"Hades itu artinya Dewa Kematian. Jadi gak salah dong kalo gue bunuh lo sampe metong?"
🍒
SRET!!
Bunyi suara rante yang beradu sama aspal jadi backsound setiap langkah yang gue ambil. Gue udah berdiri paling depan, menatap bengis ke arah lawan yang udah masang tampang galak yang gak buat gue takut sama sekali.
Gue, Dewa Kematian, apa yang perlu gue takutin? Yah, kecuali azab Tuhan sama yang mulia emak gue sih.
Aksi saling menatap antara gue dan geng musuh berlangsung selama beberapa menit. Berusaha saling mengintimidasi dengan tatapan masing-masing sebelum sebuah teriakan "SERANG" menggema dari dua kubu. Kalo dari pihak gue sih yang bertugas menggaungkan kata itu si Faisal. Karena suara Faisal tuh dalem-dalem gimana gitu, yang gue yakin bisa bikin perawan becek setiap denger suaranya dia, maka dari itu dia gue dapuk sebagai orang tetap untuk meneriakkan serangan.
Gak lama setelah kata keramat itu diteriakkan, kita semua saling menyerang satu sama lain.
Tinjuan.
Lemparan.
Dorongan.
Sikuan.
Sayatan.
Pecutan.
Dan kawan-kawannya yang lain udah mulai melukai tubuh kita masing-masing. Tapi tenang, kita semua udah kebal, lagian ini hanya pertarungan unjuk diri, bukan ajang saling cabut nyawa.
Paling parah ya biasanya masuk UGD. Selama karir gue sebagai ketua Cibatam, belum pernah ada yang sampe meregang nyawa untungnya. Paling apes ya patah tulang.
Gue dari tadi ayunin rante yang berada di tangan gue, menghalau orang-orang yang berusaha nyerang gue. Karena ketua tuh emang yang paling diincar. Siapa yang pertama kali melumpuhkan ketua dari masing-masing kubu dialah pemenangnya, dan biasanya hal itu juga adalah pertanda akhir dari tawuran.
"HADES!"
Gue nengok ke si Panji yang barusan teriak ke gue, sebuah gir dia lempar yang langsung gue tangkap dengan mulus, oh iya, gue punya janji mau lempar orang yang ngelempar batu ke Panji pake gir.
"Si botak mengkilap, Mer."
Mata gue langsung memindai si botak mengkilap yang dimaksud Panji, setelah menemukan orang tersebut, gak buang-buang waktu gue langsung lempar gir di tangan gue sekenceng mungkin. Untungnya, si botak mengkilap itu gak begitu jauh dari posisi gue berdiri sehingga lemparan gue tepat mengenai matanya.
Si Panji bersorak kegirangan sambil ngacungin jari tengahnya ke si botak mengkilap yang udah tepar di tanah sambil megangin matanya yang jadi korban lemparan gue.
Sekarang tujuan gue adalah ketua mereka. Gue seret kembali rante di tangan gue, menepis orang-orang yang berusaha ngehadang gue pake pisau lipat di tangan gue yang sekarang udah berlumuran darah karena udah dipake buat nusuk beberapa orang.
Itu dia.
Ketua Geng Jaran Goyang saat ini lagi by one sama si Harsya.
Gue jalan ngedeket ke arah dia, lalu jerat lehernya pake rante yang ada di tangan gue. Tongkat baseball yang dari tadi jadi senjatanya gue tendang sejauh mungkin.
Dia meronta. Gue makin kencengin tarikan rante gue di lehernya.
"Anjing! Stop bang- sat.." katanya terengah-engah. Kayaknya pernafasan dia udah gak stabil. Maka dari itu gue longgarin tarikan rante gue. Jangan dipikir gue kasihan, ew najis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dikejar Cinta Ketua Genk - Jeno X Hyunjin [Selesai]
Fanfiction[ warning // penuh umpatan dan kata kasar ] Seri ke-2 dari "Dikejar Cinta" Ini tentang (Hyunjin) Mahameru sang Ketua Himpunan Anak STM Cinta Baku Hantam, yang mengejar cintanya (Jeno) Abimanyu, mahasiswa tingkat tiga yang tengah dalam fase hidup seg...