3. Memulai Harapan

101 28 6
                                    

PART 3

Harapan muncul di antara orang-orang sekitar, salah satunya kita. —Serunai.

°°°

 

Cahaya menyelinap masuk melalui tirai jendela bersamaan dengan kicau sekawanan burung kecil dan angin yang berembus sedang. Angin memang selalu berembus di kawasan itu hingga memberikan nuansa dingin bagi yang bertempat. Suasana dorm baru masih terasa asing bagi member boy group baru itu. Masih dibutuhkan penyesuaian diri. Meskipun begitu, tidak ada hari bersantai. Hari pertama mereka sudah dipenuhi keramaian.

“Kak Sean! Di mana buku catatan gue? Gue nggak bisa pergi tanpa itu!” teriak Pasha dari kamar pada Sean yang sedang mengecek buku-buku di ruang televisi. Tadinya Sean sedang menunggu teman-temannya bersiap, tapi karena terlalu lama dia menyibukkan diri dengan melihat-lihat. Ruang tamu kini diisi oleh tiga make up artist yang sudah dikirim Bagas untuk mengurus mereka, tapi tetap saja masih kewalahan.

Sean memilih fokus membaca judul buku yang berderet di rak. Ada beragam jenis. Tidak hanya di ruang televisi, buku-buku itu juga disediakan di ruang tamu dan kamar.

“Catatan lo, kok, nanya gue?” sahut Sean, ikut berteriak.

“Jangan bercanda, ya, Kak! Lo pinjem semalem. Di mana?”

Alis Sean tertekuk, aktivitasnya terhenti. Sambil mengingat-ingat sesekali dia menggaruk poninya yang tak gatal. Hampir dua menit, Enzino yang berdiri di sebelah menyenggol lengannya.
 
“Ada di Riki. Lo ngasih pinjem dia semalem.”

“Ah, iya!” Dia menepuk jidatnya sendiri. “Sha, gue pinjemin ke Riki. Tanya aja ke dia! Bisa-bisanya gue lupa.”

“Nggak ada tanggung jawabnya, ya, lo kalau minjem.” Cowok benetra abu itu berlalu melewati Sean dan Enzino sambil menggeleng-geleng.

“Udah pada selesai belum? Gue udah ditelepon Kak Bagas. Kita disuruh ke ruang Produser sekarang.” Arkan muncul dari kamar sambil melirik ponselnya.

“Dari tadi udah selesai kali.” Sean berceletuk, menutup buku dan berjalan mendekat, kemudian melirik Riki dan Pasha yang berbincang di sudut ruangan.

“Ya udah, yuk, nunggu apa lagi?” Arkan berjalan lebih dulu, disusul Sean dan Enzino. Setelah menemukan catatannya, Riki dan Pasha menyusul.

Gedung utama HYPE Entertainment begitu besar. Banyak ruang latihan juga dorm yang dikhususkan untuk para idol. Arkan dan lainnya merasa terhormat bisa satu atap bersama idol-idol profesional. Mereka yakin bisa menjadi sosok yang hebat dan dikagumi seperti senior mereka nantinya.

Di tengah perjalanan mereka bertemu beberapa staf yang berbaik hati mengantarkan Arkan dan teman-temannya ke ruangan Produser. Setelah mengucapkan terima kasih, Arkan mengetuk pintu yang terbuat dari kaca bening, lalu masuk setelah dipersilakan. Pemandangan pertama yang mereka lihat ialah beberapa Manajer penting dan Produser sedang duduk berdiskusi bersama. Pelatih mereka—Bagas—juga sudah berada di sana.

Kelima member itu merundukkan kepala sambil tersenyum sopan. Mereka dipersilakan duduk. Dihadapkan dengan para Manajer.

“Kalian hebat!” Dua kata tersebut langsung terlontar dari bibir Produser tertinggi sekaligus Sutradara yang akan mengurus Music Video mereka. “Bukan hebat saja, kalian luar biasa. Usaha kalian punya nilai berharga. Bakat kalian pantas ditunjukkan ke semua orang,” tambahnya menyuarakan pemikirannya. Sejak tiga bulan acara survival diadakan, dia terus mengamati kemampuan setiap kontestan yang setiap harinya berkembang. Kelima idol yang lolos sekarang adalah yang paling hebat menurutnya. Dia sangat yakin kelima idol-nya itu akan menjadi idol luar biasa yang dikagumi banyak orang.

“Terima kasih, Pak,” jawab Arkan, mengembangkan senyum. “Kami sangat senang penampilan kami tidak mengecewakan. Kami beruntung menjadi trainee di agensi ini dan mendapatkan pelayanan terbaik hingga kami bisa sampai di posisi sekarang. Impian kami ada di depan mata, kami bisa mewujudkannya, yaitu debut. Itu semua karena dukungan kalian, para Staf dan Manajer yang selalu melatih kami.”

Sang Manajer tersenyum. “Satu-satunya alasan terbesar kalian ada di posisi sekarang adalah perjuangan kalian sendiri. Saya dan lainnya hanya figuran. Tekad kuat kalian yang membuat kalian ada di titik ini.”

“Tanpa sebuah dukungan kami nggak akan ada di tempat ini, Kak.” Ucapan Riki membuat semua orang di dalam ruangan menoleh padanya. Cowok berjaket denim itu membalas tatapan sang Manajer sambil tersenyum tipis. “Kalau kami ada di posisi sekarang, itu hanya karena kalian. Kami menjadi trainee dan belajar menjadi seorang idol dari kalian, kami bisa sehebat ini juga karena kalian. Kalian satu-satunya alasan terbesar kami bisa mewujudkan impian ini, Kak."

“Benar, kami sangat-sangat bersyukur. Dan kami juga sangat-sangat bahagia. Kami pasti akan kerahkan yang terbaik, kami nggak akan pernah mengecewakan kalian,” timpal Sean antusias. Energinya yang positif tersalur begitu saja membuat member lain dan para Manajer ikut bersemangat.

“Kalian memang hebat, sudah sepantasnya dapat sesuatu yang hebat juga.” Sang Produser berbicara lagi sambil menengadah tangan menunjuk Bagas. “Perkenalkan diri kamu!”

Perkataan itu membuat Arkan serta lainnya merasa bingung, mereka menatap Bagas dengan kening berkerut. Staf sekaligus pelatih mereka berdiri sembari melengkungkan bibir, tatapannya mengarah ke mereka lalu mulai memperkenalkan diri.

“Saya Bagas Adikara, usia 27 tahun, lulusan Dancewave Center jurusan tari. Mulai sekarang saya akan menjadi Manajer kalian. Mohon kerja samanya!”
 
Pancaran mata Arkan maupun lainnya berangsur-angsur speechless. Bagas adalah pelatih yang selalu mengurus mereka saat menjadi trainee. Orang paling pengertian dengan pengetahuan luas. Selama mengenalnya tidak ada yang perlu dicemaskan. Tapi setahu mereka, dia hanya pelatih, bukan Manajer. Dan apa yang mereka dengar barusan? Bagas akan menjadi Manajer mereka?

“Iya, Bagas dapat promosi. Jabatannya naik atas permintaan seseorang.”

Semua orang mengikuti arah tatapan sang Manajer.

Tunggu! Riki?

Riki melempar senyum tipis menatap keempat temannya. “Kita udah terlalu nyaman sama Kak Bagas. Nggak ada salahnya kalau gue ajuin Kak Bagas jadi Manajer kita, kan?”

“Riki,” ujar Sean terharu. Dia merangkul temannya itu. “Lo hebat!” Pantas saja pakaian Bagas terlihat berbeda sejak pagi, mereka baru menyadari sekarang.

“Sudah … sudah. Nanti kalian punya waktu untuk merayakannya. Sekarang kita mulai pembahasannya,” sela seorang Manajer.

Para member tidak bisa menahan senyumnya saat Bagas memberikan beberapa berkas kepada mereka dan menjelaskan apa saja isinya. Setelah membaca sejenak, mereka membahas bersama-sama. Antara lain posisi mereka di grup, juga beberapa jadwal yang akan mereka lakukan seminggu ke depan.

Selama setengah jam membahas, Arkan serta lainnya menyimpulkan beberapa poin. Salah satunya konsep Music Video pertama mereka yang bertema ‘Vampir’, tetapi masih dikemas dengan gaya remaja. Sudah ada penjelasan bagaimana detail konsepnya pada lembaran-lembaran yang sedang mereka baca dan pahami. Rasa antusias semakin menyelimuti diri mereka. Dalam hati mereka berjanji akan menunjukkan yang terbaik atas kemampuan mereka.

°°°

Note:

Jangan lupa votenya ya teman-teman 🌻✨

SERUNAI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang