02 - Hukuman

9 3 0
                                    

Allena panik bukan main melihat sepatunya dilempar ke semak-semak. Seketika bel masuk pun terdengar, dengan segera Ia berlari ke dalam semak-semak untuk mencari sepatunya.

"Aduh, mana ya? kok nggak ada sih?"

Allena menjadi tambah panik, Ia menghelahkan nafasnya lelah. 5 menit sudah berlalu tapi sepatunya masih belum di temukan.

Saat Ia memalingkan pandangannya ke arah got, Ia melihat sepatunya  tergeletak di dalam got. Allena berusaha mengambil sepatunya dengan sebatang kayu seraya menutup hidungnya. Namun usahanya tetap sia-sia, akhirnya Ia memilih melepaskan sepatunya yang satunya lagi dan berlari masuk tanpa mengenakan sepatu.

"Tau gitu dari tadi gue nyeker aja" Allena berdecak kesal.

"Aduh, gue pasti bakal dihukum sama Pak Dodit" tambahnya sembari menaiki anak tangga.

Saat Allena hampir sampai di kelas, langkah kakinya terhenti melihat Pak Dodit berada di depan kelas sedang berkaca dan menyisir rambut lepeknya. Allena bersembunyi di balik tembok, sambil memikirkan ide untuk bisa masuk ke dalam kelas.

Ternyata keberuntungan masih berpihak padanya, Ia bertemu dengan Sabrina yang membawa setumpuk buku dan hendak berjalan ke kelas.

"Sab! Sabrina" panggil Allena dengan suara pelan

"Allena? gue nyariin lo dari tadi"

"Bantuin gue!"

Tanpa basa-basi yang panjang Sabrina sangat mengerti yang dimaksud oleh sahabatnya, saat Sabrina berjalan ke arah Pak Dodit, dengan sengaja Ia menjatuhkan semua buku yang dibawanya dihadapan Pak Dodit.

"Aduh, maaf Pak. Berat banget ini Pak, boleh minta tolong nggak Pak?" tanya Sabrina pada Pak Dodit

"Aduh kamu ini gimana sih! Sini saya bantu"

Sabrina memandang Allena dan menyuruhnya untuk segera masuk ke dalam kelas. Dengan segera Ia berjalan mengendap-ngendap melewati Pak Dodit dan Sabrina yang sibuk memungut buku.

"Eh, udah-udah Pak. Biar saya aja, makasih Pak" kata Sabrina

Gadis itu segera masuk ke dalam kelas, Ia berjalan menuju bangkunya dan Allena yang berada di barisan depan.

"Lo darimana aja si Al? sepatu lo mana?" tanya Sabrina seraya duduk di samping Allena

"Ceritanya panjang, nanti gue jelasin. Tugasnya halaman berapa?"

"Halaman 122. Santai, buku tugas aja baru diambil kok. Btw Kalau udah bagi ya jawabannya"

Setelah Allena selesai mengerjakan tugasnya dalam sekejap, Ia menenggelamkan wajahnya di antara kedua lengannya untuk menghilangkan rasa kekesalannya. Niatnya hanya ingin istirahat sebentar, namun Allena malah terbawa oleh rasa ngantuknya sehingga Ia ketiduran.

***

Beberapa menit kemudian, kepala sekolah datang bersama seorang murid laki-laki, murid itu adalah Arkasa.

"Selamat pagi anak-anak. Ini Arkasa Pradiktario. Mulai hari ini Arkasa Pradiktario murid baru yang masuk di jurusan IPA, akan dimutasi ke jurusan IPS, tepatnya di kelas kalian"

"Nama gue Arkasa" kata Arkasa singkat

Sontak semua cewek-cewek teriak histeris kegirangan mendengar pernyataan kepala sekolah.

Terutama Sandra, Gabby dan Zara, cewek-cewek genit yang doyan bikin masalah dengan siswi lain di kelas, terutama mencari masalah dengan Allena.

"Anjir, mimpi apa gue semalam"

"Ya Tuhan, akhirnya Engkau membuat jodohku semakin dekat denganku" kata Gabby

"Hai Arkas. Kenalin nama gue Zara, biasa dipanggil sayang”

A Man After DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang