05.

1.5K 203 11
                                    

⚠️ alur dipercepat

⚠️ terdapat umpatan kasar





***

Kelahiran Putra Mahkota disambut meriah oleh seluruh rakyat Southland. Mereka semua mengadakan pesta untuk kelahirannya. Terlepas dari Putra Mahkota yang lahir dari seorang selir, tapi pewaris tahta tetap akan jatuh padanya. Namun, keputusan itu menuai banyak kritik dan bantahan yang sebagaimana Permaisuri juga sekarang tengah mengandung.

Ya, setelah mendengar berita Hyunsuk yang tengah mengandung pewaris, Mashiho langsung murka. Dirinya mencoba berbagai cara untuk menyingkirkan selir itu, dan salah satunya ia mencoba menyingkirkan janin itu dengan meracuni Hyunsuk lewat makanan namun usahanya gagal total. Alhasil seorang pelayannya mati karena ulahnya sendiri. Mashiho juga pernah memberontak pada Jihoon untuk menurunkan kembali gelar Hyunsuk, namun itu tetap sia-sia. Jihoon, Kaisar itu sudah jatuh terlalu dalam pada Hyunsuk.

Usia kandungan Mashiho sudah memasuki usia keenam bulan saat Doyoung–putra Hyunsuk dan Jihoon–lahir. Ini lebih cepat dari dugaannya. Kehamilan membuatnya memiliki alasan untuk bersama Sang Kaisar lebih lama. Namun, tetap saja itu tidak membuat Jihoon terganggu untuk mengunjungi Putranya, Park Doyoung. Meski begitu Jihoon tetap berlaku adil pada keduanya.

Empat bulan berlalu, kini untuk pertama kalinya Hyunsuk ikut bersama Jihoon menghadiri acara pertemuan dengan para petinggi kerajaan juga beberapa kerajaan kecil yang berada dibawah naungan Southland. Jika bertanya kenapa tidak Mashiho saja? Karena permaisuri sedang istirahat pasca kelahiran putranya dua hari yang lalu, jadi dengan senang hati Hyunsuk menggantikannya. Doyoung juga sudah memasuki usia empat bulan dan sudah bisa ditinggal bersama pelayan kepercayaan Hyunsuk, Asahi.

Di dalam ruangan yang cukup besar itu Hyunsuk duduk di sebelah Jihoon yang terlihat sedang berbicara merumuskan masalah perdamaian dengan kerajaan Westland. Terhitung sudah tiga puluh menit yang lalu perbincangan tersebut berjalan dan itu pula membuat Hyunsuk kebosanan. Hyunsuk tidak selancang itu masuk ke dalam perbincangan tersebut karena ia tidak memiliki hak atas itu. Kendati demikian dia sangat muak melihat orang-orang munafik yang ada di ruangan ini. Hatinya ingin cepat-cepat membalaskan dendam nya lebih cepat. Namun, kembali Hyunsuk tidak ingin salah langkah.

Pandangannya sedari tadi memperhatikan orang-orang yang tengah berbicara, termasuk pria di seberangnya yang juga tengah menatapnya dengan raut wajah terkejut. Begitu pula Hyunsuk sama terkejutnya. Kening Hyunsuk semakin mengkerut kala tatapan mereka bertemu. Ia tidak mau mengambil resiko karena ada Jihoon disampingnya.

Pertemuan itu ditutup dengan penghormatan khusus kepada Jihoon yang notabene merupakan Kaisar besar Southland itu. Juga tak lupa mereka memberikan selamat padanya atas kelahiran putranya.

"Maaf Yang Mulia, aku izin untuk menemui pangeran lebih dulu." Ucap Hyunsuk saat Jihoon yang terlihat masih mempunyai obrolan dengan petinggi kerajaan lainnya. Setelah mendapat anggukan dari Kaisar itupun dengan cepat ia meninggalkan ruangan tersebut.

Matanya menengok kesana-kemari mencari objek yang dicarinya. Gotcha! Hyunsuk menemukannya, pria itu yang tadi diseberang kursinya tengah bersiap untuk pergi. Namun, dengan cepat Hyunsuk menyeret tangan itu dan membawanya ke tempat yang lebih aman. Persetan dengan kebohongan yang ia buat tadi pada Jihoon. Dirinya kesal pada pria di hadapannya ini.

"Sedang apa kau disini, heh." Ucap Hyunsuk setelah ia menemukan tempat yang aman untuk mereka berbicara. Pria didepannya kini tak terima dimaki oleh Hyunsuk.

"Harusnya aku yang bertanya, sialan. Sedang apa kau di sana?! Duduk di samping Yang Mulia Kaisar." Bukannya menjawab, si pria itu malah kembali bertanya pada Hyunsuk dengan nada yang sama dengannya.

"Brengsek. Kau menghina ku, sialan."

Belum sempat pria itu kembali bersuara, hyunsuk menyela. "Sssttt.. berhenti berbicara! Kemana saja kau selama ini, Kim Junkyu sialan."

"Kau menghilang seolah-olah ditelan bumi, lalu kau muncul kembali tiba-tiba, heh. Kau ini menganggap ku sahabat mu bukan, sih?" Lanjut Hyunsuk kesal.

"Heh, sialan. Aku 'kan di Eastland hanya untuk pendidikan. Dan disini rumahku. Dasar otak biji kopi begitu saja lupa." Jawab Junkyu—si pria itu—menyentil kening Hyunsuk pelan. Pria yang Hyunsuk maki-maki adalah sahabat saat ia masih tinggal di kampung halamannya.

Hyunsuk mengusap-usap keningnya yang tadi di sentil Junkyu. "Lalu sedang apa kau disini, huh?!" Tanya Hyunsuk sekali lagi.

Setelah mendapat tatapan garang dari Hyunsuk kemudian ia menjawab. "Aku.. iya-iya, aku juga salah satu petinggi disini. Kau ingat, dulu aku bilang padamu kalau ayahku Duke 'kan?"

Hyunsuk mengangguk.

"Aku menggantikan posisi ayahku."

Mulut hyunsuk membentuk huruf o setelah mendengar jawaban Junkyu. Mereka sudah tidak saling mencerca satu sama lain.

"Lalu, bagaimana, huh, kau sudah mendapatkan cintamu itu disini? Kenalkan aku pada si manis itu." Hyunsuk berkacak pinggang sambil menaik-turunkan alisnya menatap Junkyu dengan tatapan menggoda.

Ucapan Hyunsuk membuat senyum Junkyu melebar seketika. Agaknya ini menjadi acara reuni dadakan untuk dua sahabat itu.

Kemudian Junkyu mengangguk. "Ya, kami sudah memiliki seorang putra."

"Sungguh?" Ucap Hyunsuk tak percaya.

"Aku—" kembali ucapan Hyunsuk terhenti kala ia ingat jika dirinya akan menemui sang putera.

"Nanti ku ceritakan lagi, Junkyu. Sampai jumpa."

Hyunsuk meniggalkan Junkyu di lorong sepi itu dan berlari menuju putranya berada. Ditengah jalan ia berpapasan dengan Jihoon yang terlihat mencarinya.

"Sayang, perhatikan langkahmu. Ingat?" Jihoon berujar saat ia melihat Hyunsuk berlari dari ujung lorong koridor.

"Ah, ya. Maafkan saya Yang Mulia." Hyunsuk meminta maaf sembari membungkuk sembilan puluh derajat. Demi apapun jantungnya berdetak kencang. Diremasnya gaun pastel itu untuk mengurangi rasa gugupnya.

"Bagaimana Doyoungie?" Tanya Jihoon. Tangannya memeluk pinggang hyunsuk kemudian keduanya berjalan saling beriringan.

"Ah? Dia baik. Tadi aku baru saja kembali dari kamar mandi? Ya, kamar mandi. Aku ingin buang air kecil haha. Akhir-akhir ini aku lebih sering buang air kecil." Haahh.. alasan macam apa itu. Diam-diam Hyunsuk memaki diri sendiri dalam hati.

Jihoon hanya mengangguk, pria itu tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut.

Jauh di ujung lorong koridor Junkyu memperhatikan keduanya. Heran sekaligus tidak percaya. Agaknya ia harus memastikan sesuatu. Kemudian ia pergi meninggalkan kastil untuk menemui seseorang.












***

a/n:
how about this chapter?



27022022

selir ; hoonsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang