10. Seorang Penggemar

40 11 7
                                    

PART 10

Menjadi seorang penggemar yang memperhatikanmu dari jauh, sudah lebih dari cukup.—Seruni.

°°°


Ayana Violetta, seorang gadis yang sedang duduk di bangku perkuliahan semester dua jurusan teknik komputer. Usianya baru  menginjak sembilan belas tahun, tetapi bisa melakukan banyak hal dengan baik. Dia adalah gadis yang cukup mandiri. Sejak SMA, dia membantu usaha ibunya di toko buku. Gadis berkulit pucat itu juga disenangi banyak orang karena ramah.

Selain menjalani kehidupan sederhana, dia juga seorang penggemar. Ya, Ayana merupakan Seruni, penggemar dari sekelompok idol yang tengah naik daun belakangan ini; SERUNAI. Dia sangat senang mengikuti kegiatan idola-nya. Baik dari televisi, internet, atau media lainnya. Ayana selalu meluangkan waktunya untuk mendukung mereka. Tidak pernah sehari pun ia lewati tanpa memberi dukungan.

Sekarang gadis itu sedang duduk di depan televisi, memegang remote  sembari tersenyum antusias. Secangkir teh dan sepiring biskuit sudah tersedia  di meja untuk menemaninya menyaksikan acara variety show dengan bintang tamu idola kesayangannya. Terlihat jelas bahwa dia sangat gembira ketika  membayangkan seseorang yang ia kagumi kini berada di tingkat paling atas.

Tepat saat dia berandai-andai mengenai sosok itu, sang idola langsung muncul dari layar televisi. Senyum Ayana melebar hingga memperlihatkan deretan giginya yang rapi, memandang layar televisi dengan semringah. Apalagi saat sosok itu tersenyum dengan lebarnya, hati Ayana semakin gembira.

Gadis itu tersenyum lagi, melirik polaroid di genggamannya. Sepasang remaja berseragam putih abu-abu dengan senyum di wajah masing-masing tercetak dalam polaroid kecil itu. Membuat Ayana mengusap kertas tersebut sambil tersenyum tulus, sebelum kembali menatap layar televisi.

Wajah salah seorang member Serunai disorot. Dia tersenyum dengan sangat manis. Riki.... Salah satu alasan terbesarnya mendeklarasikan diri sebagai seorang penggemar, Seruni.

“Aya, waktu fangirling kamu boleh Bunda ganggu sebentar, nggak?” Sang Bunda dari arah dapur menyela saat melihat puterinya asyik menonton.

“Nggak bisa, Bunda. Kan, Aya udah sering bilang, kalau Aya lagi di depan televisi, Aya nggak bisa diganggu.” Gadis cantik itu menjawab dengan sopan dan tegas agar sang Bunda paham maksudnya. Lagi pula, Ayana cukup sering memberi tahu  bahwa momen fangirling-nya tidak bisa diganggu gugat.

“Sebentar aja, Sayang. Kita kehabisan kemiri, kamu beli di warung depan, ya? Bunda harus jaga masakan ini.”

“Bunda ....” Ayana berubah murung.

Mengenal sang Puteri yang tidak akan beranjak sebelum acara selesai, Bunda menghela napas panjang. “Ya udah, nggak papa. Kamu nonton aja sampai puas.” Wanita paruh baya itu mencuci tangan di wastafel dan mematikan kompor. Saat melewati Ayana, dia menggeleng-geleng melirik televisi. “Kamu, tuh, ya. Riki terus.”

Ayana menyengir kecil. Sang Bunda kembali menggeleng, tak habis pikir melihat Puterinya begitu mengagumi sosok itu. Tidak hanya saat menjadi idol. Bunda sangat tahu Ayana menyimpan perasaan kepada cowok itu  sejak menjadi teman SMA. Tidak ingin kehabisan waktu memikirkan puterinya, Bunda segera pergi setelah berpamitan pada Ayana.

Ayana kembali mengarahkan pandangannya ke televisi. Menikmati acara variety tersebut.

Ayana Violetta adalah teman dekat Riki sejak SMA. Ayana orang yang supel dan ramah, dia mengenal Riki karena satu SMP dengannya, tapi Ayana tidak pernah mengajak Riki berbicara. Riki yang notabene menutup diri dan selalu di-bully membuat Ayana terus memperhatikannya secara diam-diam. Saat masuk SMA, ternyata mereka satu sekolah lagi. Beruntung, mereka bertemu dalam satu ekstrakurikuler yang sama. Saat itu Ayana berusaha mendekati Riki untuk menjadi teman. Dia berusaha mengajak Riki bicara walau terus diabaikan. Hingga akhirnya mereka dapat berteman setelah melalui banyak hal.

Ayana dari keluarga sederhana dan lingkungan yang baik,  orang tuanya memiliki toko buku. Saat bertemu Riki, dia merasa nyaman. Dialah orang yang selalu menemani Riki di masa-masa sulit serta mendengarkan keluh kesahnya. Namun,  tidak banyak yang mengetahui hubungan pertemanan mereka karena keduanya  jarang berinteraksi di sekolah. Mereka lebih suka bertemu di perpustakaan atau luar sekolah.

Dia juga selalu mendukung Riki yang ingin menjadi seorang idol. Dia adalah penggemar pertama Riki ketika cowok itu memasuki dunia Entertainment. Selalu mendukung dan menyukainya dari jauh. Saat Riki menjadi idol, Ayana sudah mendaftar di universitas ternama. Di tengah kesibukan tugas kuliah, dia tidak henti memberi dukungan pada Riki. Bahkan sekarang, dia sungguh bahagia menyaksikan kesuksesan cowok itu.

Dia kembali merunduk, meratapi polaroid yang selalu dia simpan baik-baik. Sayang sekali, dia belum berkesempatan bertemu cowok itu secara langsung. Karena  belum memiliki waktu luang. Tapi dia bertekad akan menemui cowok itu secepatnya.

Sudah hampir setengah tahun sejak debutnya, Ayana hanya mendukung dari sosial media.

Kini dia meratapi ponselnya yang menampilkan kiriman pesan terakhir yang dia kirim lewat Instagram cowok itu. Miris, pesannya tidak pernah dibaca. Tapi Ayana tidak ingin berprasangka buruk, barangkali sosial media mereka dibatasi pihak manajemen. Dia selalu meyakinkan diri bahwa Riki tidak mungkin melupakannya.

Hai, Riki.
Ini gue lagi, Ayana.
Lo masih inget gue, ‘kan?
Jangan lupain gue!
Gue masih Ayana yang sama.
Yang selalu dukung lo tiap saat.
Terus semangat, ya!
Jangan lupa jaga kesehatan!
I’m proud of you(◠‿◕)

Ayana menghela napas, menyimpan ponsel dan lanjut menonton. Seluruh perhatiannya tercuri oleh wajah Riki  yang tiba-tiba disorot kamera saat sedang tertawa. Dalam beberapa saat Ayana terpukau.

Rik, gue harap lo selalu senyum kayak gitu, ya, batinnya dengan satu harapan besar.


°°°

SERUNAI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang