11. Genggaman

37 9 4
                                    

PART 11

Sebuah genggaman yang tak akan pernah terlepas. —Seruni.

°°°


“Rik, apa harapan lo di masa depan?”

Dua remaja berseragam putih abu-abu sedang duduk bersebelahan di dalam perpustakaan. Ayana melirik Riki di sela membaca buku. Yang dilirik tampak asyik memandang ponsel yang sedang menampilkan pertunjukan dance seseorang. Dia juga menyetel volume  suara menjadi kecil agar tidak menganggu konsentrasi murid-murid di sekitarnya.

Ayana melihat ponsel Riki, kemudian menatap wajah Riki yang terlihat berseri-seri.

“Lo suka dance?” tanya Ayana, membuat Riki menoleh sekilas padanya.

“Eum, gue suka.”

Gadis itu mangut-mangut. “Gue baru tahu.” Saat itu mereka belum terlalu dekat untuk mengetahui banyak hal.

Selang beberapa menit, Riki masih asyik menonton video tersebut, sedangkan Ayana berusaha mencari topik lain agar tidak terasa canggung. Saat Ayana hendak melayangkan pertanyaan lagi, Riki lebih dulu berbicara padanya.

“Tadi lo nanya harapan gue?”

Ayana seperti mendengar degub jantungnya saat Riki menatapnya. “I-iya.”

Cowok itu meletakkan ponsel, berganti menatap ke depan seolah menerawang apa yang dia impikan. Alisnya ikut bertekuk dan terdengar gumaman kecil. “Harapan gue? Gue pengen jadi idol.”

Idol?” Jawaban tersebut membuat Ayana cukup kaget. Dia pikir Riki akan mengatakan menjadi ‘hacker handal’ karena cowok itu sangat menyukai komputer. Tapi ... idol? Itu tidak terduga.

Dia mengangguk. “Posisi dancer . Itu impian gue sejak kecil.”

Ayana tersenyum memandang gedung di depannya yang  terdapat tulisan ‘Together with Serunai during the struggle’. Konser. Para penggemar tampak antusias sepertinya. Dia memejamkan mata sejenak, mengingat masa-masa SMA-nya bersama Riki.

“Kalau gitu .... ” Ayana menatap Riki lekat. “Gue jadi penggemar pertama lo. Boleh, nggak?”

Tatapannya langsung dibalas oleh Riki sambil tersenyum tipis. “Beneran?”

Dia mengangguk cepat. “Iya. Gue bakal dukung lo terus.”

“Sekarang harapan lo udah terwujud, Rik.” Ayana kembali membuka matanya, memandang gedung itu dengan perasaan bahagia.

Benar. Kini harapan Riki telah terwujud. Itu adalah konser pertama SERUNAI yang merupakan panggung pertama Riki juga. Cowok itu berhasil mewujudkan impian sejak kecilnya.

Dengan senyum mengembang Ayana memasuki gedung itu bersama Seruni lainnya. Setelah menunjukkan tiket pada seorang Staf, Ayana menghampiri kursi paling depan, sesuai tiket yang dia pesan. Tidak mudah mendapat tiket itu karena sold out dengan cepat. Untungnya Ayana gesit saat penjualan tiket baru diluncurkan. Dia mendapat kursi terdepan dari hasil perjuangannya memesan tiket. Dia bisa melihat sosok temannya itu dari jarak dekat. Dia berandai-andai Riki melihat ke arahnya.

SERUNAI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang