Hinata mencengkeram bahu Naruto kuat saat lelaki dewasa itu tengah menghisap payudaranya dengan rakus, sial Hinata kehilangan tenaganya untuk melawan sekarang.
Naruto melepaskan hisapannya lalu dia menatap ke arah Hinata yang tengah menatapnya juga. "Mukanya udah merah aja padahal kan belum di mulai," Naruto tertawa pelan sambil mengusap pipi Hinata.
"Jangan dong, pelase.." gadis itu merengek saat Naruto kini membalik posisi mereka, sumpah demi dewa Neptunus, Hinata belum siap. Hukuman ala Naruto itu benar-benar membuat Hinata gila, kepalanya mendadak kosong dan sialnya dia akan jadi gadis binal yang haus belaian.
"Lima menit aja sayang," Hinata pasrah saat Naruto mengecup lehernya dengan lembut, sentuhannya membuat tubuh Hinata seketika meremang. "Janji cuma lima menit."
Hinata tidak lagi merengek, yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah pasrah, jujur hukuman yang di berikan Naruto bukan sesuatu yang menyakitkan, tapi cara pemuda itu tetap saja membuat Hinata tersiksa.
Lidah panas Naruto bergerak liar seperti haus akan sesuatu dari tubuh Hinata, dia menghisap dan menjilat dimanapun dia mau. Satu tangan dia gunakan untuk menyangga tubuhnya agar tidak menimpa Hinata sedangkan tangan lainnya sibuk mengacaukan konsentrasi Hinata dengan mengelus kemaluannya dengan gerakan pelan namun memabukkan.
"Nar jangan lama-lama," rengek Hinata. Naruto sendiri tidak peduli dia sedang asik memberi jejak-jejak kepemilikan di sepanjang leher hingga tulang selangka Hinata.
"Baru satu menit," ujarnya dengan suara serak. Naruto menuruni tubuh Hinata hingga kini berhenti tepat di depan pusar Hinata. Tanpa pikir panjang dia mengecup dan membelai area sensitif gadis itu hingga membuatnya kian gelisah.
Naruto sengaja menghisap bawah pusar Hinata seperti sedang menyusu, bahkan tak jarang dia mengigitnya dengan gemas. Hinata sudah tidak bisa mengontrol emosinya lagi, tangan Naruto mulai bergerak nakal menyusup ke di balik celana dalamnya dengan tidak tau aturan. Memainkan titik paling memabukkan dalam diri Hinata hingga membuatnya pening luar biasa.
Naruto bangga bisa membuat gadis itu hingga ke titik ini, titik dimana dia sangat menginginkan Naruto namun masih berusaha bertahan untuk tetap diam.
Jemari Naruto bergerak lihai, bukan masuk kedalam hanya berputar-putar di bagian luar untuk memancing libido gadis itu lebih parah. Hinata mendesah tertahan, dia sangat ingin di masuki sekarang. Tubuhnya panas bahkan titik inti dalam dirinya mulai berkedut tak karuan.
"Daddy," sambil mendesah Hinata mengarahkan tangan Naruto untuk masuk ke dalam miliknya namun Naruto menolak. Pemuda itu tertawa bangga melihat wajah memelas Hinata.
"Masih ada dua menit sayang," ujarnya. Pemuda itu melepaskan boxernya lalu meleparkannya asal. Hinata sudah tidak peduli lagi dengan kondisi mereka yang sama-sama polos ini. Melihat benda keras yang begitu besar berdiri kokoh di hadapannya, Hinata rasanya ingin langsung melahapnya. Dia ingin segera mencari kepuasan dan menyudahi semuanya.
Naruto menahan bahu Hinata saat melihat gadis itu hendak bangun, "Aku bilang 2 menit lagi kan? Kalau kamu nolak aku tambah 5 menit lagi mau?" Ujarnya.
Kontan Hinata menggeleng, dia tidak mungkin sanggup menahan lebih lama lagi. Dua menit bagi orang normal mungkin sebentar tapi bagi Hinata, itu sangat-sangat lama dan menyakitkan.
"Memohonlah sayang," Naruto mengunci kedua tangan Hinata di kepala hingga ia tak berdaya.
Hinata pasrah saat Naruto mengarahkan kejantanannya ke liang vagina Hinata. Ini adalah bagian paling menyakitkan menurutnya.
