01.

2.6K 280 32
                                    

***

Di penghujung musim hujan menjadi musim terburuk bagi pemuda manis bersurai hitam itu. Ia kehilangan seluruh anggota keluarganya serta rumah dan harta bendanya. Ia tidak begitu memikirkan soal kekayaan peninggalan ayahnya. Ia hanya ingin keluarga kembali.

Dua hari yang lalu desanya diserang oleh pasukan kerajaan sebrang, seluruh keluarganya ikut terbantai. Entah apa motifnya, iapun tidak tahu. Kemungkinan besarnya adalah pemukiman desa mereka yang berada di perbatasan menjadi sasaran empuk untuk diperebutkan berbagai wilayah dengan dalih ingin memperluas kekuasaannya.

Namanya, Choi Hyunsuk. Pemuda manis bersurai hitam dengan mata cokelat berkilau cantik. Siapapun yang melihatnya akan jatuh dalam pesonanya.

Saat pembantaian massal itu terjadi dirinya sedang mengambil air di sungai yang kebetulan tidak terlalu jauh dari pemukiman penduduk. Namun saat dirinya tiba di pemukiman warga, ia terkejut, pasalnya seluruh rumah warga sudah rata tak tersisa dengan mayat dimana-mana dibiarkan begitu saja. Hyunsuk segera lari dengan cepat menuju rumahnya meninggalkan wadah berisi air itu.

Kondisi rumahnya pun tidak jauh berbeda dengan rumah warga lainnya. Ia dapat melihat ayahnya dan ibunya tergeletak bersimbah darah dengan panah yang menancap di dadanya. Semuanya rata tak tersisa. Ia meraung keras, dipangkunya ibu serta ayahnya yang sudah tidak bernyawa itu.

Tanpa diketahui seorang laki-laki berperawakan tinggi kekar dengan baju perang yang terkesan mewah itu memperhatikan Hyunsuk dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Bawa dia bersama budak lainnya ke kapal." Perintahnya pada prajurit yang setia mengikutinya dari belakang. Lalu ia pergi begitu saja menuju kapalnya.



***

Dan disinilah Hyunsuk terduduk gudang kapal bersama budak rampasan perang lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan disinilah Hyunsuk terduduk gudang kapal bersama budak rampasan perang lainnya. Entahlah kapal ini akan membawanya kemana, yang pasti jauh dari tempat tinggalnya. Keadaannya jauh dari kata baik-baik saja. Bajunya lusuh serta darah kering yang tersisa di kain sutra miliknya. Mengingat itu, ia kembali menangis tanpa suara.

Isakan Hyunsuk menarik perhatian perempuan berambut cokelat disampingnya.

"Berhentilah menangis! Air matamu tidak akan mengembalikan semuanya. Simpan air matamu untuk menertawakan kekalahan Kaisar." Ucapnya begitu datar dan terkesan sinis terhadap Hyunsuk.

Isakan Hyunsuk terhenti, ia kemudian mengelap air matanya dan menatap wanita tersebut.

"Siapa namamu?" Tanyanya kemudian.

Sambil mengusap ingusnya Hyunsuk menjawab. "Namaku Hyunsuk, Choi Hyunsuk."

Orang itu sedikit terkejut namun segera mungkin ia kontrol. "Kukira kau dari Eastland,"

"Iya, kakek dari ibuku dari Eastlands."

"Hey manis, jangan beritahu dirimu pada orang asing." Ujarnya.

selir ; hoonsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang