Hinata mengerjapkan matanya beberapa kali saat merasakan bau menyengat di indera penciumannya. Gadis itu mengerang pelan karena mendadak kepalanya berputar-putar seperti gasing saat dia mencoba duduk.
"Tiduran aja Nat jangan di paksa," Hinata menatap Sasori dengan penuh tanya. Gadis itu melihat sosok lelaki itu duduk di sebelahnya dengan raut wajah panik.
"Gue kenapa kak?" Tanya Hinata heran.
"Lo tuh ya kalau udah tau hamil, jangan sampe kecapekan. Untung pas gue dateng tadi coba engga? Sampe sadar sendiri lo palingan." Gerutu sasori, dia sedang mengamati obat dan vitamin yang di berikan dokter tadi kepadanya.
Ya tadi pagi Sasori menemukan Hinata terkapar di depan pintu kamarnya, niat hati Sasori ingin mengajak Hinata makan siang namun berulang kali dia mengetuk pintu Hinata tidak juga membukanya. Karena panik Sasori ahirnya membuka paksa pintu Hinata dan benar saja gadis itu sedang tidak sadarkan diri.
"Ha-hamil?" Tanya Hinata kaget, matanya sontak berkaca-kaca tak sanggup menahan gejolak yang ada di dadanya.
"Iya emang lo gak tau?" Sasori menatap gadis itu heran saat melihat Hinata menggeleng. "Padahal gue tau lo hamil dari pertama ketemu, bisa-bisanya lo gak sadar."
Hinata sudah tak mendengarkan ocehan Sasori lagi, dia terlalu bahagia hingga tidak bisa menahan isak tangisnya lagi.
"Lah, kenapa nangis? Lo bukan korban pemerkosaan kan?!" Panik Sasori sambil memegang dua bahu Hinata khawatir, "Kalau iya bilang aja, gue bantu nyari pelakunya sampe dapet. Berani-beraninya dia berbuat jahat kaya gitu."
"Bukan Bang, bukan..." Hinata tertawa melihat ekspresi Sasori yang sangat berlebihan. Menurutnya pemuda itu sangat lucu, dia tidak menyangka sasori punya ekspresi yang beragam selain muka ketusnya yang menjengkelkan itu.
"Terus kenapa lo nangis?"
Hinata tertawa namun air matanya masih deras mengalir, "Gue bahagia banget, ahirnya gue punya temen buat ngejalanin hidup gue yang sepi ini."
"Tapi lo bilang lo gapunya keluarga, pacar apa lagu suami?" tanya Sasori heran.
"Tapi sekarang gue punya dia Bang.."
Sasori tersenyum hangat lalu memeluk Hinata, mungkin Sasori bisa melihat bayangan seseorang pada diri Hinata namun tetap saja Hinata dan seseorang itu sangat berbeda. Hinata gadis yang kuat dan caranya menghadapi masalah sangat berani.
Entah kehidupan seperti apa yang Hinata jalani, sekarang Sasori akan berusaha untuk melindunginya. Dia tidak akan membiarkan Hinata merasa sendiri dan kesepian karena dia tidak ingin hal buruk terjadi seperti masalalunya.
***
Naruto mendatangi mansion Ibunya dengan perasaan gamang. Dia berharap Hinata ada di sini meski kemungkinan itu sangat kecil, Naruto berusaha untuk mensugesti dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja dan Hinata masih tetap di sampingnya.
Tanpa permisi Naruto langsung masuk dan mencari Ibunya, beberapa pelayan yang dia temui langsung menyapa sang Tuan Muda karena sudah sangat lama Naruto tidak bertandang kemari.
"Bunda mana?" Tanya Naruto tanpa basa-basi.
"Di taman belakang Tuan,"
Naruto langsung bergegas, sambil memanggil-manggil Ibunya.
"Bunda!!!!"
"Bunda dimana Hinata Bun??!!"
Khusina yang mendengar panggilan putranya langsung menghampiri Naruto.
"Kenapa Nak? Jangan teriak-teriak, ini rumah bukan hutan.."
Naruto menghampiri Ibunya dan langsung menggenggam tangan Khusina erat, "Nata di sini kan Bun?" Dengan perasaan berkecamuk Naruto masih berusaha berfikir positif. Dia masih berharap Hinata ada di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Life | Namikaze Naruto✔
FanfictionKalau Tuhan ngasih kebebasan aku buat milih, di kehidupan selanjutnya pun aku tetep mau sama kamu, Naruto. a naruhina fanfiction story by MhaRahma18 cover by pinterest only for 18+ year old