Hinata mengigit bibirnya sendiri saat Naruto menggesekkan miliknya di depan liang Hinata, hanya menggeseknya saja dan kedutan di dalam tubuh Hinata kian gila. Urat-urat ya yang tegang itu membuat tubuh Hinata kian panas dan makin basah saja.
Naruto sangat suka menggoda Hinata, batang besarnya terus bergerak dengan tempo yang lambat untuk menggoda Hinata. Sesekali dia berlagak seolah ingin memasuki Hinata namun ketika gadis itu mendesah dengan tidak sabar Naruto menipunya. "Mau aku masukin sekarang, cantik?" Tanya Naruto sambil menggesekkan batangnya di depan vaginanya Hinata. Masih sibuk menggoda tanpa ada niatan untuk memasuki liang itu.
Hinata mengangguk dengan mata memohon, "Please..." Rengeknya sambil bergerak gelisah seolah mencari dimana kenikmatan itu berada.
"Call me daddy, with your sexy voice."
Hinata sudah tidak peduli kalau setelah ini Naruto akan mengejeknya habis-habisan. Dia hanya ingin mendapatkan kenikmatan itu sekarang. "Daddy please..."
"Kenapa sayang, mau apa?"
Brengsek memang, saat Hinata hampir klimaks Naruto justru menghentikan gerakannya hingga membuat kepala Hinata berdenging. "Aaah please fuck me harder, daddy i want you dick now!!!!" Jerit Hinata frustrasi.
Naruto tertawa puas melihat wajah kesal bercampur nafsu milik Hinata, libidonya kian terpancing saat ini. Maka tanpa menunggu banyak waktu Naruto menuruti apa kata Hinata. "As you wish, babe.."
Pemuda itu memasukkan miliknya, menyatukan dua tubuh yang terpisah untuk mencapai kenikmatan yang tak terbantahkan itu. Naruto menikmati rasa hangat yang tercipta saat dia berada dalam diri Hinata. "Jangan keluar dulu sebelum aku, atau aku buat kamu gak bisa jalan besok pagi."
"Bawel anj*ng," mulut boleh kasar tapi percayalah Hinata sedang bersusah patah menahan nyeri yang menusuk tubuhnya. Sial, sekian lama bercinta dengan Naruto kenapa ukuran kejantanan pemuda itu tidak menyusut? Kenapa makin hari justru Hinata merasa ukurannya makin membesar? "Lo suntik apa pake apa sih Nar?"
Naruto menaikan alisnya heran, wajah Hinata yang tidak karuan itu membuatnya heran. "Maksudnya?"
"Adek lo ini lo kasi apa sih? Kenapa makin hari makin gedek?! Ntar kalau lama-lama gak muat gimana?!" Sungut Hinata.
Naruto tertawa kencang seolah apa yang di katakan Hinata adalah lelucon paling menggelikan di dunia, "Udah ukuran aslinya segitu, segini aja lo panas dingin apa lagi gue suntik? Mati lo ntar."
Hinata hendak protes namun Naruto menghentak tubuhnya kuat hingga membuat tubuh Hinata membusung ke depan. "Cukup mendesah dan nikmati, gue punya lo malam ini, lo ratunya, dan lo bakalan dapet yang paling nikmat di dunia."
Mata Hinata memburam, dia sudah tidak bisa mendefinisikan perasaannya lagi. Otaknya kosong dan yang ada di benak gadis itu hanyalah mencapai kenikmatannya sekarang. Bersama Naruto.
Dan ketika tikaman itu kian dalam dan cepat, Hinata merasa seperti dia kian terbang ke surga dunia.
"I love you," gumam Naruto pelan saat dia melihat tubuh Hinata bergetar hebat dan seketika saja gadis itu jatuh lemas di bawahnya. Tubuhnya basah oleh keringat, rambutnya lepek hingga membuat wajahnya berantakan. Naruto tersenyum simpul, dia tau Hinata tidak mendengar ucapannya tadi, tapi dia tidak peduli juga. "I love you so much, Hinata."
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Life | Namikaze Naruto✔
FanfictionKalau Tuhan ngasih kebebasan aku buat milih, di kehidupan selanjutnya pun aku tetep mau sama kamu, Naruto. a naruhina fanfiction story by MhaRahma18 cover by pinterest only for 18+ year old