[6] di pinggir atap itu.

1.3K 296 33
                                    

jeongguk lupa kalau hari ini adalah jadwal olahraga. ia kebingungan saat membuka loker dan tidak menemukan seragam olahraganya dimanapun. butuh sekitar sepuluh menit sampai ke kelas dan menemukan satu tas kertas di atas mejanya, membuat jeongguk teringat bahwa seragam olahraganya ia pinjamkan pada taehyung kemarin.

makasih udah dipinjemin. tenang, udah gue cuciin juga hehe. nanti kapan-kapan gue traktir makan buat ucapan makasih. kalau lo gamau ya gapapa juga sih.
- dari lo tau lah siapa.

ada sebuah surat dari sobekan buku tulis, disana tertulis lumayan rapi walaupun ada beberapa yang susah terbaca. walaupun begitu, maksudnya sudah tersampaikan dengan baik. jeongguk mendengus geli, kemudian mengeluarkan seragam olahraganya yang bahkan dibungkus rapi dengan plastik.

"heh, dapet hadiah dari siapa tuh?" hyunbin menegur, salah satu dari sekian orang yang sampai cukup cepat. cowok jangkung itu melongok dari pundak jeongguk.

"hadiah apaan, seragam olahraga gue doang."

"rapi banget sampe pake tas kertas dan diplastikin segala. muka lo sama sekali ga mencerminkan segala kerajinan ini tau."

jeongguk berdecak. "iye, gue emang ga serapi itu emang."

"lah terus?"

"ini abis dicuciin kak taehyung."

"heh gilaaaaa!" sergah hyunbin, "kak taehyung lo jadiin pembantu!? ngeri amat lo, jir!"

"kaga buset, lo dengerin dulu orang omong jangan asal ceplos. lama-lama lo jadi dokyeom kedua." jeongguk menyikut rusuk hyunbin kesal.

"aw, rusuk gue ntar retak weh! kenceng banget!" ringis hyunbin, "yaudah, jadi gimana tuh sampe kak taehyung cuciin seragam olahraga lo?"

"ya enggak kenapa-kenapa sih, kemaren hujan kan, gue pinjemin deh seragam gue. daripada dia masuk angin. tau-tau ini dah nangkring aja di atas meja gue."

"hmmm," angguk hyunbin, "gitu doang ternyata."

"gitu doang apaan maksud lo?"

"ga seru. kirain apaan. yaudah, buru ganti baju. katanya eunwoo, telat dihukum lari keliling lapangan."

"keliling lapangan doang kali, bin."

"sampe sepuluh doang gue sanggup. lah ini katanya sampe tujuh puluh. terkuras sudah tenaga gue. buru ah!"

"iye, iye, iye, bentar."

jeongguk mengambil seragam olahraganya lalu membuka plastiknya, segera mengenakannya supaya cepat sampai di lapangan sebelum diabsen ketua kelas. surat tadi jeongguk simpan di bawah lacinya.

yang jeongguk tidak ketahui, ada bekas bercak kemerahan samar di ujung kertas tersebut, yang seiring waktu berubah warna menjadi cokelat.

.
.
.

"siapa tuh berani banget duduk di pinggiran atap? ga takut jatuh apa?"

"... oh, itu kak taehyung. biasa lah. dia emang sering gitu."

"bahaya banget."

"asal ga jatoh aja sih."

"ngeri amat kalau jatuh, itu bangunannya lima lantai woi. minimal remuk lah badan."

"hush! jangan ngomong macem-macem, kalau kejadian bisa berabe!"

jeongguk meregangkan lehernya, jaket olahraga ia sampirkan asal ke bahu sehingga meninggalkan dirinya hanya mengenakan kaos hitam polos. mendekat ke bagian hyunbin, jaehyun, dokyeom, yugyeom, eunwoo, dan cowok lain yang tengah berselonjor setelah praktek lari dengan rintangan.

"rame banget para cewek ngegosip, ada apaan emang?" tanya jeongguk.

tanpa ngomong apa-apa, eunwoo mengedikkan dagu pada salah satu gedung tinggi di kawasan sekolah mereka. gedung kelas tingkat satu, dua, dan tiga yang dijadikan jadi satu. di rooftopnya, ada siluet seseorang yang duduk dengan kaki menjuntai, membelakangi sinar matahari. tampang kecil.

"siapa sih emang?" tanya jaehyun.

"dari gosipan cewek sih, kak taehyung." dokyeom membalas.

"kak taehyung lagi? hobi banget dia bahayain diri sendiri begitu," komentar mingyu, "gaada yang mau ngasih pagar pembatas gitu di rooftop? siapa tau ada orang lain yang ngikut kak taehyung begitu juga dan malah sial jatoh ke bawah."

"nanti gue usulin deh pas rapat antar ketua kelas," kata eunwoo akhirnya, "iya sih, bahaya juga kalau ada yang ikut-ikutan. apalagi cewek, stress dikit labil, nanti ada kejadian yang tidak diinginkan. makasih usulnya, gyu."

"jarang banget si mingyu waras, hahahaha," yugyeom terbahak. diiringi yang lain.

jeongguk tidak berkomentar apa-apa, hanya menatap dimana orang yang dibilang taehyung tadi duduk. kakinya masih menjuntai dengan santai. padahal jaraknya jauh, namun jeongguk merasa tatapan taehyung jatuh ke arahnya dan mungkin hanya di khayalan saja, ia merasakan taehyung tersenyum ke arahnya.

dari jarak sejauh ini, lapangan atletik dan rooftop, bagaimana bisa diketahui ada senyum atau tidak di wajah seseorang? bukannya hanya buram saja?

jeongguk mempertahankan pandangannya, tanpa sengaja menahan napas saat siluet taehyung bergerak. ia bangkit dari duduknya, lantas berdiri. jeongguk sudah berpikiran macam-macam namun taehyung melompat ke belakang, berbalik, lalu berjalan menjauh dari pinggiran rooftop. sepertinya turun ke bawah.

aneh, ada yang aneh. senyum taehyung seolah menyimpan sesuatu. membuat jeongguk terasa sesak secara tidak sadar. rasanya benar-benar tidak nyaman. seolah ada gumpalan di hatinya yang merekah dengan menyakitkan. [ ]










[A/N]
mungkin kalian banyak yang penasaran ya tentang apa yang terjadi pada tae? hehe. sekadar disclaimer, aku disini berusaha full dari sisi jeongguk. dari sisi orang yang tidak tahu sama sekali dan sama sekali buta terhadap kehidupan/masalah orang lain. dari warning sebelumnya yang banyak 'trigger', aku yakin kalian sudah bisa mengira duduk masalahnya. karena itu, jeongguk disini sebagai pengamat, entah dia bertindak tepat waktu atau terlambat. jadi tidak akan ada part yang bercerita di sisi taehyung. semua sepenuhnya di persepsi jeongguk. anyway, aku nggak yakin ini bakal jadi romance karena fokusnya adalah comfort.

alur cerita ini menurutku lumayan lambat, so brace yourself ♡

hari itu, di atap sekolah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang