PROLOG

44 11 7
                                    

Luna berjalan perlahan menyusuri balkon. Gaun putih mewah dengan sentuhan permata yang berkilau dan ekor yang panjang menghiasi anak tangga. Mahkota berlian yang langka terpasang di rambut panjangnya. Hari ini adalah hari yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Hari dimana ia menikah dengan seorang laki-laki yang tidak dicintainya.

"Ma, apakah keputusanku ini sudah benar?" tanya Luna kepada mamanya.

Mamanya tersenyum sambil mengusap rambut panjangnya dan mengiyakannya. Dalam benaknya ia sebenarnya tidak yakin dengan keputusan putrinya itu. Namun, semua itu sudah terlambat. Hari ini ia akan menyerahkan putri yang sangat ia sayangi itu kepada Brian.

Dengan dituntun oleh mamanya, Luna akhirnya siap untuk turun menuju ke gedung utama tempat ia akan menikah.

Brian menoleh kepada Luna yang tampak sangat cantik dan anggun mengenakan gaun pengantin itu. Ia tersenyum tipis melihat wanita yang menjadi calon pengantinnya. Brian membiarkan gadis itu berjalan disisinya. Itu membuat Brian lebih mudah menghirup aroma favoritnya. Aroma wangi bunga yang menguar dari rambut panjang Luna yang tergerai dengan indah.

"Batalkan pernikahan ini, Brian!"

Entah sudah berapa kali Luna mengatakan hal itu kepada Brian. Brian sudah menduga reaksi penolakan Luna kepadanya. Namun, sebenarnya ia tahu bahwa dalam hati kecil Luna ada sedikit keinginan untuk menikah dengannya.

"Jangan lupa, aku akan menjadikanmu sebagai ratu. Aku yakin kau tidak akan menyesal atas pernikahan ini."

Brian melanjutkan langkahnya menuju tempat pernikahan dengan menggenggam erat tangan Luna. Mereka berjanji untuk saling menerima pernikahan ini.

"Tepatilah janjimu atau aku akan membongkar kelicikanmu didepan ayahmu, Brian! "

Dengan santai Brian menertawakan perkataan Luna. Ia heran mengapa gadis itu masih saja menyimpan dendam kepadanya.

***

LOSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang