[4] kerja kelompok dan cerita itu.

1.6K 307 22
                                    

"bisa-bisanya dari semua orang gue sekelompok elu!!!"

jeongguk menguap malas, ia bersandar ke kursi mendapati hardikan dokyeom. "ya udah sih, kyeom. kayak baru sekelompok gue aja. eunha sama saerom aja nggak papa tuh."

saerom memutar matanya, tidak terlalu peduli. "lo ga kerja gue potong tuh leher. gue jitak juga hidung lo sampe pesek." kemudian ia menunjuk bangku jeongguk. "sini, rapatin mejanya."

"iya, iya, nyai. serem amat dah."

hari itu, para guru sedang ada rapat sehingga mereka meninggalkan tugas kelompok untuk dikerjakan dan akan dikumpulkan di akhir jam pelajaran. penentuan kelompok dilaksanakan dengan cara mengundi dengan satu kelompok berisikan empat orang. dokyeom, saerom, eunha, dan jeongguk tergabung dalam kelompok delapan.

karena saerom mau tugasnya cepat selesai sehingga bisa lekas bersantai, ia membagi tugas masing-masing untuk dokyeom, eunha, dan jeongguk. dokyeom dan jeongguk mencari materi tambahan ke internet, sementara saerom dan eunha mencocokkan jawaban dan menuliskan di lembar yang dibagi. sembari menunggu jeongguk dan dokyeom selesai, eunha dan saerom memilih berbincang-bincang untuk menghabiskan waktu.

"lo ada ikut ekskul, eunha?" tanya saerom.

"gue? ada, dong!"

"ekskul apa tuh?"

"PMR, sae. kenapa? lo mau ikut juga?"

"enggak, gue nggak ada bakat ngurusin orang dengan lemah-lembut. yang ada ntar makin gue damprat."

"hahaha, nggak gitu juga kali!" eunha tertawa sambil memutar-mutar pensil, "kalo misalnya ada yang pura-pura sakit, tinggal galakin aja."

"bisa gitu?" saerom mengangkat alis.

"bisa lah,"

"lo bisa galak, eunha?"

"bisa!!!"

saerom tertawa melihat tingkah eunha, alisnya menukik kesal. "di PMR ngapain aja? jaga uks kan?"

"ya nggak ngapa-ngapain juga, paling catetin orang yang ngunjungin UKS, ada perlu apa-apa, gitu deh,"

"bosenin?"

"nggak," kemudian senyuman eunha tersungging, matanya berkilat jahil, "kan lumayan bisa skip kelas."

"woanjir, ternyata itu maksud tersembunyi lo!" saerom terbahak sambil menutup mulutnya, "jadi lo kemaren itu kedoknya jaga uks padahal lo pasti molor disana!"

eunha menjentikkan jarinya, "niatnya gitu! tapi gabisa."

"loh, kok gabisa?"

"soalnya kemaren ada yang datang ke uks, gak enak dong gue kalo tiduran, dilaporin ke guru bisa mampus gue."

"siapa tuh yang dateng ke uks, cakep gak?"

eunha tertawa lagi, renyah. "cakep, tapi boro-boro gue deketin, yang ada gue malah panik."

"kok bisa panik?"

"dia dateng mukanya udah pucat, mana mimisan deras pula. gue panik ke kantin mintain es. terus lama banget pula baru berenti." eunha menggeleng pelan, mukanya sepintas terlihat prihatin lalu melanjutkan ceritanya. "mana mukanya pucat banget, habis itu ada memar-memar pula. apalagi di rahangnya, biru banget. gue sampe merinding. gue bantuin kompres tapi dia nolak, katanya bisa sendiri. jadilah gue bengong doang sambil nahan panik liatin dia, dianya malah ketawa, bilangnya udah sering. greget gak tuh? padahal itu pertama kali gue jaga. terus ada lagi nih,"

saerom terlalu asyik mendengarkan cerita eunha, lantas mengangguk-angguk. "apa lagi?"

"iya, jadi kan pas dia pegangin es yang dibungkus kain tipis buat berentiin mimisannya, lengan blazernya kan agak disingsing biar ga kena basah, terus tau ga gue liat apa?"

"apaan?"

"luka sayatan gitu!"

"hiihh, yang bener dong! bekas luka kali! luka kegores!" saerom mengusap lengannya, sedikit merinding mendengar penuturan eunha yang terlihat bersungguh-sungguh.

"serius," decak eunha, "gue nggak mungkin salah lihat, gue tau kali mana luka gores dan mana luka sayat. itu tuh beneran disayat tau, terus ada juga bekas-bekasnya. dan yang gue lihat itu kayak baru dibikin!"

"jangan ngawur!"

"enggak!"

"emang siapa sih?" alis saerom terangkat, penasaran.

"taehyung," balas eunha, "kakak kelas kita."

di sisi lain, jeongguk merasa suara dokyeom hanya seperti dengungan lebah saat tiba-tiba suara eunha dan saerom yang begitu jelasㅡapalagi di meja itu, eunha duduk tepat di sebelah jeonggukㅡsaat menyebut nama yang dia kenal.

karena tanpa otaknya sempat mencegah, ia menoleh ke arah eunha, "lo yakin itu kak taehyung?"

eunha kaget saat tiba-tiba jeongguk bertanya, ia kemudian mengangguk. "serius, itu kak taehyung. ada badge namanya dan dia juga bilang sendiri namanya saat gue tulis ke buku kunjungan."

"lo ada tanyain dia kenapa sampe begitu?" tanya jeongguk lagi, agak mendesak. mengacuhkan ledekan saerom yang bilang 'cie nguping pembicaraan cewek'.

eunha mengerutkan kening, "yang mana dulu nih?"

"yang mana aja."

"kalau soal mimisan, katanya dia nggak tahan panas jadi hidungnya keluar darah gituㅡgue nggak heran sih soalnya kemaren emang panasnya azab banget. tapi kalau soal lukanya, dia bilang nggak papa, gue nggak berani nanya lebih jauh." eunha menjawab dengan bahu yang sedikit terangkat.

saerom menumpukan dagu di atas telapak tangannya, menatap jeongguk. "tumben lo kepo? kenalan lo ya?"

"enggak sih, gue kepo doang," balas jeongguk sekenanya.

"terus," eunha menoleh, menunjuk dengan isyarat dagu, "itu tugas lo sama dokyeom dah kelar belom? kalau udah, sini gue catetin."

"belooomm~" balas dokyeom dengan nada mengejek, "si jeongguk keasikan denger gosip cewek, jadi dia bengong dari tadi."

"woi, gue cuma kepo! yaudah sini, gue yang kerjain!" gerutu jeongguk kesal, sementara saerom, eunha, dan dokyeom tertawa keras melihat raut jengkel pemuda itu. [ ]

hari itu, di atap sekolah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang