[3] gosip itu (2).

1.7K 325 76
                                    

bel yang sudah ditunggu akhirnya berdentang. sebelum hyunbin cabut lari ke kantin, mingyu sempat menarik dasinya hingga ia terpaksa berhenti atau tercekik. sambil menyeret jeongguk yang menguap, mereka bertiga mendatangi kursi dokyeom di bagian depan yang baru meregangkan badan dan membereskan buku.

dokyeom, walau gayanya agak serampangan dan ribut, dia termasuk jajaran siswa cerdas. mungkin belajarnya terbantu karena kebiasaannya menyimpan bahan-bahan gosip di kepala sehingga dalam pelajaran, ia menerapkan hal yang sama, entahlah.

mendapati mejanya gelap karena tiba-tiba dikelilingi tiga orang temannya sejak sekolah menengah pertama itu, dokyeom memekik sambil memeluk dirinya sendiri. sudut matanya melirik eunwoo di dekat pintu. "eunwoo, eunwoo! tolong! gue dibuli!"

eunwoo yang sedang berbincang sedikit dengan jinsoul menoleh, sedikit berdecak geli sambil menggelengkan kepala. "ngeyel."

"beneran dibuli ini gue!"

"yang kayak elu mah ga pantes dibuli, buang-buang tenaga aja." keluh hyunbin, menepuk-nepuk perutnya yang berbunyi tanpa malu, "ngantin yok, gue laper."

"traktir dong," cengir dokyeom.

"bro, ngertiin lah, kita sama-sama lagi bokek nih. ntaran kalau gue jadi model, gue traktir lu semua batagor tiga piring. jadi masing-masing dapet satu."

"miskin amat traktirannya batagor doang, pizza kek, ayam goreng sekarung kek."

"daripada gue ngasih yupi sebiji?"

"kayak ada aja yang mau rekrut lu jadi model." cibir dokyeom, kemudian ia berdiri, "whoa, whoa. lo kenapa jadi ngantukan gini, guk?"

jeongguk menatap jengkel, karena disebut dokyeom, ia jadi batal menguap. "siklus tidur gue belom beradaptasi. gue masih ngerasa di fase nokturnal."

hyunbin menaikkan alis. "nokturnal apaan deh?"

"suka ngalong." sahut mingyu. "malem bangun, siang tidur. makanya atuh, bin, belajar. mana ada yang mau nerima lu jadi model kalau hardwarenya goblok begini."

"eh yaudah gue jadi polisi aja."

"masuk polisi lu kira ga belajar?"

"nyogok dah gampang."

"ada duit?"

"gaada sih."

"hedeh." dokyeom memutar matanya mendengar perdebatan mingyu dan hyunbin. keempatnya segera mengantri untuk membeli makanan.

bertepatan dengan mereka, ada sekelompok kakak tingkat yang meninggalkan kantin, satu diantaranya menarik perhatian jeongguk, dokyeom, hyunbin dan mingyu sehingga omongan mereka terhenti sejenak. mingyu menepuk-nepuk pundak jeongguk kelewat tergesa.

"itu kan? kak taehyung?" kata mingyu cepat.

jeongguk menganggukkan kepala. sebenarnya, bukan keberadaan taehyung yang membuatnya terpaku, namun wajah taehyung yang tengah tertawa dengan teman-temannya itu. tawanya terdengar menyenangkan, namun ada yang berbeda saat telinga jeongguk menangkapnya.

"gila," bisik hyunbin pelan, "dari deket baru kelihatan, itu tadi di mukanya ada memar gitu. gue ga salah liat kan?"

"nggak, gue juga lihat tadi, bin," mingyu menimpali.

benar, itu yang membuat jeongguk terpaku. ada plester luka transparan dan memar yang sepertinya ditutupi semacam krim, namun masih terlihat jelas di jarak dekat tidak terlalu kelihatan, namun jeongguk yakin ujung kiri bibirnya terlihat agak sobek.

ketiganya kemudian menatap dokyeom lurus saat taehyung dan beberapa temannya pergi dari sana.

"iya, iya. gue bakal sambung yang tadi." dokyeom mengembuskan napas, tangannya memegang cider dan dua roti soba, "tapi cari duduk dulu woi!"

tanpa banyak cingcong, keempatnya segera menemukan meja yang cukup untuk berempat dan tidak banyak orang di sekitar sana. masing-masingnya segera duduk sesuai kursi lalu menunggu dokyeom bicara.

"sebenernya ini dah lama banget sih, kalau gue ga salah, udah beredar sejak kak taehyung SD sampe sekarang. katanya, dia itu preman, suka mukulin orang dan berantem." ujar dokyeom.

"nggak mungkin," sanggah mingyu, tidak percaya, "kak taehyung kelihatan lembut banget gitu mana bisa jadi preman? yang ada premannya ga tega. dia kayak bukan tukang berantem."

"gue juga mikir gitu," angguk hyunbin, "lagian, melihat kelakuannya... dia nggak kayak orang yang suka berantem. menurut lo, jeon? lo kan sempet ngomong sama dia?"

jeongguk terdiam sejenak, kemudian menggeleng. "menurut yang gue liat, kak taehyung bukan tipe berantem."

"kalau nggak ngehajar, jadi sering kena hajar dong? jadi dia dipukuli?" mingyu membulatkan mata dengan ekspresi kaget, "apa kak taehyung korban buli?"

dokyeom menggeleng. "dia nggak pernah punya masalah sama temen-temennya."

"di rumah? mungkin?" tebak hyunbin. "kali aja orangtuanya... abusif?"

"keluarganya harmonis aja, nggak pernah terdengar berita-berita nggak enak. interaksi dia sama keluarganya kayak orang lain pada umumnya." dokyeom mengunyah rotinya. "tapi dia emang sering memar-memar gitu, dalam seminggu, ada aja memar baru. ntar kalau udah pada ilang, muncul lagi. terus luka entah dimana lagi."

jeongguk menaikkan alis. "ada yang pernah nanyain?"

"ya jelas ada lah, lo kira siapa yang engga khawatir? tapi jawaban kak taehyung sama aja."

"apaan tuh?"

"dia bilangnya jatoh, tergelincir, ga liat-liat, nabrak, kebentur, dan segala hal yang berhubungan dengan kecerobohan dia. kak taehyung emang lumayan ceroboh, jadinya orang ga bertanya-tanya lagi, terus ya udah." dokyeom menelan rotinya kemudian meminum cider, "akhirnya gosipnya hilang sendiri, dianggap kak taehyung cuma ceroboh tiada banding. tamat."

ada jeda sejenak, terlebih karena mereka merasa omongan dokyeom harus dicerna dulu untuk bisa masuk ke akal mereka. sebelum jeongguk menceletuk.

"lo percaya itu, kyeom?" tanyanya.

"sejujurnya sih enggak, mungkin dia punya penyakit gampang memar. nggak tau juga sih." dokyeom mengangkat bahu. "dia kelihatan hepi dan baik-baik aja, mau kuatir juga pasti disanggah."

"iya sih," angguk hyunbin, "kalo keluarganya baik-baik aja, pergaulannya gaada masalah, dan dia bukan tipe tukang berantem. mungkin dia cuma ceroboh."

"habisnya nggak ada kemungkinan lagi sih," tambah mingyu.

jari jeongguk mengetuk permukaan meja. walaupun itu logis, jeongguk tetap merasa ada yang janggal. jika taehyung baik-baik saja, kenapa dia bertanya pertanyaan semacam itu? kenapa tawa sebelumnya terdengar hampa dan kosong? jika taehyung tidak baik-baik saja, pada bagian mana?

menyingkirkan tentang taehyung yang membingungkan dari pikirannya, jeongguk lebih memilih untuk konsentrasi makan dan mengumpulkan tenaga untuk pelajaran matematikaㅡjuga dengan meminum sekaleng kopi dari vending machine.  [ ]

hari itu, di atap sekolah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang