39. Hati Tak Bertuan

18 4 0
                                    

"Mas, sebenarnya Mas cinta nggak sih sama aku?" desak Safira yang sudah merasa lelah dengan hubungan mereka yang menggantung sekian lama.

"Menurut kamu gimana?" jawab Farhan dengan santai lalu menghisap batang rokok di tangannya sembari menatap Safira dengan sorot tak terbaca.

Safira mendengus kesal dengan jawaban Farhan yang tidak pernah berubah sejak dulu. Selalu saja memberikan jawaban yang abu-abu. Safira benar-benar putus asa sekarang. Tak ada lagi harapan untuknya bersama Farhan. Ditambah lagi desakan kedua orang tuanya agar segera menikah membuat Safira bingung. Pasalnya, kedua orang tuanya mengatakan jika di usia 25 tahun Safira tak kunjung memperkenalkan kekasihnya maka Safira harus mau menikah dengan laki-laki pilihan mereka. Kurang dari satu tahun usianya pun genap 25 tahun lalu haruskah Safira tetap menggantungkan harapan kepada laki-laki di hadapannya?.

"Udahlah Mas aku capek terus-terusan nggak jelas kayak gini!" tukas Safira lalu beranjak dari tempat duduknya. Namun Farhan segera menahannya. Menyuruh Safira untuk duduk kembali.

"Sabarlah Fir, aku pasti akan menemui kedua orang tuamu cepat atau lambat. Tapi tidak untuk sekarang. Please mengertilah! Aku nggak akan bisa tenang sebelum melihat Adiva bahagia," jawab Farhan dengan tatapan memohon. "Semua yang sudah kita lalui selama ini apa belum cukup sebagai bukti jika aku serius sama kamu?" sambung Farhan lagi seraya menatap Safira dengan penuh makna.

"Tapi aku juga ingin bahagia Mas. Apa kamu tidak pernah mengerti dengan perasaanku yang selalu kamu nomor duakan?" jujur Safira mengungkapkan isi hatinya. "Ayah dan Ibu menanti kedatangan Mas Farhan ke rumah dalam waktu dekat ini. Klo tidak berarti aku harus menerima perjodohan yang telah mereka rencanakan," tegas Safira lagi lalu pergi begitu saja meninggalkan Farhan yang masih terpaku di tempatnya.

Safira memang sangat mencintai Farhan tapi ia juga tidak mungkin menjadi anak durhaka hanya demi mempertahankan laki-laki yang bahkan sekali pun belum pernah menyatakan cinta padanya. Safira lelah dengan alasan Farhan yang selalu mementingkan Adiva dan Farah. Sebagai sahabat Adiva sejak lama tentu Safira tahu dan mengerti dengan semua hal buruk yang telah menimpa Adiva. Tapi dirinya pun tak berdaya dengan permintaan kedua orang tuanya untuk segera berumah tangga.

*****

Adiva tengah menyuapi Farah di depan televisi sambil bermain saat Farhan pulang. Melihat wajah Farhan yang terlihat kusut membuat alis Adiva bertaut. Farhan berjongkok demi menyapa Farah yang tengah asyik bermain bongkar pasang di hadapannya. Merasa terganggu karena Farhan mencium pipi dan mengusap puncak kepalanya sontak membuat Farah mengangkat wajah. Menatap Farhan dengan tersenyum lalu memberikan kecupan singkat di pipi kiri laki-laki yang dianggapnya ayah tersebut.

"Maen yuk Yah" ajak Farah seraya menunjukkan mainannya. Farhan mengangguk lalu duduk bersila di hadapan gadis kecil itu dengan tatapan penuh cinta. Melihat interaksi antara Farhan dan Farah membuat hati Adiva terenyuh. Seandainya laki-laki yang dipanggil Farah ayah itu adalah Azzam tentu mereka akan menjadi keluarga kecil yang bahagia.

Selama ini Farhan sudah berperan sebagai ayah yang sempurna untuk Farah. Tapi tetap saja berbeda. Farhan adalah paman Farah yang suatu saat nanti harus membangun rumah tangganya sendiri. Dan Adiva takut jika nanti Farah kehilangan sosok ayah atau pun menanyakan perihal ayah kandungnya. Meskipun jawaban itu sudah ia siapkan dari sekarang tapi tetap saja akan terasa menyakitkan.

"Mas mana Safira? Tumben nggak mampir?" ujar Adiva sembari kembali menyuapkan makanan ke dalam mulut Farah. Tak biasanya Safira langsung pulang setelah bertemu Farhan. Sahabat baiknya tersebut selalu menemui dirinya dan Farah setiap kali ada kesempatan.

"Tadi dia langsung pulang. Katanya ada urusan penting," bohong Farhan untuk menghindari cecaran pertanyaan dari adiknya.

Adiva menghela napas panjang seraya memperhatikan Farhan yang saat ini membantu Farah merangkai mainan bongkar pasang. Adiva merasa bersalah karena demi dirinya dan Farah, Farhan mengabaikan kehidupan pribadinya padahal Adiva sudah berulang kali mengatakan jika Farhan tak perlu lagi terlalu mengkhawatirkan dirinya dan Farah. Tapi Farhan tak peduli. Laki-laki itu selalu berkilah. Farhan hanya akan merasa tenang setelah Adiva menemukan kebahagiaannya kembali.

Tiga Hati Satu Cinta (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang