[9] luka dan memar itu.

881 179 20
                                    

"coy, yakin nih gamau push rank bareng?"

jeongguk mengedikkan bahu, "nggak dulu, gue lagi males."

hyunbin dan mingyu bertatapan, nampak bingung. lantas mingyu menempelkan tangannya ke dahi jeongguk, "ga panas," ujarnya, "atau sakitnya di jiwa?"

kesal, jeongguk menepis tangan mingyu, mendengus sementara dokyeom, mingyu, dan hyunbin sibuk tertawa. "amit-amit jauhkan bala," decaknya.

pada akhirnya mereka berpisah, mereka bertiga menuju ke arah rumah hyunbin karena biasanya mereka nongkrong main game bareng tiap habis pulang sekolah, namun khusus hari ini, jeongguk mengecualikan diri.

jeongguk merasa lelah tanpa tahu sebabnya apa, padahal hari ini tidak ada pelajaran olahraga, hari ini juga bukan berarti jeongguk kelelahan dalam belajar. maksudnya, jeongguk sama sekali tidak pernah berusaha untuk belajar.

ah, mungkin karena  dia.

dia yang membuat pikiran jeongguk penuh, semua tingkah lakunya yang penuh teka-teki dan mengundang jeongguk untuk memecahkannya, menunggu jeongguk di akhir untuk membongkar apa yang tersirat dibalik implikasinya. jeongguk baru kenal sekitar beberapa hari dan tidak pernah berbicara banyak, namun dirinya pusing karena kejanggalan terus bermunculan.

harusnya jeongguk tidak memikirkannya lebih jauh.

harusnya ia tidak perlu peduli.

harusnya saat ini ia sedang sibuk bermain game sambil menyumpah-nyumpah bersama temannya.

sebelumnya taehyung menjanjikan untuk traktiran, namun saat ditunggu, taehyung tidak juga muncul, tidak ada pesan yang dibalas, taehyung raib entah kemana bahkan sebelum bel berdentang.

bukannya jeongguk bocah kecil yang masih nganbek hanya karena janji remeh seperti traktiran yang tertunda, jeongguk tidak benar-benar berharap ditraktir, itu hanya siasatnya. lagipula, memangnya taehyung siapanya dia?

kenapa ia harus terus khawatir dan berpikir apa yang akan dilakukan taehyung selanjutnya?

langit sore mulai menampakkan warna, tirai langit turun menjingga, dan saat jeongguk masih sibuk dengan pikirannya, langkahnya terhenti. matanya menatap pada salah satu gang dimana iapun kebingungan kenapa ia malah berjalan kesini aih-alih ke rumahnya. mungkin karena terlalu sibuk, ia yang harusnya berbelok malah melangkah lurus.

tepat di depannya, di ujung salah satu gang, ada satu orang yang seragamnya dikenali jeongguk sebagai siswa sekolah lain, terkapar tidak sadarkan diri dengan luka di bibir dan banyak memar.

saat jeongguk menatap ke dalam gang, ia temukan lebih banyak lagi anak yang terkapar, namun itu tidak membuatnya terkejut.

yang membuatnya terkejut adalah sosok yang berdiri di tengah badan-badan yang tumbang itu.

punggung kurus yang dikenalinya, dengan lengan seragam yang digulung sampai siku menampilkan banyak plester luka, merunduk membelakanginya dan mengambil tasnya yang terjatuh. saat ia berbalik, ia bertatapan dengan jeongguk.

itu taehyung.

wajahnya juga ada memar, begitu juga tubuhnya, ada bercak darah di seragam dan blazernya, sorot matanya dingin, kosong, dan hampa, namun pandanganya tetap lurus ke arah jeongguk. bibirnya yang juga luka dan berdarah, tersenyum tipis dengan ringisan pelan.

"hai,"

kakak kelas itu menyapanya, lantunan suaranya serak dan jeongguk melihat samar ada bekas lecet merah melingkar di leher taehyung.

"masih mau makan mie ayam bareng ga?"

sosok itu tertawa, sempat terbatuk namun tetap tertawa. seolah badan-badan yang bergelimpangan di sekitarnya itu hanyalah balok kayu tak kasat mata. seolah semua luka dan memar yang hadir itu kasat mata. seolah tidak terjadi apapun.

jeongguk melirik lengan taehyung, buku-buku jarinya merah dan lecet, agak membengkak.

"lo masih bisa ketawa?" tanya jeongguk.

taehyung memiringkan wajahnya, senyumnya kini berubah, rautnya terlihat sendu, "maaf ya, lo jadi liat gue kayak gini."

"maksud gue," jeongguk mengambil satu langkah dan kini tepat berada di depan taehyung, mengambil pergelangan tangan kurus itu dan mengangkatnya, "lo ketawa gitu tapi lo ga baik-baik aja, kan, kak?"

kini raut sendu itu sirna, lalu taehyung tertawa, benar-benar tertawa sampai air matanya muncul membasahi ujung matanya, dengan pergelangan yang masih dipegang jeongguk, taehyung tertawa sampai tubuhnya merunduk. tidak pernah ia tertawa selepas ini hingga perutnya nyeri.

"lo... lo aneh banget!" ucap taehyung masih diantara tawanya.

"ngaca," jeongguk memutar mata, menatap taehyung yang sibuk dengan tawanya.

bukan ia orang anehnya disini, tapi taehyung. dia yang tingkahnya begitu abstrak dan tidak terduga, sampai jeongguk tidak bisa memperkirakan apa yang sebenarnya terjadi, baik di sekitarnya atau di dalam kepala kakak kelasnya itu.

harusnya jeongguk tidak peduli lagi.

harusnya. [ ]

hari itu, di atap sekolah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang