu seolah mekar dan menebarkan harum kesekitarnya.

Belum lagi Sakura yang semakin dekat dengan pria pujaannya, Sasori, membuat sang gadis semakin senang bereksperimen dengan penampilannya walau masih dalam batas wajar. Soalnya Sakura tidak mau diusir dari kelas hanya karena memakai pakaian yang terlalu berlebihan seperti Karin.

Sai yang tadinya hanya berniat mengawasi dari jauh langsung berubah pikiran saat melihat tingkah Sakura. Sekaligus laki-laki itu cukup penasaran, siapa target baru Sakura yang membuatnya nekat melawan Sasuke.

Langkah Sai benar-benar tanpa diawali basi-basi. Dimulai dari suatu pagi saat Sakura muncul di kampus tanpa Ino.

"Kenapa pakai daster ke kampus?" Tanya Sai membuat mood Sakura menurun drastis.

Love me, Sakura.. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang