10. Sulit

623 91 26
                                    

Naruto merasakan tepukan pelan di pipinya, dengan malas pemuda itu membuka matanya. Di lihatnya Hinata sedang duduk di sebelahnya sambil menatap Naruto. "Ahirnya bangun juga," ujarnya. Naruto bergeming sejenak lalu dia bangun dengan malas, "Sup nya udah mateng ayo makan.."

Naruto tidak menjawab sama sekali, pemuda itu menuju kamar mandi. Hinata menghela nafas, sepertinya dia melakukan kesalah yang tidak dia sengaja, nantik setelah makan gadis itu akan menanyakannya pada Naruto. Dia tidak suka Naruto yang seperti ini, sumpah demi Mermaid Man dan  Barnacle Boy, Naruto yang diam seperti batu ini membuat jatung tidak aman.

Dia tidak bisa di tebak, entah seperti apa emosinya sekarang sangat sulit di mengerti. Naruto marah atau tidak, wajahnya terlihat sama saja dan itu membuat Hinata frustrasi. Sangat, sejak tadi rasanya Hinata ingin lari dan melompat dari atap ke atap saking jengkelnya.

Sepuluh menit berlalu akhirnya Naruto keluar dari kamar mandi. Pemuda itu terlihat segar dengan rambut pirang yang masih basah dan lepek.

"Kamu udah mandi?" Tanya Hinata, basa basi sebenarnya Hinata tidak tau harus bertanya apa pada Naruto. Lelaki itu selalu diam saja sejak kemarin seperti sedang sakit gigi saja. Padahal Naruto itu jauh lebih tampan dan menggemaskan ketika banyak bicara.

"Menurut lo?"

Sinis. Hinata hanya bisa mengelus dada sambil membatin, 'Habis kemasukan apakah gerangan manusia ini? Kenapa jadi galak macam medusa yang hendak melahirkan?'

"Udah si, soalnya rambut kamu basah." Jawab Hinata sekenanya. Takut membuat Naruto tambah marah dan berakhir menendangnya dari apartemen ini.

"Sok tau, gue cuma keramas sama cuci muka doang keles."

Gadis itu melongo saja saat melihat Naruto menjawabnya dengan ketus, sumpah ini ada yang tidak beres. Buru-buru gadis itu mengikuti Naruto menuju dapur.

"Naruto.."

"Apa?"

Bahkan untuk sekedar menjawab 'apa.' saja harus di sertai dengan tatapan tajam yang mematikan. Hinata meneguk ludahnya kasar.

"A-aku minta maaf kalau aku ada salah sama kamu," baik, sepertinya ini jalan terbaik. Hinata memutuskan untuk meminta maaf untuk hal yang dia sendiri tidak tau salahnya dimana.

"Emang lo salah apa?" Naruto menjawab sambil mendudukkan diri di kursi, matanya terpejam seolah menunggu-nunggu jawaban Hinata.

"Em, gatau juga si.." jawab Hinata dengan polos dan hal itu sukses memancing kekesalan Naruto secara instan.

"Kalau gatau kenapa minta maaf?"

"Ya gatau loh Nar, kamu itu kenapa sih marah terus? Aku tuh salah apa? Bilang sama aku jangan diem aja!!!!" Hinata kesal, sekuat apapun dia menahan emosinya tapi melihat bagaimana acuhnya Naruto padanya membuat rasa kesal Hinata kian menjadi-jadi.

"Apaan sih Nat," pada ahirnya Naruto kalah, melihat bagaimana wajah Hinata yang merah dan hampir menangis sesuatu dalam diri Naruto mulai berontak.

"Aku minta maaf kalau aku ada salah!! Jangan cuekin aku, aku gak mau..." Gadis itu menangis hebat, rasa kesalnya membuat tidak ada satupun ekspresi yang bisa dia keluarkan selain menangis sekuat tenaga. Sebaliknya, melihat Hinata menangis hebat pemuda itu malah tertawa bahagia. Sangat jarang sekali Hinata menangis karena kesal padanya, ini merupakan momen yang sangat langka dan perlu di abadikan.

Pemuda itu mengambil ponselnya dan dengan semena-mena memotret wajah Hinata yang menyedihkan.

"Naruto lo apa-apaan!!!!" Hinata berusaha merebut ponsel Naruto namun pemuda itu langsung melemparnya jauh-jauh. "Ih bawa sini!!!"

Seolah lupa dengan tangisnya, Hinata berusaha mengambil ponsel di atas meja itu namun Naruto langsung menarik pinggang gadis itu hingga terjatuh tepat di pangkuan Naruto.

Nafasnya mereka memburu, Hinata dengan tangis dan kekesalannya sedangkan Naruto dengan gelak tawanya yang masih mengudara dan mulai mereda.

"Nata...." Panggilnya pelan. Gadis itu menggembungkan pipinya kesal, berani-beraninya Naruto mengambil air saat dia sedang menangis. Benar-benar tidak punya sopan santun.

"Dih ngambek," Naruto menoel-noel popi tembam Hinata sambil tersenyum lebar.

"Apa?!" Sungut Hinata kesal.

"Sinis banget, aku marah lagi mau?" Naruto berlagak seolah hendak menjauh tapi Hinata langsung memeluknya erat.

"Gak mau!! Gak mau Nar, jangan marah lagi...." Hinata menggeleng kukuh, dia sangat takut melihat Naruto ketika marah. Cukup sekali dalam seumur hidup, Hinata tidak mau lagi.

"Takut banget aku marah," kekeh Naruto sambil mengeratkan pelukannya.

"Jangan marah lagi," pelan Hinata. Naruto mengangguk dia mengecup pucuk kepala Hinata lembut lalu mengusap punggungnya.

"Kamu kira aku bisa marah sama kamu?"

"Ya enggak tau, nyatanya itu bisa.." Hinata mengkrucutkan bibirnya kesal, Naruto di buat gemas sendiri melihat tingkah gadisnya.

"Iya iya aku minta maaf,"

"Minta maaf buat apa?" Tak mau kalah, Hinata membalas perkataan Naruto tak kalah sinis. Siapa suruh ngajarin sinis, jadi gak salah dong kalau Hinata menirunya.

"Udah marah sama kamu, buat kamu nangis, pokoknya buat semuanya."

Hinata tersenyum lebar lalu mengangguk, "Janji gak marah lagi?" Tanya Hinata semangat.

"Janji." Ujar Naruto tangkas.

Sesederhana itu membuat senyum seorang Hyuga Hinata kembali.

"Jadi sebenernya hubungan kita tuh apa si?"

Tubuh Naruto menegang, padahal itu hanya pertanyaan sederhana tapi kenapa mendadak semua organ tubuhnya kaku. Lidahnya kelu tidak bisa berkata apa-apa. Sementara Hinata mendengar kebisuan Naruto hanya bisa tersenyum pedih, mungkin kata-kata cinta yang pernah dia dengar ketika tidur memang hanya sebuah mimpi belaka.

Mana mungkin Naruto benar-benar mencintainya bukan?

"Gue mau makan." Naruto mengalihkan pembicaraan mereka begitu saja. Hinata hanya mengangguk, toh dia tidak berhak bertanya tentang sebuah kepastian pada Naruto. Mereka bukanlah teman atau apapun, mereka hanya... Saling membutuhkan.

To be continue....

Di tulis di sela-sela kesibukan saya bekerja, mohon apresiasinya. Maaf kalau typo soalnya ngetiknya di hp.

Another Life | Namikaze Naruto✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang