[0] si kakak kelas itu.

3.1K 400 41
                                    

niatnya jeongguk ingin tidur. serius.

setelah semalaman begadang untuk meraih level tertinggi dalam gamenya, setidaknya di negara, jeongguk hanya ingin tidur. perpustakaan tidak bisa, ada guru cerewet yang senang menyindir bahwa perpustakaan bukan penginapan. ruang kesehatan juga tidak bisa, jeongguk benci bau obat, alih-alih tidur, dia bisa muntah.

"coba ke atap aja deh," saran hyunbin, diangguki oleh mingyu.

"gak panas?" jeongguk mengernyitkan dahi, melirik ke jendela, mendapati matahari bersinar terik.

"nah, bagusnya, gak banyak yang tahu kalau atap sekolah kita ada bagian yang gak kena cahaya matahari," dokyeom tiba-tiba nimbrung entah darimana, namun tidak ada yang protes dengan informasi ini, "jadi aman deh."

"ngeyel, tau darimana lo?" cecar mingyu, tidak percaya.

"ya gue tau lah, kan jaringan informasi gue banyak." kemudian dokyeom memelankan suaranya, dengan lagak dramatis. "ehem, info eksklusif dari kak hoseok."

"yeeeeeuuuu, kirain apaaaann,"

oke, pernyataan terakhir bernilai benar. karena dokyeom dari dulu memang selalu juara dalam hal informasi, semua hal dia tahu, bahkan gosip sekolah terkini yang bikin 'hah? masa?' bertebaran di sepanjang koridor.

"yaudah, sana gih, coy," dorong hyunbin, "kesian gue liat lo kusut banget kayak orang hilang harapan hidup."

jeongguk memutar matanya, nggak mau ambil pusing, akhirnya memutar badan dan pergi sesuai intuisi ke jalan yang diyakini sebagai jalan menuju atap sekolah. beberapa orang menyapanya, beberapa nggak dikenal. namanya saja baru masuk, namun jeongguk tidak menemukan alasan untuk tidak beramah-tamah. sehingga beberapa ia tanggapi dengan senyuman dan anggukan kepala. rasa kantuknya sudah membayang di kelopak mata.

sial, ternyata masih harus naik tangga.

menghela napas, akhirnya jeongguk menaiki anak tangga dengan formasi dua-dua, supaya lebih cepat. saat membuka pintu, ia menemukan pemandangan sekolah dari bagian atas. biasa saja, tidak ada hal yang menarik. hanya saja area sekolah terlihat lebih kecil. anginnya terasa kencang dan agak panas, tapi itu tidak masalah.

menyapu sekeliling, jeongguk berdecak puas menemukan tempat yang dibilang dokyeom, bagian teduh. alias bagian yang tidak kena sinar matahari karena terhalang bangunan gedung sebelahnya yang berukuran lebih tinggi. namun saat ia akan melangkah menuju tempat itu, jantungnya serasa copot melihat sesosok pemuda kurus yang berjalan-jalan santai di pinggiran atap.

perlu dicatat, pinggiran atap ini tidak memiliki teralis ataupun pengaman apapun. kosong. jika terpeleset, bisa dipastikan orang itu jatuh ke bawah dan meregang nyawa.

badan jeongguk rasanya kaku, tiba-tiba bingung. ingin menegur, namun khawatir orang itu kaget dan tergelincir jatuh. jeongguk bisa dikenai pasal pembunuhan tanpa disengaja! berdoa pada keberuntungan hari itu, jeongguk memutuskan untuk menyapa.

"permisi?"

pemuda kurus itu menoleh, blazernya berwarna abu-abu, terlihat longgar dan menutupi setengah punggung tangannya, karena blazer itu berkibar kencang. rambutnya hitam berantakan diterpa angin di atap sekolah, ekspresinya lurus, tidak terkejut atau apapun.

namun kemudian dia tersenyum. senyum lebar, menampilkan giginya. senyum itu berbentuk kotak dan matanya melengkung seperti bulan sabit.

"hai!"



[ ] [ ] [ ]

⚠️ trigger warning ⚠️
• (might) suicide attempts
• self-harm
• mental issues

kalau kamu nggak kuat, please step back for your own good. thank you ❤

- tambahan -
• lowercase
• local conversation (gue-lo)
• semi baku
• short chapters
• might not the lovey-dovey one you want.
update tidak tentu. brace urself.

hari itu, di atap sekolah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang