Mantan Vs Gebetan - Part 6

117 21 11
                                    

💕Happy Reading💕Mohon maaf kalo banyak typo***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💕Happy Reading💕
Mohon maaf kalo banyak typo
***

Eza dan Una sebelum negara api menyerang Konoha 😅

Eza dan Una sebelum negara api menyerang Konoha 😅

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***
Mantan Vs Gebetan | Part 6

Reza

Liburan semester terasa banget singkatnya, sampe gue mikir liburnya cuma satu minggu doang. Kemana sisanya, ya? Gue masih pengen liburan dua sampai tiga bulan lagi soalnya.

Tapi inisih yang gue tunggu-tunggu. Tahun ajaran baru.  Dimana gue udah resmi jadi anak kelas 2 SMA. Udah jadi kakak kelas dong, ya.

Gue merapihkan rambut sambil ngaca di spion, bersiul dikit, biar tambah keren. Gue cukup takjub pas ngaca, ternyata gue ganteng juga.

"Kunci, udah. Motor udah di kunci leher." Gue menggerakkan stang motor, takutnya belum terkunci. "Cakep." Gue berusaha mengawali pagi ini tanpa keteledoran.

Oke, beres. Semuanya aman dan terkendali sejauh ini.

Gue berjalan menyusuri koridor yang sangat ramai, berjalan stay cool karena ngelewatin koridor kelas 10. Karena bet di lengan gue menunjukan gue kelas 11, beberapa diantara mereka mengangguk sopan dan nyapa gue.

Gue melanin langkah saat melewati kelas gue pas kelas 10, seketika kaya flashback. Bayangan pas awal masuk, MPLS, dan bertemu untuk pertama kali dengan Runa. Udah kaya sinetron aja, otak gue muter film dimana gue jalan dilorong berdua sama dia, piket bareng, duduk di gazebo depan kelas, dan ... Anjir!  Gue ngapain gali kuburan lagi.

Drrrttt, ponsel gue bergetar di saku celana mengalihkan semua perhatian gue. Menampilkan pesan dari Reva. Gue tambah yakin nih, pagi gue bakalan hoki kalo Reva udah ngabarin duluan apalagi pagi-pagi gini.

Reva Ayudia

Za! Kita sekelas, 11 IPA 2

Yeay!

Gue membaca pesan dari Reva sambil tersenyum girang. Akhirnya! Setelah sekian bulan purnama, gue bisa sekelas juga sama dia. Setelah suka sama dari kelas 1 SMP. Bocil banget emang, tapi jujur gue udah selama itu mengaguminya. Dan mungkin satu tahun ke belakang gue sempet lupa dan hampir tidak lagi menyebutkan namanya.

Gak tau deh, adanya Runa seketika mengalihkan seluruh isi pikiran dan hati gue.

Kaya apa, ya? Hilang ingatan. Padahal kisah pertemuan kami biasa-biasa saja, bisa dibilang cinlok karena sering satu kelompok bareng hampir di semua mata pelajaran. Ditambah jadwal piket yang sama pula. Disitu deh, modus nya ... Untuk pertama kali gue anterin dia pulang sekolah sehabis piket.

Dari situ gak lama, jadian. Gue juga gak berusaha-berusaha banget dapetin dia. Gak kaya kisah-kisah percintaan orang lain yang harus berdarah-darah dulu, baru jadi. Eh, tapi gue kaya nyindir diri sendiri, deh. Soalnya gue sampe harus saling sikut dulu sama temen SMP buat dapetin Reva, tapi ujungnya, gue yang berjuang mereka yang jadian. Jancok bener!

Koridor sangat ramai, apalagi di bagian mading pengumuman pembagian kelas, yang memang biasanya diacak. Dari kejauhan gue bisa liat temen-temen gue udah berkumpul disana, menjadi bagian dari kerumunan yang cukup banyak itu. Alif melambai-lambaikan tangannya sambil jingkrak-jingkrak saat tahu gue datang, di ikuti Wima. Sedangkan Aldi dan Feri hanya tertawa.

"Lo harus ngucap syukur dulu, Alhamdulillah gitu ... ngomong!" seru Alif, seketika merangkul gue.

"Gue tau! Sekelas kan gue sama Reva?" sahut gue bangga.

Mereka berempat mengangguk.

"Tapi lo juga harus ishtighfar banyak-banyak." ujar Aldi, yang disusul tawa yang tertahan dari mereka.

"Kenapa?"

"Liat aja sendiri."

Gue langsung menyelip diantara kerumunan orang yang lagi melihat nama masing-masing di papan penumuman, "Misi ... misi .." gue agak terburu karena penasaran juga.

"IPA 2 ... IPA 2 ..." gue menggumamkan kelas itu, karena itu yang tadi gue baca dari chat Reva.

Setelah menemukannya, telunjuk gue bergerak, mencari sesuatu yang janggal di daftar nama itu. dari abjad pertama sampai pertengahan tidak ada yang aneh.

Sampai ...

"Penaya Safitri, Qisty Ristanti, Reza Agastya, Reva Ayudia ... Runaya? Ha? Runaya Zafia?!"

Beberapa orang langsung menoleh ke arah gue, karena mungkin gue memekik terlalu keras. Dari arah belakang gue bisa mendengar tawa ke empat teman-teman laknat gue. Bahagia bener kayanya mereka berempat, sedangkan gue kaya masuk ke dalam surga dan neraka. Jadi nanggung, posisi gue entah seneng atau sedih. Gue harus ketawa atau nangis, gue bingung sendiri.

"Dahlah, pindah sekolah aja gue."

Gue lengsung jongkok dengan punggung menyandar pada dinding, sedangkan ke empat temen gue tertawa terbahak.

"Bisa gitu ya, Za. Hidup lo emang penuh kejutan." Ujar Aldi ditengah tawanya sambil menepuk-nepuk kepala gue.

"Tau ah, tai banget!" gue menepis tangannya. Dan lagi-lagi tawa mereka semakin kencang.

"Dah, mending sekarang ke kelas. Lo mesti menyapa mereka, Za. Membiasakan diri, melihat masa depan dan masa lalu secara bersamaan." Ujar Alif menarik lengan gue. Membuat gue berdiri.

"Males ah, gue mending pulang aja. Atau minta pindah kelas." Sumpah, saat ini rasanya gue putus asa banget.

"Emangnya ini sekolah nenek moyang lo? yang bisa seenak jidatnya lo bisa milih kelas yang mana aja?" sahut Feri.

"Di, lo kan anak OSIS masa gak bisa bantuin gue pindah kelas sih?"

"Posisi gue di OSIS gak seberpengaruh itu sampe bisa mindahin kelas orang lain."

"Pindahin mereka berdua kalo gitu."

"Yee... mana bisa."

"Lagian, kenapa Runa bisa masuk IPA 2 deh? gue mikirnya dia bakalan masuk IPA 1, secara paling pinter gitu di kelas kita dulu." Wima menyandarkan tubuhnya ke pilar yang ada di depan gue, sambil melipat tangan di dada.

"Sekarang kelas unggulan di hapus. Biar gak ada diskriminasi lagi buat kelas yang lain." Jawab Aldi. Karena dia memang informan sejati, semua informasi terkini terkait sekolah dia pasti yang paling tahu.

"Kalo penempatan kelas sesuai dengan peringkat dan kemampuan, kayanya lo sama gue bakalan masuk kelas paling ujung deh Wim, kecuali Aldi sama Feri, terus Reza kalo masih sama Runa, itu juga paling masuk kelas middle ... gak jelas, pinter enggak, bodoh juga gak bodoh banget." Sahut Alif.

"Apa si lo ah, bawa-bawa hubungan gue sama Runa."

"Za, lo tanpa Runa itu kaya ban tanpa rangka, kaya otak tanpa saraf. Nge bug aja, hanya gumpalan organ gak berarti."

"Sialan!"

Alif tertawa. "Kenyataan."

"Hayu ah, ke kelas. Udah bel juga." Ajak Aldi.

"Gue mau pulang ah ... " Gue berjalan ke arah parkiran, tapi tas gue ditarik Alif dan Feri secara bersamaan, "Ayo Za, malaikat Malik dan Ridwan udah nungguin." Ujar Alif sambil tergelak.



Dan asli, rasanya gue pengen kabur aja.

***

Kebayang gak kalo jadi Reza? 😅

Bahagia selalu 💕

MANTAN VS GEBETANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang