1

13.5K 899 14
                                    

Shawwan Afkari, duda dengan seorang putri. Pernah jatuh cinta dan harus mundur bahkan sebelum perjuangan dimulai. Menikah dengan wanita pilihannya setelah sembuh dari patah hati sedang belajar mencintai namun ditinggal begitu saja oleh istrinya.

Orang tuanya tak memliki kisah suram dalam berhubungan lantas bagaimana dengannya?

Disaat teman, mantan gebetan dan mantan calon tunangan berbahagia kenapa ia malah terluka?

Seorang gadis cantik dan imut, wanita itu meninggalkan padanya. Awal hubungan baik meski tanpa ada kata cinta. Wanita itu juga dari keluarga baik-baik, sayangnya tidak bisa menerimanya juga putri mereka.

Untuk melabuhkan hati, sulungnya Afanin Kamala akan berpikir sepuluh kali. Hubungan yang lama tak menjanjikan apalagi yang baru kenal seperti hubungannya dengan sang mantan.

Tampang sempurna, kantong serba guna dan fisik juga aduhai hampir tak ada kekurangan dari seorang Awan tapi seorang wanita sudah membuktikan jika laki-laki itu tidak layak menjadi suami.

Di mana wanita itu? Awan tidak tahu dan tidak ingin mencari tahu. Lima tahun telah berlalu, tak sekalipun wanita itu mengkhawatirkan keadaan putrinya.

Bisakan dikatakan mantan ibu mertua? Karena sampai detik ini hubungannya dengan keluarga mantan istri baik-baik saja walaupun Awan jarang berkunjung. 

Fokusnya sekarang Queena Arsyila, sang putri di sela-sela kesibukan. Awan tidak merepotkan orang tuanya lagi sejak putrinya berusia empat tahun. Lalu kembali ke apartemen dan selalu membawa anaknya setiap ke kantor meminimalkan perjalanan bisnis demi tidak meninggalkan sang putri. Jika memang sangat penting, terpaksa meninggalkan pada orang tuanya.

Mertuanya sudah meminta untuk merawat Queen tapi Awan menolak dengan santun. Setidaknya ada yang tersisa dari pernikahannya dengan wanita itu. Tante-tante Queen juga sering mampir jika ke Jakarta.

"Selamat pagi Queen." 

"Pagi."

Leonita, wanita blasteran salah satu kepala staf dengan kinerja cukup baik. Pagi ini meeting bersama CEO, wanita itu berdandan sangat cantik menarik perhatian beberapa laki-laki yang ikut meeting pagi ini.

"Papamu, mana?" wanita itu berbisik, setelah mencium pipi putri CEO.

"Itu."

Leonita menoleh ke belakangnya, dan segera berdiri sigap dan menunduk hormat.

Awan tidak begitu memperhatikan, tapi sikap Leonita memang mencolok semua orang pasti berpikir sama.

"Selamat pagi Direktur."

Awan hanya melihat sekilas lalu menuju ke bangku tepat di samping putrinya. Meeting dengan beberapa kepala staf untuk proyek tahun ini tepatnya di usia Queen yang ke enam tahun dimulai.

Dengan sempurna gerak bibir, mimik dan tangan yang bergerak sesuai intonasi bicara memukau mata beberapa kepala staf wanita.

Wanita, Awan ingin menganggap biasa saja tapi ia memiliki ibu, adik juga seorang putri. Maka, Awan merubah pandangan pada satu orang yaitu mantan istrinya.

Jika dijodohkan lagi, Awan ingin mencari wanita biasa saja jika perlu dari desa. Setidaknya wanita yang bisa menghargai arti sebuah komitmen.

Wanita dulu hanya dikenal wajah, bahkan tentang sikap dan nurani belum terkuak sama sekali. Berpikir wanita itu hebat melihat sepak terjangnya namun hal itu tak bisa dijadikan topangan.

Mengandung sembilan bulan, menyusui selama enam bulan seperti sebuah kontrak sampai detik ini sulit dipercaya. Kenapa pergi tanpa bicara? Mereka tidak pernah bertengkar, bicara pun jarang walaupun Awan sering mengangkat topik menarik. Wanita itu tidak pernah bertanya, dia melakukan sendiri apa yang dibenarkan oleh logikanya termasuk saat memutuskan pergi, hanya secarik kertas yang ditinggalkan dalam box bayi putrinya berikut sebuah pesan, aku pergi.

Awan menutup bingkai foto di lemarinya. 

******

Seseorang yang dekat dengan Awan saat ini adalah Seyhan Lazuardi. Selain kolega dan sahabat, laki-laki itu juga calon suami sepupunya. 

Masa lalu Seyhan pernah dibahas, dan Awan juga tergelitik pada kisah sahabatnya. 

Cinta yang rumit.

"Kabarnya kamu akan mengosongkan apartemen?"

"Begitu cepat kabar itu sampai padamu, padahal baru rencana."

Seyhan terkekeh. "Aku menawarkan lenganku."

"Akan kukatakan jika butuh," kata Awan. "Kamu mampir bertemu dengannya?"

"Bukan. Dia sudah pulang ada acara dengan tim."

"Lalu?"

Seyhan mengeluarkan undangan. "Kamu lupa kan?"uk

Ah iya. Awan juga memiliki undangan yang sama. "Malam ini ya?" karena memang tidak berminat pada pesta sejak hatinya terluka. "Sudah tua, harusnya syukuran saja, setuju?"

"Sampaikan saranmu langsung pada orangnya."

Awan terkekeh. Karena Seyhan sudah datang mau tidak mau ia harus pergi ke pesta ulang tahun direktur koleganya.

Menggunakan mobil yang berbeda, dua pria itu pulang ke apartemen Awan. Seyhan sudah rapi ia sengaja datang sendiri dan menjadi pasangan untuk sahabatnya.

"Kenapa tidak mengajaknya?"

"Dan membiarkanmu duduk di rumah sepanjang malam minggu?"

Awan tersenyum. "Padahal lebih baik begitu." malam minggu bersama putrinya sudah dilewati selama lima tahun, tidak yang aneh lagi.

"Usia masih muda, banyak wanita di luar sana yang ingin dipilih olehmu."

"Aku telah memilih dan sia-sia, jadi tidak lagi tertarik."

"Aku tidak punya kenalan." karena Seyhan juga takut berurusan dengan wanita, jika sudah jatuh cinta sulit untuk melupakan. Ia ingin ini terakhir kalinya.

Pesta pasti meriah, namun tak ada yang tahu adakah rencana Tuhan untuk sebuah kebahagiaan Awan di pesta ulang tahun yang akan dikunjunginya?

"Dingin boleh, senyum jangan lupa. Niatkan ketemu jodoh di sana."

Awan tidak mengaminkan, ia datang untuk menyenangkan hati pemilik acara bukan mencari jodoh. 

Hidup dengan putrinya sudah cukup bahagia, pasangan, dia sedang tidak ingin memikirkannya.

Hello WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang