2. Awal Dari Impian

143 38 6
                                    


PART 2

Awalan dari impian itu tak lagi tertunda. —Serunai.

°°°



“Kak Sean!” Pasha melempar tumbler yang dia temukan di dalam kardus. Sean sedikit kaget lantaran lemparan Pasha terlalu tiba-tiba. Beruntung dia sigap menangkap.

“Kebiasaan.” Sean berjalan mendekat dan menjitak kening Pasha yang malah tertawa kecil.

“Buruan beresin barang lo. Kak Arkan sama Kak Zino udah duluan ke kantin. Gue juga mau nyusul, nih. Lo, sih, kebanyakan ngayal jadinya belum selesai kemas.” Dia tertawa lagi saat Sean melotot tidak terima.

“Enak aja! Gue paling banyak beres-beres, ya. Lo sendiri tahu tadi gue dipanggil Produser.” Dengan gerakan cepat dia memasukkan barang-barangnya, seperti album foto, gantungan kunci, dan barang pribadi lainnya ke dalam ransel. Sementara barang umum seperti baju, sepatu, dan lainnya telah dikemas oleh staff beberapa jam lalu.

Mereka akan pindah ke gedung utama HYPE Entertainment. Selama menjadi kontestan survival mereka tinggal bersama di cabang gedung. Setelah dinyatakan lolos beberapa jam lalu, mereka diperintahkan pindah ke gedung utama karena penjagaan lebih ketat mengingat mereka sudah resmi menjadi boy group.

“Tungguin dong!” pinta Sean pada Pasha yang sudah menenteng ransel dan akan berjalan melewati pintu.

Ck, iya-iya. Buruan! Udah laper, nih.”

“Ish, iya. Emangnya gue keong selama itu?” Jari-jarinya merapatkan resleting kemudian menenteng ransel ke kedua pundak. Tak ingin berlama-lama, ia mendekati Pasha yang sedang bermain ponsel di sofa.

“Udah?” tanya Pasha.

“Lo liat? Udah, yuk, buruan!” Sean keluar dari pintu dan langsung bertemu Riki yang hendak masuk kamar. “Lah, Rik .... Lo belum beres-beres juga?”

Lelaki ber-hoodie putih bernama Riki itu menatap Sean dan Pasha bergantian. “Kalian udah?”

“Ya udah lah, dari tadi malah. Arkan sama Zino aja udah ke kantin duluan. Lo dari mana aja sampe nggak tahu kita pindah sore ini?”

“Abis dari ruang latihan ngambil iPad yang ketinggalan, tapi ketemu Reyhan sama Azka. Ya udah, ngobrol bentar tadi.”

“Aduh! Emangnya Kak Arjun nggak ngabarin lo, ya?”

“Nggak ada.” Dia menggeleng dan lekas masuk kamar untuk mengemas barang-barangnya. “Tungguin gu—” ucapannya terhenti melihat Sean dan Pasha sudah pergi meninggalkannya tanpa mengatakan apa pun. Segera dia memasukkan semua barang pribadinya ke ransel. Usai memastikan tidak ada yang ketinggalan, dia berlari keluar. Di tengah perjalanan dia bertemu Arjun—staff yang mengurus aktivitas mereka selama trainee.

“Loh, kenapa sendiri?” Dia menunjuk Riki. “Ditemenin Bagas, kan?”

“I-iya, Kak. Yang lainnya udah di kantin, mungkin Kak Bagas juga udah di sana.”

“Ya udah, samperin gih. Makan sore dulu, abis itu kita pamit ke anggota survival terus berangkat.”

“Oke, Kak.” Riki merundukkan kepalanya sejenak sebelum melanjutkan langkah menuju kantin.

SERUNAI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang