6 : PDKT

5 3 1
                                    


    Semua hal yang menyenangkan sudah kulakukan. Tapi hal paling menyenangkan adalah menggoda Luna. – Brian Asad

Luna mengusap wajah. Ia baru saja menyelesaikan sebuah iklan yang akan dipajang di baliho sekitar ibukota. Melirik ke luar rumah, hari sudah malam. Lampu-lampu menerangi halaman rumah.

Beberapa jam lalu, Luna sudah memutuskan untuk menerima tawaran Tante Rany. Ada dua hal yang membuat ia setuju untuk membantu artis itu untuk berbaikan dengan Brian.

Alasan pertama, baiklah ia tidak munafik. Tawaran Tante Rany tentang novelnya yang akan diterbitkan sangat menggiurkan. Bagaimana mungkin Luna bisa menolaknya?

Alasan kedua, karena Luna sangat memercayai adanya cinta sejati. Entah kenapa, ia percaya bahwa di antara Tante Rany dan Tuan Hakim masih ada rasa saling mencintai. Hanya saja Tuan Hakim terlalu sakit hati pada penghianatan Tante Rany, sehingga cinta itupun tertimbun oleh rasa benci.

Luna menoleh ke belaknag, matanya menelusuri seluruh area balkon. Hampir saja ia melonjak saat matanya menangkap sosok Brian yang sedang bersandar di sudut dinding. Ya Tuhan, apakah kali ini pria itu benar-benar akan melempar Luna?

Luna menahan napas saat Brian menghampirinya. Ia menutup mata, berharap ini hanyalah mimpi. Terdengar suara kursi diseret dan diletakkan tepat di sebelah Luna.

"Kenapa menutup mata? Bukankah kau ingin menulis?" tanya Brian.

Luna membuka mata. Menemukan Brian sudah duduk di sampingnya, bersandar di kursi seraya melipat kedua lengan di depan dada. Pria itu menatap Luna dengan tatapan datar.

"Anda... tidak marah?" tanya Luna ragu. Brian bersikap di luar dugaannya.

Brian tersenyum tipis, menaikkan kedua alisnya. "Anggap saja sebagai ucapan terima kasih karena siang tadi kau menyelamatkanku dari pukulan mamah!"

Tunggu dulu! Luna masih belum paham. Ia mencoba mencerna kalimat yang baru saja diucapkan Brian. Itu artinya tadi siang pria itu tidak menginginkan kehadiran Tante Rany? Dan kekerasan tadi bukan karena Brian, tetapi Tante Rany yang melakukannya.

Mungkin ini saat yang tepat untuk menyatukan Brian dan mamanya! Kau harus mencoba, Luna. Ingat penerbitan besar sudah menunggu!

Luna berdehem sebentar, memberanikan diri untuk menatap pria tampan di sampingnya. "Maaf, Tuan. Bukan maksud saya lancing. Ehm... kenapa Anda tidak memperbaiki hubungan dengan Tante Rany? Maksud saya, kalian adalah ibu dan anak kandung. Publik merasa sangat kecewa karena kalian tidak akrab lagi.

"Kau yakin? Apa kau tidak tahu bagaimana sikap asli mamahku?" tanya Brian.

Oh, Luna lupa. Brian memiliki sifat keras kepala. Sepertinya Luna salah merangkai kalimat.

"Tante Rany sangat menyayangi Anda. Saya melihat wanita itu menangis saat Anda mengusirnya. Tuan Brian, yang Anda lakukan itu... jahat." Baiklah, Luna mencoba menirukan dialog dalam film.

Brian tertawa. Matanya menerawang ke langit yang dipenuhi oleh bintang. "Itu tidak sejahat apa yang dia lakukan padaku dan papah. Dia menelantarkanku dan menghianati papah. Artinya dia melakukan sebuah kesalahan yang sangat fatal."

"Manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Manusia tempatnya salah dan lupa." Mendadak Luna berubah menjadi seseorang yang bijak.

"Ini bukan tentang salah atau benar. Tapi ini tentang penghianatan, tentang hati yang tersakiti!"

"Saya yakin Anda tidak selemah itu. Seharusnya Anda lebih percaya pada hati. Cinta sejati akan selalu memberikan kesempatan kedua atas kesalahan orang yang ia sayangi!"

LOSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang