13. Rasa

621 79 21
                                    

Pukul sembilan malam, Naruto ahirnya menyelesaikan pekerjaannya. Pemuda itu memilih bekerja di rumah karena kondisi tubuhnya, selain itu Naruto juga malas pergi ke kantor. Dia hanya ingin di rumah saja hari ini.

Dengan langkah gontai dia berjalan menuju kamar, Naruto sudah membayangkan nyamannya bergelung di atas kasur sambil mendekap erat tubuh Hinata.

Aroma candu gadis itu membuat akal Naruto sedikit menghilang.

Naruto mematung di tempatnya saat melihat Hinata tengah sibuk mengacak-acak isi lemari skincare nya. Bukan, bukan karena Hinata sedang mengacak-acak lemari itu yang membuat Naruto menegang. Melainkan kostum gadis itu, Hinata seperti dengan sengaja memancing Naruto yang sedari tadi sedang berusaha keras mengendalikan diri.

Gadis itu sedang menggerutu sambil memunggungi Naruto dengan hanya m nggunakan handuk yang melingkari tubuhnya. Sialnya handuk itu sangat pendek dan tidak mampu menutup bagian-bagian tubuhnya yang menggoda itu. Kemolekan tiada tara kini terpampang jelas di depan mata Naruto.

Bokong sintal yang seolah menjerit minta di remas, Naruto sangat gatal ingin menarik handuk sialan itu hingga terjatuh.

Susah payah dia menenguk ludah.

"Nat kamu ngapain?" Tanya Naruto sambil berusaha keras menahan gejolak dalam dirinya yang mulai meronta-ronta.

"Nyari sabun, kayaknya waktu itu aku beli beberapa botol deh masa abis." Ujarnya sambil terus mangacak-acak isi lemarinya.

"Udah abis kali kamu lupa,"

"Enggak ya Nar, seinget aku masih satu."

Gadis itu berbalik dan dua gunung kembarnya bergerak natural seiring gerakan tubuhnya. Naruto ingin menjerit kuat dan langsung membabat habis gadis di hadapannya itu, tapi Naruto masih berusaha keras bertahan.

"Yaudah pake punya aku aja dulu nantik aku beliin yang baru," ujar Naruto dia membalikan tubuh Hinata lalu mendorongnya masuk ke dalam kamar mandi.

Naruto sudah tidak tahan lagi melihat tampilan Hinata yang sangat berbahaya itu.

"Yaudah deh aku pake punya kamu dulu." Ahirnya Hinata mengalah, gadis itu masuk ke kamar mandi tanpa menoleh lagi ke arah Naruto.

Sementara Naruto mengacak rambutnya frustrasi, kulit Hinata sangat lembut dan dingin. Rasanya Naruto ingin mengecap sekali lagi kelembutannya, mungkin kali ini dengan bibir akan lebih menggoda.

"Argh! Lo bayangin apa sih Nar!!!" Naruto mengerang frustrasi. Pemuda itu memutuskan untuk tidur, mungkin dia bisa melupakan libidonya sendiri nanti.

Jika kalian bertanya kenapa Naruto membatasi dirinya untuk tidak menyentuh Hinata semaunya. Itu karena Naruto, tidak ingin gadis itu berpikir Naruto adalah lelaki yang hanya menginginkan tubuhnya.

Hinata bukan pemuas nafsu Naruto, gadis itu murni temannya meski sesekali mereka melakukannya. Tapi Naruto tidak akan memaksa jikalau Hinata menolak permintaannya.

Naruto tidak akan pernah memaksa Hinata. Dia tidak ingin gadis itu merasa tertekan karena dirinya.

Sekitar lima belas menit kemudian Hinata keluar dari kamar mandi, semerbak aroma jeruk seketika memenuhi ruangan kamar saat Hinata membuka pintu kamar mandi.

Naruto meneguk ludahnya kasar, setelah beberapa menit berusaha menenangkan diri gadis itu datang dan menghancurkan benteng pertahanannya dalam sekejap.

Sialan.

"Nar, kamu kenapa?" Hinata mengerutkan keningnya heran saat melihat posisi tidur Naruto. Pemuda itu berbaring di ranjang dengan kaki menggantung begitu saja, dia juga menutup wajahnya dengan lengan.

Naruto seperti orang yang sedang stres.

"Nar, lo gapapa?"

"Nata..."

"Iya kenapa?" Hinata duduk di sebelah Naruto dengan wajah paniknya, gadis itu benar-benar khawatir pada keadaan Naruto.

"Jangan deket-deket gue," pelan Naruto dengan suara seraknya.

"Kenapa? Lo sakit? Apa yang sakit-"

Ucapan Hinata terhenti saat Naruto menggengam tangan gadis itu secara tiba-tiba.

"Bawel banget astaga, gue makin gak tahan jadinya."

Hinata memiringkan kepalanya heran, alisnya berkerut aneh.

"Kena-"

Naruto membungkam bibir Hinata dengan ciuman lembut, awalnya perlahan namun lama kelamaan Naruto mulai memainkan lidahnya.

Hinata yang sama sekali tidak mengerti hanya bisa diam dan membalas permainan Naruto sebisanya. Naruto menghisap rakus bibir Hinata seolah ingin memakan semua bagiannya. Lidah kasarnya menjelajah seluruh bagian mulut Hinata tanpa celah, saliva mereka bertukar bahkan mengalir merembes melalui celah bibir keduanya.

Bibir kenyal yang selalu jadi candu untuk Naruto. "Nata.." lirih Naruto saat tautan bibir keduanya terlepas. Nafas mereka memburu dan saling menerpa satu sama lain.

"Hm?" Gumam Hinata sambil tersenyum, dia mengelus rahang tegas Naruto sambil memejamkan mata. Menikmati sensasi panas yang masih menyelimuti keduanya.

"Do you wanna play with me, babe?"

Hinata mengangguk pelan dan itu berhasil memancing senyum Naruto menjadi lebih lebar.

Gadisnya ini memang tidak pernah mengecewakan.

Naruto menarik handuk yang membungkus tubuh Hinata hingga terlepas. Payudaranya menjuntai begitu saja hingga membuat Naruto kian merasa sesak. "Mau coba memimpin?" Ujar Naruto sambil menatap Hinata. Senyumnya memikat hingga rasanya seluruh kesadaran Hinata tersedot kedalamnya. Sorot matanya begitu menggoda hingga rasanya untuk berkedip pun Hinata tak rela.

"C'mon babe," Naruto menarik Hinata hingga kini gadis itu duduk di atasnya. Tepat di atas perut Naruto yang masih terbalut kaus putih juga selana pendek.

"Aku gabisa," pelan Hinata. Meski dia kini sudah telanjang bulat tapi rasa malu membuatnya tidak bisa melakukan apapun.

Selama ini Naruto selalu memimpin, sangat jarang Hinata ada di posisi seperti ini karena Naruto akan melakukan apapun agar Hinata bisa menikmati permainannya. Hinata selalu di manjakan dan mendapatkan sentuhan paling nikmat dan memabukkan dari Naruto.

"Coba dulu pelan-pelan aku ajarin," Naruto mengarahkan tangan Hinata untuk melepas kaus yang ia pakai. "Pakai insting, bayangin apa yang pengen kamu rasain ke tubuh kamu. Lakuin apa yang kamu pengen ke tubuh aku, buat aku ngerti apa yang kamu mau lewat sentuhan kamu."

Naruto membiarkan Hinata terdiam beberapa saat sampai ahirnya gadis itu mengangguk dengan wajah kemerahan.

"Good girl," Naruto tersenyum manis lalu memposisikan gadis itu agar lebih mudah di capai. Sebenarnya Naruto sudah ingin membabat habis Hinata namun demi sensasi yang lebih nikmat dia harus rela menunggu.

Hinata bergerak mundur dan kini dia duduk di atas pinggang Naruto, bokong sintalnya menyentuh kenjantangan Naruto yang sudah menegang sedari tadi minta di puaskan.

Tangan Hinata bergetar saat memegang ujung kaus Naruto. "Aku mulai," ujarnya. Naruto mengangguk dengan penuh minat. Dia akan melihat seperti apa imajinasi Hinata tentang sex mereka selama ini.

Mula-mula hinata menyingkap kaus Naruto hingga di bawah dada, menampakkan deretan roti sobek yang selalu berhasil membuat Hinata kepanasan sendiri.

"Kalau boleh jujur, apapun yang kamu lakuin itu selalu lebih hebat dari ekspektasi aku. But, i will try to the best for you." 

"Let's do it, babe."

To be continue....

AHAHAHAHAHAHA!!!!

Another Life | Namikaze Naruto✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang