08.

1.4K 185 17
                                    

⚠️1,5k words. Semoga gak bosen😁 happy reading✨








***

Malam dimana bulan purnama bersinar terang, juga auman serigala yang mengaum begitu jelas terdengar menjadi backsound perjalanan Hyunsuk kali ini. Lelaki manis itu kembali menemui seseorang di gubuk tua yang ditemuinya tempo lalu.

Tubuh mungilnya dibalut pakaian khas musim dingin itu melewati pintu belakang istana dengan hati-hati. Kaki yang terbungkus oleh sepasang sepatu boot melangkah penuh kehati-hatian di atas hamparan salju. Hyunsuk bernafas lega setelah berjalan menjauh dari istana. Jauh dari jangkauannya, seseorang melihat Hyunsuk yang keluar dari pintu belakang istana dan langsung mengikutinya tanpa sepengetahuan Hyunsuk.

Sembari menenteng lampu ia berjalan menelusuri jalan setapak yang biasa dilewatinya. Jam mini dalam gantungan kalungnya menunjukkan pukul satu malam.  Kakinya terus berjalan walau dinginnya salju serasa menusuk tulang, mulutnya merapal kan doa-doa sembari tangan mungil itu mengeratkan jubah yang menutupi tubuhnya.

Di malam yang gelap gulita itu angin kembali bertiup kencang saat Hyunsuk menginjakkan kakinya pada jalan setapak yang akan membawanya ke gubuk tua tersebut dalam kurun waktu kurang dari lima menit lagi.

Dari kejauhan dapat Hyunsuk lihat perawakan tinggi seorang pria yang tengah berdiri di depan pintu gubuk tua tersebut.

"Junkyu.." ucap Hyunsuk setelah berhadapan dengan pria itu.

Junkyu, pria itu menatap Hyunsuk penuh khawatir. Bagaimana bisa tubuh mungil itu berjalan tengah malam di bawah salju yang mulai turun. Bahkan dirinya pun sangat kedinginan.

"Kau ini! Sudah ku bilang besok saja. Kenapa batu sekali. Bagaimana kalau kau tergelincir dan jatuh saat melewati jalanan licin saat kemari, hah?! Bagaimana kalau balas dendam mu gagal total, hah?!" Cerocosnya, tangannya menyodorkan sebuah mug berisi minuman jahe hangat.

"Kau ini berlebihan sekali, dasar koala." Hyunsuk tertawa.

"Dasar keras kepala. Jihoon pasti akan marah padaku jika itu terjadi." Junkyu menyentil dahi Hyunsuk, lalu mengajaknya ke dalam gubuk tersebut untuk membicarakan hal yang cukup genting.

Namun, sebelum berbalik netra cokelat Junkyu menangkap siluet tubuh seseorang yang berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Mashiho.." gumamnya pelan, namun masih bisa didengar jelas oleh telinga Hyunsuk. Pandangannya tertuju pada Mashiho yang berdiri sepuluh meter darinya.

Mendengar itu, Hyunsuk langsung menoleh mengikuti arah pandang Junkyu yang menatap ke depan. Dilihatnya Mashiho yang berdiri sembari memegangi lampu tanpa memakai jubah musim dinginnya.

Hyunsuk terkejut sekaligus tidak menyangka bahwa Mashiho akan mengikutinya sampai kesini.

Mashiho menatap sangsi keduanya. Kemudian ia melangkah sambil bertepuk tangan dan tertawa sumbang saat melihat raut terkejut Hyunsuk dan juga Junkyu. Wajahnya menatap lurus ke arah Hyunsuk dan Junkyu secara bergantian.

"Huh. Aku tidak menyangka selir rendahan seperti mu berani mengkhianati Yang Mulia Kaisar." Mashiho berdecih.

"Ini tidak seperti yang kau bayangkan, Mashiho." Ucap Junkyu.

Mashiho tersenyum miring. "Dasar manusia rendahan."

"Mashiho." Junkyu sedikit kaget mendengar ucapan Mashiho.

Hyunsuk menyeringai kecil sebelum membalas perkataan Mashiho. "Dengar, Mashiho. Aku memang bukan dari kalangan bangsawan, juga bukan petinggi tersohor di daratan Southland ini, darahku juga tidak mengalir darah biru seperti mu. Dan aku tidak serendah itu untuk berselingkuh dan mengkhianati Yang Mulia Kaisar, seperti mu. Tapi, aku adalah Choi Hyunsuk," Hyunsuk sedikit menjeda ucapannya.

selir ; hoonsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang