Dua Puluh Enam

2.9K 369 64
                                    

Sakura langsung membereskan buku-bukunya begitu dosen meninggalkan ruangan. Gadis itu tersenyum tak enak saat menangkap tatapan Ino.

"Apa aku terlihat aneh?" Tanya Sakura tersenyum canggung.

Ino menggeleng mantap. "Tak ada yang aneh. Cinta bisa datang dan pergi tanpa kau minta, Sakura... Lakukan apa yang membuat mu bahagia."

Sakura hampir saja menangis mendengar kalimat bijak Ino. "Terimakasih..." Bisiknya sebelum menuju aula gedung rektorat di lantai dua.

Ruang itu lebih sering kosong, letaknya tepat disisi jalan utama menuju gerbang depan kampus. Tempat yang sangat pas untuk Sakura menenangkan hatinya dikala rindu menggulung. Sekedar melihat pun tak apa, untuk kembali mengingat apa yang sudah menjadi kenangan. Karena Sasuke bisa dipastikan akan melewati jalan itu untuk pulang.

Sama seperti saat Sasori dulu, hanya bedanya kali ini ia lakukan sembunyi-sembunyi agar sang target tak tau.

***

Ada satu ruang yang sering kali kosong. Tempat Sasuke berlari saat hatinya mulai tak terkendali. Untuk sekedar melihat apa yang telah menjadi masa lalu.

Aula gedung rektorat dilantai dua. Gedung rektorat yang luas membuat ruang itu lebih sering kosong karena orang-orang lebih suka memakai aula dilantai dasar. Lebih luas dan lebih mudah dijangkau.

Ruang itu menghadap tepat ke parkiran gedung fakultas sastra, tempat Sakura kuliah. Hanya berjarak tidak lebih dari 500 meter, sekaligus berada disisi jalan utama menuju gerbang depan kampus.

***

Entah apa nama yang bisa diberikan untuk keadaan ini. Sejak pertemuan mereka yang terakhir, semua merasa semakin sesak dan menyakitkan. Terasa menghancurkan. Keduanya hancur. Secara perlahan dan pelan.

Keberanian menguap. Kesempatan terasa semakin menjauh. Hal itu membuat hal-hal kecil sekalipun terasa membahagiakan dan melegakan.

Melihat mobilnya pun bisa membuat Sakura merasa senang.

Melihat siluet kecilnya dari kejauhan pun, bisa membuat Sasuke tersenyum.

Semua hal yang saling berkaitan itu memberikan kelegaan dan memberi sedikit harapan jika sang target terlihat masih sendiri.

Diruang yang sama, disudut yang sama. Saling mencari dan saling menginginkan.

Tapi takdir begitu pintar memainkan perannya hingga mereka tak pernah bertemu. Selalu saling berselisih waktu.

Hingga satu waktu, takdir telah lelah bermain...

***

Sore pukul lima Sakura memiliki jadwal kuliah terakhir hari ini. Karena itu Sasuke mendatangi aula itu setengah jam sebelum jadwal sang gadis berakhir.

Sasuke berdiri menghadap jendela yang mengarah ke fakultas sastra, tempatnya selalu diam menunggu.

Firasatnya berkata buruk. Sejauh yang ia lihat, tak ada mobil Ino disana. Bahkan mobil jemputan Hinata pun tak terlihat.

Raut wajahnya seketika berubah kaku. Masih menatap lapangan parkir itu dengan harapan sosok mungil Sakura akan muncul.

Sasuke menunggu dengan tenang, matanya tetap mencari dengan sabar. Meski dalam hatinya ada rasa tak sabar yang semakin menyesakkan. Ia ingin melihat sang gadis!

Bunyi orang berlari mendekat dan meraih hendel pintu memecah konsentrasinya. Secepat kilat Sasuke menyembunyikan diri dibalik meja besar disudut ruangan. Meringkuk sembari berharap tak ditemukan tepat saat pintu terbuka.

Love me, Sakura.. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang