Part 5: Date

77 18 0
                                    

“Jangan memberikan harapan palsu, please ... gw bukan tebu, yang habis manis sepahnya dibuang.” -Kim Hera-

****

Sore hari yang indah, dengan awan yang sedikit mendung memang lah waktu yang tepat untuk kencan dengan pria tampan, setampan Kim Seokjin.

Di sinilah Hera, berada di Cafe yang sering ia kunjungi bersama Taehyung. Namun, hari ini sedikit berbeda sebab, Hera datang bukan bersama sahabatnya itu, melainkan sahabat dari sahabatnya Taehyung, Seokjin.

Entah apa yang sedang merasuki Seokjin, sehingga di sore di hari Minggu ini, ia dengan tiba-tiba aja ngajak Hera jalan-jalan berdua untuk yang pertama kalinya. Mungkin bisa disebut kencan?

"Kak Seokjin," panggil Hera setelah mereka berdua hanya diam sekitar sepuluh menitan. Hera berusaha mematahkan keheningan dan kecanggungan diantara mereka, dengan mencoba untuk mencari topik pembicaraan.

Seokjin terlihat kikuk, sebab dikagetkan dengan panggilan Hera. Pria itu seketika reflek, telinganya memerah dengan sendirinya seperti habis dijewer.

"Iya?" jawabnya.

"Kak, telinga lu kenapa merah?" tanya Hera.

Seokjin sontak memegang telinganya, dan benar, ia merasa telinganya sedikit panas. Tapi dia tidak terkejut lagi, karena ini memang kebiasaannya sejak dulu.

"Lu sakit, Kak?" kata Hera khawatir.

"Enggak kok, cuma kaget aja tadi. Hehe," balasnya dengan tawa hambar.

"Oh."

Setelah perbincangan singkat itu, lagi-lagi keduanya kompak terdiam, seakan-akan tidak ada lagi topik yang ingin mereka bahas.

"Kak, lu kenapa sih, diam mulu? Udah kayak patung aja," sindir Hera. Lama-lama kesal juga dia, cuma diam-diaman doang kayak bocil yang lagi habis berantem. Biasanya juga kalo lagi bareng gengnya, Hera perhatiin si Seokjin yang paling semangat dan receh banget. Tapi kok sekarang, Hera jadi bertanya-tanya, apa Seokjin yang di depannya ini bukanlah Seokjin yang ia kenal? Melainkan orang lain yang kebetulan mirip banget sama Seokjin? Tapi kalo opsi ke dua memang benar, gimana bisa ia tahu nama, wajah, bahkan rumah Hera saat dia ngejemput Hera tadi?

"Anu ...."

"Anu apaan?"

"Aku mau ngomong, kalo aku cin---"

Ucapan Seokjin terpotong saat tiba-tiba, ada petir yang kuat banget terdengar. Lantas keduanya langsung nutup telinga masing-masing.

Oleh karena itu, Seokjin jadi tidak sempat mengucapkan kata-kata tersebut. Bahkan, ia sudah kehilangan kepercayaan diri lagi. Dasar petir bangsat!

"Maaf, Kak, lu ngomong apa tadi?"

"Gak penting kok, mending kita pulang aja yuk, keburu hujan," saran Seokjin, sebenarnya dia lagi pengen berlama-lama sama Hera, tapi karena hari yang semakin mendung dan petir yang menyambar-nyambar, itu menandakan sebentar lagi bakal hujan, Seokjin jadi mengurung niatnya dan lebih mementingkan Hera, ia takut cewek itu sakit karena kehujanan, Seokjin juga nyalahin dirinya sendiri dan menyesal karena pertama, ia milih Cafe yang sering didatangi Taehyung sama Hera--setahunya--yang letaknya lumayan jauh dari rumah mereka, kesalahan kedua, Seokjin lebih milih bawa motor gedenya daripada mobil, padahal saat tadi awan memang udah agak mendung.

Tapi dibilang nyesal banget, gak juga sih, sebab kalo naik motor kan Seokjin bisa modus. Aelah buaya.

"Ah, iya Kak. Udah mendung banget, ayo Kak buruan."

***

Kadang, rencana kita tidak sesuai dengan harapan, buktinya, di tengah perjalanan pulang, Seokjin dan Hera malah kejebak hujan. Padahal niat mereka buat cepat pulang, biar gak kehujanan. Tapi, nasib mereka lagi apes, makanya begitu.

Kalau tahu bakal berakhir kayak gini, mending mereka diam aja dulu di Cafe, enak juga ada penghangat ruangannya. Bukannya berada di depan ruko yang udah tutup, ditambah kedinginan lagi. Mau putar balik, udah tanggung banget, beberapa kilometer lagi mereka tiba di rumah Hera. Mau lanjut terus, Hera udah gak kuat karena kedinginan.

Mereka berdiri di depan ruko, jalanan terlihat sangat sepi, tidak ada satupun kendaraan yang lewat, mungkin karena hari sudah senja ditambah hujan, yang bikin para manusia lebih memilih diam di rumah sambil nikmatin susu atau kopi hangat, ditemani dengan camilan. Ngebayangin itu aja, bikin Hera ngiler.

Hera terus ngusap-ngusap tangannya, sesekali ia menggigil. Seokjin jadi gak tega melihat itu, dengan jiwa ke-ayahannya, langsung saja ia mendekat dan memeluk Hera, mentransfer rasa hangat tubuhnya kepada si cantik. Hera agak kaget, tapi gak nolak, sebab ia memang lagi butuh kehangatan.

"Maaf," lirih Seokjin. Ia merasa bersalah, kalo aja ia gak ngajak Hera jalan, pasti gak bakal kejebak di sini. Tapi, kalo dia gak ngajak Hera jalan hari ini juga, pasti Seokjin gak bakal bisa leluasa meluk Hera kayak sekarang. Dan, yeah, setelah dipikirin, Seokjin yang paling beruntung karena hujan ini. Namun, cowok itu juga menghargai Hera, makanya ia minta maaf.

"Maaf buat apa?" Hera bingung, kenapa Seokjin minta maaf padahal dia gak salah apa-apa. Malahan ia senang banget, bisa dipeluk crush-nya.

Ternyata, sama-sama ngambil kesempatan dalam kesempitan, ya. Dasar anoa!

"Ra, kamu gak takut nyokapmu marah?" Hal yang paling ditakutin Seokjin adalah, pulang-pulang nanti ia bakal dimarahin sama calon mertuanya gegara bawa anak orang lalu kehujanan, gimana cuma karena ini, ia gak dapat restu ortu Hera? Kan gak lucu.

"Tenang kok, mereka lagi gak ada di rumah."

Mendengar itu, Seokjin bernafas lega. Akhirnya, gak jadi kena ancaman gak dapat restu.

"Emangnya lagi di mana?" Tingkat keponya Seokjin ini sudah seperti ibu-ibu yang suka nge-ghibah.

"Kerja."

Seokjin hanya ber-oh ria, sejujurnya ia pengen nanya lebih lanjut, tapi pas ngelihat Hera mukanya mulai sedikit berubah, jadi dia gak lanjut nanya. Takut si cantik kesinggung.

Langit mulai sedikit gelap, matahari semakin bersembunyi dibalik bulan yang mulai menampakkan dirinya. Suara jangkrik dan katak yang saling bersahutan, ngebuat senja ini terasa agak menakutkan. Beruntung hujan sudah reda, jadi mereka bisa melanjutkan perjalanan.

////

"Kak, mau masuk dulu? Ganti bajunya, nanti masuk angin?" tawar Hera setelah sudah sampai di rumahnya.

"Makasih, tapi maaf lagi-lagi nolak singgah. Ini nyokap udah nelpon dari tadi, takut diamuk," kata Seokjin. Memang benar sejak tadi hpnya yang berada di kantong celananya bergetar terus, pertanda ada telpon. Telpon yang udah pasti berasal dari Ibu Negara.

"Yaudah kalo gitu, hati-hati Kak. Udah malem, terus habis hujan, jalannya licin," nasehat Hera.

"Iya, Yang. Aku bakal hati-hati, kok. Kalo gitu aku balik, ya, bye." Seokjin menghidupkan motornya dan bergegas pergi dari sana. Meninggalkan Hera dengan tanpa ia sadariadar, semburat merah muda itu mulai tampak pas dia dengar Seokjin manggil dia dengan sebutan 'Yang'.

Ditambah hari ini, ia merasa ada yang beda sama Seokjin, bahkan dari bahasanya, jika di sekolah sering pake lu-gw, kalo sama Hera aku-kamu. Bahkan, Hera juga merasa ada yang janggal sama dia hari ini, biasanya Hera juga suka jahilin Seokjin, biar gak kelihatan banget kalo dia suka sama itu cowok, tapi hari ini cuma karena Seokjin manggil 'Yang,' bapernya kagak ketolongan. Padahal, Hera tau kalo Seokjin itu jahil orangnya, siapa tahu aja Seokjin lagi iseng, kan, terus ngebaperin anak orang. Sialan banget.

"Apaan sih, bikin baper aja mah, baper doang, gak ada kepastian, yahh kasihan," monolognya.

***

Bersambung~

Siapa yang lagi berada di posisi Hera? Hayo ngaku. 〜(꒪꒳꒪)〜

Bullshit! ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang