4. Berjuang Untuk Ke Depan

72 20 6
                                    


PART 4

 Berjuang ke depan menghasilkan tekad yang kuat. —Serunai.

 
°°°


“Wah ....” adalah kata pertama yang Sean lontarkan di video live pertama sekaligus interaksi pertama mereka dengan para penggemar.

Setelah membahas jadwal serta poin-poin penting tentang debut bersama, mereka langsung mendapat jadwal menyapa para penggemar melalui sosial media. Setelah bersiap-siap dengan penampilan, mereka langsung memulai video siaran langsung. Hal tak terduga terjadi, jumlah penonton membludak dengan hebatnya.

“Banyak banget!” Sean membekap bibir setelah mencondongkan wajah ke depan melihat jumlah penonton di iPad. Begitu juga member lain yang melakukan hal sama.

“Udah … udah. Yuk, mulai!” ajak Arkan sambil senyum-senyum malu. Kelimanya membenarkan posisi duduk menjadi lebih tegak. Setelah memastikan semua posisi sudah bagus, Arkan yang bertempat di tengah menjentikkan jari sambil menunjuk iPad. “Ayo!"

Hello, we are Serunai!” seru kelima anggota sambil merundukkan kepala serempak. Sejurus kemudian mereka mengembangkan senyum seraya melambai-lambaikan tangan. Rona malu-malu masih tampak jelas di wajah kelimanya. Meskipun begitu tidak bisa dipungkiri kebahagiaan tengah melingkupi hati kelima member boy group baru itu.

Tidak ada percakapan dalam kurun satu menit, para anggota masih begitu malu untuk bersikap. Terlebih Bagas mengatakan bahwa siaran langsung pertama ini konsepnya sederhana, cukup membahas impian mereka ke depannya dan memberi kabar bahwa mereka akan segera hadir di acara debut show. Para anggota tampak tersipu malu memulai obrolan.

Merasa harus memulainya, Arkan menyikut pinggang Sean di sebelahnya, lantas berbisik pelan. “Keluarin jurus lo. Gimana, sih? Sejak kapan lo berubah jadi shy shy cat gini?”

“Harus jaim dikit, dong. Masa di hari pertama gue langsung keluarin sifat bobrok gue?”

“Jangan bobrok juga, sifat friendly lo ke mana?”

“Ya, lo sendiri gimana? Biasanya ramah banget, kok, jadi kaku?”
 
Kegiatan bisik-bisik mereka masih berlanjut sebelum akhirnya Riki menguasai perhatian penonton dengan pertunjukan sulapnya bersama Enzino. Kemudian Pasha tertawa dan kagum menyaksikan aksi sulap itu.

“Oh benar, Zino punya keahlian dalam sulap!” tutur Arkan, terkesan melihat pertunjukan kartu yang dimainkan Enzino. Begitu juga Sean yang berdecak kagum. Sedetik kemudian Sean menunjuk-nunjuk kamera. “Mungkin kalian udah kenal saya, figure skater yang tenar semanca negara, tapi kalian belum kenal sama …,” Dia merangkul Arkan.

“Arkan. Dia ini jago banget masak. Nggak cuma telur, nasi goreng sosis, atau mi instan doang, semua bahan masakan bisa dia olah jadi makanan enak. Beuh, manta! Tiap hari di dorm tugas masak itu, ya, Arkan. Nggak sia-sia, deh, kalau dia ada di dapur.” Sean menjelaskan dengan menggebu seraya menunjuk-nunjuk Arkan. Sean memang punya kebiasaan heboh dalam bertindak. “Bukan cuma isi kulkas, seisi dapur kayaknya bisa dia olah jadi makanan enak.”

“Eh, tapi lo juga bisa masak makanan enak loh, Kak,” ujar Pasha, sedikit melirik Sean yang ada di depannya.

“Wah, beneran masakan gue enak?” Dia menoleh.

“Iya. Rasanya enak pas laper doang.”

Senyum Sean memudar. “Yeu, semua makanan juga kerasa enak kalau dimakan pas laper!”

Pasha, Arkan, dan Riki tertawa kecil mendengar jawaban yang diberikan Sean. Sementara Sean menghadapkan wajahnya ke depan, Arkan teringat sesuatu.

“Kita juga punya Riki,” tuturnya seraya menarik lengan kanan Riki yang berada di belakangnya. “Riki jago banget nge-dance. Terus dia punya keahlian spesial, di sekolahnya dulu dia dikenal sebagai hacker handal,” ucapnya pelan seperti sedang berbisik ke arah kamera. Riki pun merasa malu. Dia memang cukup ahli dalam dunia perangkat lunak. Dia bisa membobol atau meretas akun siapa saja. Itu juga salah satu alasan mengapa dia begitu terkenal di sekolahnya. Tapi kepribadiannya yang tertutup membuatnya jarang digandrungi teman.

“Dan anak yang satu ini ….” Kali ini Sean berbicara lagi, menunjuk Pasha. “Dia emang nyebelin, tapi dia punya kelebihan luar biasa. Salah satunya ngebuat hati orang meleleh. Jujur suaranya bagus banget. Di episode awal, gue udah yakin dia bakalan lolos. Sampe sekarang dia masih ngebuat kami kagum.”

Pasha tersenyum malu-malu, pundaknya ditepuk Arkan berulang kali. Obrolan random mereka masih berlanjut sampai tahap membaca komentar-komentar yang semakin lama semakin ramai hingga Enzino mulai membahas impian mereka ke depannya.

“Ngadain konser,” lontar Pasha tanpa berpikir ulang, karena impiannya sejak dulu berdiri di konser sendiri.

Fan meeting,” ujar Sean. “Gue pengen banget ketemu penggemar secara langsung, ngomong satu per satu.”

“Mungkin ada banyak impian, tapi untuk sekarang gue pengen debut kita berjalan lancar. Nggak ada kendala dan masalah.” Arkan menatap kamera dengan serius.

“Punya fandom yang hebat,” tutur Enzino, yang lain mangut-mangut.

Tinggal Riki, keempatnya menantikan jawaban dari Riki. Cowok bernetra abu itu berpikir sejenak lalu menyuarakan harapannya. “Jadi idol internasional!”

Tiga kata itu berhasil membuat keempat temannya menoleh. Tak ayal sorot mereka takjub mendengar impian Riki yang begitu tinggi mengingat mereka baru menginjakkan kaki di dunia entertainment.

“Keren, bro! Iya, kita pasti bisa wujudin itu semua. Kita pasti bisa jadi idol internasional!” sahut Sean seraya mengacungkan dua jempol pada Riki. Dia mengarahkan pandangan ke kamera lagi dan tersenyum lebar. “Kita pasti bisa ngeraih itu semua. Dimulai pelan-pelan, lama-kelamaan jadi besar. Mohon nantikan debut kami, kami akan mengerahkan semua yang terbaik. Kalian pasti nggak akan menyesal.”

“Benar. Setelah berjuang menjadi trainee, kami nggak akan kecewain kalian. Kami pasti bisa ngebuat kalian senang dan terhibur dengan kemampuan dan keahlian kami.” Sebagai seorang idol baru mereka dikatakan hebat karena jumlah penonton lebih dari yang diduga, hal itu membuat mereka bahagia. Sekarang tidak ada keraguan di hati mereka untuk mengerahkan yang terbaik.

“Mohon beri kami bentuk cinta!” Arkan membaca komentar setelah mencondongkan tubuhnya ke depan sambil menyipitkan mata. “Bentuk cinta?" Dia menggaruk pipi.

"Oh, seperti ini?" Riki langsung membuat bentuk cinta menggunakan tangannya.

"Ah, iya. Baru inget!" Semua anggota pun mengikuti apa yang Riki lakukan. Kelima member membentuk cinta dengan mengarahkan tatapan ke kamera sembari mengembangkan senyum.

"Untuk semua penggemar yang udah mendukung kami," kata Sean seraya menunjukkan bentuk cintanya dan tersenyum lebar.

Beberapa detik kemudian mereka tertawa canggung, begitu malu dengan tingkah mereka barusan. Bagas muncul dan memberitahu durasi siaran langsung sudah usai. Kelima anggota langsung mengerti kemudian tersenyum ke arah kamera.

"Terima kasih sudah menonton kami. Sekarang kami akan pergi. Mohon nantikan debut kami dan beri banyak dukungan karena itu sangat berharga untuk kami. Terima kasih dan sampai jumpa." Seluruh anggota melambaikan tangan lalu siaran langsung diakhiri oleh salah satu staf yang sejak tadi sedang bertugas.

Kelima anggota tampak lemas seusai kamera dimatikan, rasa bahagia dalam hati mereka menggebu-gebu mengingat semua respons antusias dari para penggemar. Demi semua impian mereka, mereka akan berjuang dan memulai semuanya dari sekarang.

°°°

SERUNAI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang