Masih dengan wajah liciknya yang menatap Allena, Arkasa langsung duduk di sebelah Glen.
"Akhirnya bro, lo dimutasi juga kesini. Congratulation bro!" Aryan merangkul Arkasa
"Orang dimutasi bukan karena prestasi kok malah diselamatin, emang nggak bener lo Ar" Glen mengetok kepala Aryan
"Lagian gue juga males di kelas itu, gue nggak ngerti tuh sama senyawa-senyawa, kimia-kimia apa lah itu, pusing gue!" balas Arkasa
"Fiks lo bakal jadi anggota baru di tim basket kelas ini!" Davin menepuk-nepuk bahu Arkasa
Pak Dodit memulai kelasnya dengan membagikan kelompok untuk mengerjakan tugas yang akan Ia berikan. Di sini kesialan Allena belum berakhir, Ia harus menerima kenyataan bahwa Ia satu kelompok dengan Arkasa, sang iblis sumber kesialan baginya.
"Maaf Pak. Tapi saya nggak mau sekelompok dengan dia" Allena menunjuk Arkasa
"Allena, segala keputusan saya tidak bisa diubah"
"Udah nggak apa-apa, biarin aja Arkasa sekelompok sama kita" sambung Sabrina
Allena menghelahkan nafasnya dan terduduk pasrah mendengar pernyataan Pak Dodit. Kelompok Allena terdiri dari dirinya, Sabrina, Aryan dan tentunya Arkasa, anggota yang tak diinginkan Allena.
"Oke, jadi gue kerjain bagaian yang mana?" tanya Aryan sembari duduk di kursi kelompok
Arkasa yang hendak duduk di sebelah Aryan itu tiba-tiba dihentikan oleh Allena.
"Stop! enak aja mau duduk, buku sama pen lo mana? kita itu mau kerja kelompok, bukan nongkrong!" ucap Allena ketus
Arkasa berdiri mematung menatap Allena dengan tatapan sinisnya, Ia hendak membuka mulut untuk menyanggah Allena namun diberhentikan oleh Aryan.
"Udah-udah, sabar. Sana! ambil gih buku sama pen lo" kata Aryan
Senyuman kecil terlukis di bibir Allena, wajahnya menggambarkan bahwa Ia tengah memutar otak untuk mengerjai Arkasa. Dengan sigap Ia mengambil botol minum yang ada di atas mejanya, kemudian menuangkan sedikit air dari dalam botol itu ke atas kursi Arkasa saat Arkasa pergi.
Arkasa yang datang dengan membawa buku dan pennya, sama sekali tidak memperhatikan kursinya. Dengan santai Ia duduk di atas kursi. Cowok itu mulai merasakan celana bagian bokongnya basah, sontak Ia membelalakkan kedua matanya.
Dengan segera Ia berdiri dan melihat ke arah kursi, Ia langsung menatap Allena seakan tau bahwa Allena pelakunya. Tampak dari raut wajah Arkasa yang terlihat sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi, Ia pun menghentak meja dengan kuat.
"Kurang a--"
"Haha. Astaga, lo ngompol ya?" Allena menyanggah Arkasa.
Gadis itu tertawa berbahak-bahak bak menyaksikan sebuah lelucon komedi
"Al! Sstt!" Sabrina membungkam mulut Allena
Seketika suara hentakan meja dan tawa Allena membuat semua mata memandang ke arah Arkasa dan Allena. Dengan cepat Arkasa kembali duduk di atas kursi karena tak ingin semua murid melihat bercak air di bokongnya.
"Kurang ajar lo, tunggu pembalasan gue!" desis Arkasa menatap sinis Allena
****
Selang beberapa jam setelah Pak Dodit menjelaskan di depan, mereka pun diperintahkan untuk mendiskusikan tugas yang telah diberikan.
"Hoam. Akhirnya, selesai juga. Capek banget gue" kata Arkasa seraya memijat leher dan bahunya
Allena menatap Arkasa sinis "Nggak tau malu, nggak ngapa-ngapain aja capek, lemah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Man After Dad
Ficção Adolescente[ JANGAN LUPA FOLLOW YA] Kisah ini tentang Allena Elvaretha Adythea, seorang gadis SMA yang memiliki kepribadian sederhana, mandiri dan tangguh bahkan semua citra baik melekat pada dirinya. Seketika hidupnya berubah total ketika dirinya semakin tahu...