𝐃𝐀𝐘 𝟑

1.8K 321 19
                                    

Hari lain telah datang, dan mereka mencari tempat tinggal untuk lima orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari lain telah datang, dan mereka mencari tempat tinggal untuk lima orang. Serta wanita lain yang bersama keempatnya sebelumnya. Mereka memanggilnya Shibuki. Saat ini Karube dan Shibuki mencari persediaan makanan, Arisu pergi untuk mencari petunjuk, Y/n pergi mempelajari arti kartu-kartu dan Visa yang mereka bicarakan tadi malam. Sementara Chota, dia beristirahat du tempat mereka singgah dan mencari tahu tentang apa yang Sebenarnya terjadi.

"Ternyata percuma saja. Semua IC chip telah dihancurkan." Chota berkata, "Kamera Video, jam digital, semua yang beroperasi melalui papan sirkuit elektronik tak berfungsi." Lanjutannya, terdengar hampir frustasi. "Tapi benda seperti ini tetap berfungsi, ya?" Chota mengangkat radio sambil bertanya-tanya, "Mungkin karena tidak dipasang IC chip."

"Apa artinya?" Arisu bertanya, "Mungkin.." Chita berpikir, mengingat kejadian di lalu lintas sebelum mereka kabur ke toilet. "Mungkin itu serangan denyut elektromagnetik." Dia berpikir, "Aku pernah membaca di internet. Saat ditembakkan ke stratosfer, itu senjata yang mampu menghancurkan elektronik di seluruh kota."

"Sungguh?" Arisu bertanya saat Chota mengangguk sebagai jawaban. "Lalu kenapa ini masih berfungsi?" Dia mengangkat ponsel yang didapat dari permainan sebelumnya, sebelum mati.










Kembali ke Y/n, dia sedang mencoret-coret catatannya dan tidak menemukan hasil apapun. Y/n kemudian menatap ke kartu tiga club yang masih ada di tangannya, dia membolak balik kartu itu sebelum kembali berpikir. "Club, diamond, Heart, Spade.. kalau begitu pasti ada double-headed dan Face card." dia bergumam, "Ini seperti permainan Kartu.. Remi? Poker?"

"Y/n! Bisa kau membantu kami?" Sedikit lagi, Y/n hampir memecahkan teka-teki sederhana itu. Namun tampaknya Arisu memanggilnya, "sebentar!" Wanita muda itu menjawab dari ruangan yang dia sebut sebagai kantornya. "Uh.. apa tadi? Agh." Dia menggerang sebelum berjalan ke dapur.

Tampaknya karube dan Shibuki telah kembali setelah mencari persediaan makanan. Dan Shibuki memasak. Jujur saja, Y/n jarang memasak karena dia punya banyak asisten rumah tangga dirumahnya. Namun dia masih bisa masak makanan sederhana, dan setidaknya tidak memasak air hingga menguap.

Mereka berlima makan di meja, dengan yang lainnya menikmati makanan kalengan, bir, ataupun kari yang dibuat oleh Shibuki. "Enak dan hangat!" Karube memuji, "kita belum makan apapun dari kemarin, sih." Chota melanjutkan. Namun sayangnya Y/n sama sekali tidak punya selera untuk makan, meski dia lapar sekalipun. "Tidak enak?" Shibuki mencoba untuk bersikap ramah, dia menggeleng "Mulutku yang terasa hambar." Y/n bergumam.

"Ya tentu saja. Y/n selalu makan makanan mewah bukan? Pastinya Steak lebih enak dari kari dari toko." Chota bercanda, tapi Y/n sama sekali tidak menganggapnya lucu. Mereka malah diam dalam keheningan canggung.

"Apa yang kalian lakukan saat semua orang menghilang?" Shibuki tiba-tiba bertanya, "Kami ada di toilet." Arisu membalas dengan singkat, "Berbicara di bilik yang sama." Chota melanjutkan. "Kalian berempat?" Dia bertanya lagi, dan mereka mengangguk. "Sebentar, aku tak mengerti apa yang terjadi.." dia terdengar salah paham, "Ceritanya panjang." Y/n memberinya seringai kecil.

"Kalau kau?" Karube bertanya, Shibuki mengingat hal yang terjadi sebelum berkata "Bekerja.. aku sedang menyusun materi kerja di ruang rapat." Dia melanjutkan, "Lalu semuanya menghilang dari kantor."

"Apa kau melihat atau mendengar sesuatu?" Arisu bertanya, ada jeda sebelum Shibuki menggelengkan kepalanya, "Aku tidak ingat. Aku tiba di sini tiga hari lalu. Dan tiba-tiba aku dibuat ikut bermain seperti yang lainnya. Semuanya mati, kecuali aku." Wanita itu menambahkan.

"Kau menjadikan mereka umpan?" Karube terus terang bertanya, "Terserahmu saja." Shibuki memotong, "Aku hanya.. ingin bertahan." Katanya. Y/n memotong dengan mendorong kursinya, lalu berdiri "Aku duluan." Dia berkata. Meninggalkan mereka berempat dan pergi ke atap.

Y/n mengeluarkan permen karet nikotin yang ada di sakunya, dan mengunyah beberapa. Dia tak merokok lagi sejak kematian kakaknya. Dia kemudian mengeluarkan liontin yang berisikan potret saudara laki-lakinya dan juga dirinya waktu kecil. Senyuman mulai terbentuk di wajahnya. Dia merindukannya. Satu-satunya saudaranya yang menyayanginya apa adanya dan tidak memperlakukannya seperti boneka. Sayang sekali dia sudah mendahuluinya.

Namun terkadang Y/n iri dengannya, karena kakaknya punya Ataraxis sendiri. Sementara dia harus diam-diam hidup dengan anti-depresant dan obat-obatan. "Aku ingin pulang.."

Tapi tepatnya, dimana rumah yang sebenarnya?










Malam tiba, mereka berdiri didalam mall yang gelap dan saling bercakap "Kurasa Chota butuh dokter." Arisu berkata pada dua temannya, "mengingat kepribadiannya, dia pasti menahan rasa sakit. Dia pasti sudah tak sanggup." Lanjutnya. "Arisu." Karube memulai, "Mari kita bermain besok malam. Berdua saja." Y/n segera memotongnya, "apa maksudmu berdua saja? Aku ikut."

"Tidak bisa! Apa yang mungkin terjadi jika kau ikut dengan kami?" Karube bertanya sambil berkontak mata dengannya, "Jadi kau takut aku mati? Senang sekali mendengarnya. Tapi aku tidak selemah itu, karube." Y/n membalas, dan balik melotot ke pria di hadapannya. "Izinkan aku ikut dan aku tidak akan membocorkan rahasiamu." Dia diam-diam menantangnya.

"Oh ya? Sebutkan satu."

"Baik. Waktu di sekolah menengah kau datang ke-" y/n memulai, namun Karube segera menginterupsinya "Baik-baik! Kau menang! Kau boleh ikut." Katanya. Sementara Arisu diam di sana dengan wajah bingung, "Apa kelanjutannya?" Dia bertanya. "Dia masuk ke-" Y/n memulai lagi tapi Karube menutup mulutnya, itu membuat Y/n meludahinya. "Ah! Kau jorok sekali, Y/n!" Pria itu mengelap tangannya ke punggung Y/n.

"Aduh!"

Arisu menggeleng pelan setelah melihat kelakuan keduanya, lalu dia berkata "Visa kita masih berlaku tiga hari, bukan?" Katanya. "Lebih baik membiasakan diri dengan permainan selagi ada waktu." Karube membalas. "Kita mungkin harus menyelesaikan permainan berikutnya dengan Chota yang kakinya cedera." Lanjutnya.

"Jika kita tak belajar menyelesaikannya bertiga saja, Kita tak bisa melindungi Chota." Karube menambahkan, "Kau benar, tapi.." Arisu tak yakin. "Tapi kita bisa mencari dokter dengan bertemu orang dalam game." Y/n berkata, "Haruskah kita melakukannya lagi?" Arisu bertanya, menyenderkan tangannya ke penyangga. "Mungkin ada petunjuk permainan apa ini!" Karube membalas dengan pelan.

Arisu hanya menghela nafasnya, mereka hanya diam. Sampai Arisu membuka mulutnya lagi, "Kau benar. Kita mungkin bisa menemukan kekhasannya."

"Kekhasan?" Karube bingung, "Jika seseorang membuat game ini, kita pasti bisa mengetahui karakteristik mereka melalui permainan." Dia menjelaskan,

"jika kita mengetahuinya, kita mungkin bisa memikirkan Strategi permainan."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐀𝐓𝐀𝐑𝐀𝐗𝐈𝐒! alice in borderland x reader ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang