Jombang, 09.30 WIB
"Ini surat tugas dari sekolah. Besok jam 6 pagi Bu Adiva dan Pak Darwin akan diantar oleh Pak Anas ke Surabaya untuk mengikuti seminar nasional tentang psikologi remaja," ucap Pak Maulana kepala sekolah Mts Darul Hikmah kepada Adiva dan Darwin rekan sesama guru BK.
"Baik Pak, tapi bolehkah saya berangkat menggunakan kendaraan sendiri?" jawab Adiva yang langsung membuat semua orang yang berada di rungan kepala sekolah tersebut terdiam. Semua orang tentu mengerti status Adiva yang memang tidak pantas berdekatan dengan laki-laki yang bukan marham, apalagi mereka akan bepergian jauh yang tentu akan menghabiskan waktu lebih lama di dalam mobil.
"Baiklah terserah Bu Adiva saja, saya mohon maaf jika membuat Bu Adiva merasa tidak nyaman," jawab Maulana dengan perasaan sungkan.
Kemudian Adiva berpamitan sembari membawa surat tugas miliknya dan segera kembali ke kantor BK. Adiva langsung menempati kursinya lalu serius mengerjakan laporan tentang kasus-kasus yang telah ditanganinya selama satu bulan ini. Di Mts Darul Hikmah tempat Adiva mengajar memiliki 4 guru Bk yang terdiri dari 2 guru laki-laki dan 2 guru perempuan. Setiap guru BK akan bertanggung jawab atas 170-200 siswa-siswi. Jumlah yang tak bisa dibilang sedikit. Melebihi aturan yang ditentukan oleh standard pemerintah.
Di sinilah Adiva banyak mempelajari karakter para siswa-siswi yang ditanganinya. Rata-rata dari sebagian mereka yang melakukan pelanggaran di sekolah lantaran frustasi. Mereka sengaja melakukan kenakalan itu hanya demi meluapkan segala emosi yang sudah lama mereka pendam sendiri. Mulai dari keluarga broken home karena kedua orang tua mereka bercerai atau seringnya menyaksikan pertengkaran antara kedua orang tua mereka. Kebanyakan dari mereka juga belajar di pesantren lantaran paksaan kedua orang tua bukan karena keinginan mereka sendiri.
Dari mereka Adiva banyak belajar dan bersyukur karena sejak terlahir ke dunia dirinya tumbuh di dalam keluarga yang harmonis. Sungguh dirinya sangat beruntung tak seperti mereka yang menjadi korban dari keegoisan para orang tua.
***
Jakarta, 09.50 WIB
"Besok kita akan bertemu dengan klien baru di Surabaya. Semuanya sudah siap kan?" tanya Fahri yang saat ini tengah membaca berkas laporan pengaduan klien yang akan mereka temui besok.
"Siap Pak, semuanya sudah beres. Besok kita akan berangkat di penerbangan kedua Pak," jawab Aldebaran dengan serius.
"Ok. Kamu juga jangan lupa pamit kepada kedua orang tua kamu. Saya tidak ingin jika sampai ayah kamu menelepon saya terus-menerus hanya karena mengkhawatirkan anak perjakanya yang hilang," sahut Fahri dengan tersenyum yang sukses membuat Aldebaran malu setengah mati.
"Ba.. Baik Pak," jawab Aldebaran singkat dengan meringis.
Sumpah Aldebaran merasa sangat malu saat ini. Monica yang berada di sana pun tampak menahan tawa geli saat mendengar ucapan Fahri. Sebagai orang tua memang hal yang wajar jika mereka selalu mengkhawatirkan anak-anaknya. Tapi Aldebaran merasa jika tindakan dan sikap kedua orang tuanya terlalu berlebihan. Malah cenderung posesif. Usinya sudah 24 tahun dan dia sudah dewasa. Gelar sarjana pun sudah didapatkannya tapi kedua orang tuanya masih saja memperlakukan dirinya seperti anak ABG yang masih membutuhkan pengawasan ketat dalam setiap gerak-geriknya.
Fahri dan Malik ayahnya memang sudah bersahabat sejak mereka masih remaja. Jadi Malik sudah biasa menelepon Fahri hanya demi memastikan keberadaannya. Aldebaran sendiri sering mengabaikan telepon dari Malik karena merasa pergerakannya dibatasi padahal semala ini Aldebaran tidak pernah melakukan kenakalan apa pun kecuali tidak pulang dan menghilang begitu saja setiap kali merasa galau.
Sebenarnya Malik dan Riani khawatir dengan kondisi psikologi Aldebaran yang begitu terobsesi dengan belajar dan bekerja. Mereka hanya ingin melihat Aldebaran berperilaku wajar seperti remaja pada umumnya seperti memiliki kekasih atau pun hangout bersama teman-teman seusianya. Hal yang sangat wajar. Tapi Aldebaran tidak pernah berminat untuk itu. Belajar dan bekerja seolah sudah menjadi dunianya sejak empat tahun yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Hati Satu Cinta (End)
RomanceRate 18+ Blurb Perpisahan dengan seorang sahabat terbaik beserta dengan cinta pertamanya tentulah hal yang tak mudah bagi Adiva Dania Khanza, gadis berusia 18 tahun itu. la terisak tatkala harus melambaikan tangannya melepas Aldebaran Malik pergi me...