7. Seindah Mekaran Bunga

41 15 3
                                    

PART 7

Semangat yang patah seperti ranting kering di rerumputan, semangat yang membara seperti mekaran bunga yang merekah. —Serunai.

°°°


Pasha terbahak melihat wajah Sean yang dirias sedemikian menyerupai vampir sesungguhnya. Pundaknya bergetar menertawai kelucuan yang menurutnya tiada batas, riasan di wajahnya ikut hancur karena terlalu kencang tertawa.

“Terus, terus, terus ketawain gue!” Sean mendumel, memandang bayangan
wajahnya di cermin.

Pasha masih tertawa, bahkan sekarang memegang perutnya yang mulai sakit.
“Lagian lo sok bisa ngerias sendiri!” katanya di sela tertawa.

“Nggak  ada yang salah kalau mencoba.” Tangan Sean terjulur mengambil kapas dan cleansing water, membersihkan wajahnya dengan segera sebelum Pasha kehabisan napas karena terlalu banyak tertawa.

“Apa, nih, lucu amat kayaknya.” Arkan masuk ruang rias, melirik Pasha yang
masih tertawa dengan sisa kekehan.

“Tahu, rada aneh emang,” tunjuk Sean pada Pasha.

“Kenapa lo hapus riasan lo?” Langkah Arkan terhenti saat hendak keluar lagi
sambil membawa hair dryer.

“Oh ini, gue coba-coba doang. Kak Vani di mana?” Vani adalah Manajer makeup
artist mereka, urusan style, kostum, juga penampilan diurus olehnya.

“Lagi ngerias Zino di depan.”

“Gue juga butuh dia sekarang.” Dia keluar dari ruangan menyisakan Arkan dan
Pasha.

“Lo juga butuh Kak Vani, Sha.”

“Gue? Enggak,  tuh, riasan gue udah ba—“ Perkataan Pasha terhenti kala melihat bayangannya sendiri di cermin. Ternyata makeup-nya hancur gara-gara tertawa.

“Udah bagus, ya? Ya udah, lo syuting aja pake wajah begitu.” Arkan menyusul keluar, Pasha pun tidak punya pilihan selain mengikuti mereka.

Setelah melewati satu bulan latihan, sekarang mereka sedang syuting music video. Soal penampilan, mereka mendapat applause dari para pelatih, mereka sudah menguasai suara dan gerakan dari lagu-lagu mereka, hanya tinggal menyempurnakan beberapa kali. Sekarang mereka tengah melakukan photo konsep yang akan dirilis dua minggu sebelum music video diluncurkan.

Tampak Riki dan Enzino sudah selesai dirias dengan sangat natural tapi glamour.  Sean pun tidak ingin kalah, bergegas meminta Kak Vani menyuruh asistennya untuk mengurusnya. Begitu juga Pasha yang meminta ulang riasan, padahal sebelumnya penampilannya sudah oke.

Arkan sendiri sudah berpenampilan rapi dan menarik dengan wajah tampannya, dia yang pertama selesai dirias, sekarang dia sedang mengeringkan naskah photo konsep yang tidak sengaja ketumpahan  air mineral.

Jam menunjukkan pukul dua siang, para Sutradara  sudah selesai makan siang dan akan memulai syuting kembali. Sebenarnya mereka sudah melaksanakan syuting sejak pagi tadi, sekarang jadwal syuting memasuki style selanjutnya.

Menurut penjelasan di kertas, mereka memiliki tiga style. Yang pertama berupa pose ‘segar’ di taman, yang kedua bercorak vampir, dan yang ketiga cenderung matahari terbenam. Mereka baru melakukan opsi pertama kemudian hendak melakukan opsi kedua. Cukup sebentar, dikarenakan lokasi syuting ada banyak. Kata Manajer mereka akan melakukan rekaman di satu tempat terlebih dahulu, kemudian esoknya akan berpindah ke tempat lain.

“Gimana penampilan gue?” Hampir lima belas menit dirias, Sean bertanya pada Riki yang duduk tak jauh darinya.

Riki memperhatikan penampilan Sean dari atas ke bawah, dia tidak bisa berbohong bahwa rupa Sean begitu sempurna seperti idol internasional yang sudah profesional.

“Keren,” nilai Riki singkat, tidak sesuai dengan penilaiannya dalam hati yang
mengagumi sosok Sean.

“Keren aja apa keren banget?” Cowok putih tinggi itu menatap pantulan dirinya di cermin besar, dia menyeringai layaknya vampir sungguhan. Benar-benar tampan.

“Rik, sini, deh!” panggil Arkan dari dekat Sutradara. Tanpa mengatakan apa pun
Riki mendekat.

“Gimana?”

“Liat,  deh.” Dia menunjuk layar monitor, tepatnya pada salah satu potret di mana kaki Riki tidak sengaja terjatuh ke lubang. Ya, saat pemotretan tadi, terdapat lubang kecil yang tidak diketahui siapa pun, kaki Riki terjatuh ke dalam, bertepatan tertangkap kamera, menjadi momen lucu bagi member lain untuk terbahak. Tapi jangan salah sangka, Riki tidak mengalami cedera atau terluka, lubang itu cukup kecil dan tidak berbahaya.

Satu sudut bibir Riki tersungging, ikut lucu melihatnya. Arkan sudah tertawa membayangkannya lagi.

“Makanya lain kali, tuh, hati-hati, lo kebanyakan liat depan, nggak liat ke
belakang apa lagi ke bawah.”

“Gue cuma nggak nyangka aja ada lubang di bawah.”

“Untung lo baik-baik aja.” Arkan terkekeh, melihat foto selanjutnya, menilai
posenya sendiri dan pose teman-temannya.

Sudah sebulan lebih mereka memulai karier dan menyiapkan debut. Sejauh ini tidak ada masalah, semua berjalan baik seperti air mengalir. Tidak ada yang mengecewakan, latihan mereka memperoleh hasil yang memuaskan, tinggal melakukan syuting music video , maka persiapan debut akan lengkap.

Perasaan menggebu di hati mereka masih sama, mereka paling sering memainkan ponsel untuk membaca semua komentar positif serta segala dukungan yang tidak henti diberikan pada mereka, membuat semangat mereka lebih baru, semakin hari semakin bertambah.

“Yang lainnya mana?” Bagas datang pertanda pemotretan akan segera dimulai. Dia menemukan tiga member lain berada di pinggir ruangan bersama staf lainnya. Dia memanggil mereka untuk segera berkumpul.

Kelima member berkumpul di lokasi  pemotretan yang sudah ditentukan, Sutradara sedang menyiapkan kamera. Bagas, Satria, dan Arjun membantu kelima member memulai pose masing-masing. Sesi pemotretan kali ini dimulai dengan foto bersama.

Sepuluh menit awal terasa canggung dan kaku, tapi suasana mencair ketika Pasha melakukan pose salah yaitu mengangkat satu kakinya ke atas, sontak keempat member tertawa kecil. Suasana jadi lebih baik dan terasa menyenangkan.

Kemudian berganti ke sesi pribadi, satu per satu, Arkan duluan melakukannya dengan sytle-nya yang memukau siapa saja, bahkan sutradara ikut tersanjung menyaksikan pesonanya. Kemudian berlanjut ke Enzino, aura dinginnya terasa jelas tetapi wajahnya tetap mencolok sempurna. Lalu Sean, si putih yang pasti sangat percaya diri, tapi percaya dirinya tidak sia-sia karena penampilannya

memang keren. Kemudian berganti pada Pasha, cowok blasteran Amerika yang pesonanya mengalahkan siapa pun. Setelah itu Riki, si dancer dengan kulit
sawo matang yang terlihat manis. Meski tubuhnya sedikit mungil, dia tidak kalah keren dari member lainnya.

Mereka menghabiskan satu harian dengan menyiapkan photo konsep. Hingga pukul enam sore, pekerjaan mereka selesai. Bagas mengantar mereka ke dorm. Untungnya selama perjalanan suasana jadi lebih menyenangkan berkat candaan dan gurauan Sean maupun Pasha.

Sesampainya  di dorm, mereka memasak makanan bersama-sama, menyantap dengan asyik, lalu beristirahat dengan baik agar hari esok bermula dengan lebih baik lagi.

°°°

SERUNAI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang