[7] di perpustakaan itu.

1.4K 275 25
                                    

"ngantin?"

mingyu, hyunbin, dan dokyeom berkumpul di bagian belakang saat bel untuk istirahat kedua berbunyi. padahal tadi saat istirahat pertama setelah olahraga, mereka sudah makan sangat banyak. sepertinya pelajaran selalu bikin lapar walau apa yang dikerjakan hanyalah menatap kosong di depan dan mengantuk. bonus gelagapan jika tiba-tiba guru bertanya dan lemparan spidol apabila cuma cengar-cengir karena tidak dapat menjawab.

"nggak."

mendengar tolakan jeongguk, ketiganya menatap tidak percaya. ini jeongguk, orang ini tidak pernah menolak ajakan makan karena mereka sendiri ada di masa pertumbuhan.

"lo... lo ga diet kan?" tanya mingyu horor, lalu mencubit perutnya sendiri, "astaga, apa gue harus ikut diet juga? perut gue udah mau tumpah."

"gue kaga diet, njir. ngapain diet," jeongguk mendengus, "gue mau ke perpus."

"laaahh, lo belajar? ujian masih lama woi! jangan ambis banget lah, minder gue!"

"kapan gue ambis coba," jeongguk beranjak berdiri lalu mengeluarkan sebuah novel dari tasnya.

"lah, itu bukannya novel yang kudu diresensi dua minggu lalu?" tanya dokyeom yang sadar novel di tangan jeongguk, "aNJIR! belom lo balikin? di denda ga tuh?"

jeongguk tersenyum, tapi senyumnya nelangsa sekali. "denda, ples gue harus berberes perpus juga," kemudian senyumnya berubah, menjadi lebih lebar dengan mata berkilat, "nah, lo bertiga kan temen gue yang paling deket, jadiㅡ"

mingyu yang bereaksi paling cepat, dia mengibaskan lengan lalu memasang ancang-ancang ingin kabur. "aaahhh, maag gue kambuh! gue harus segera makan. sampe nanti, guk! semangat beberes perpusnya!"

"sejak kapan lu punya maag, bukannya lu cacingan?" hyunbin mengerutkan kening.

sekali lagi, dokyeom paling paham situasi. saat mingyu sudah minggat dari sana, dokyeom lantas menyeret hyunbin. "bin, utang lo nunggak kan di kantin? pasti lo gaada duit! pake aja duit gue dulu. KUY! dadah, jeongguk! hati-hati bersin kena debu perpus!"

ketiganya minggat dari sana dengan cepat, meninggalkan jeongguk dengan wajah masam dan keruh. bahkan hampir menabrak eunwoo yang baru masuk dan membawa lembaran pekerjaan rumah rangkap lima yang akan dibagikan. hampir saja tumpukan kertas yang dibawa ketua kelas itu terbang berceceran karena tanpa sengaja ditabrak hyunbin yang didorong dokyeom.

"wOI TOLONG JANGAN LARI-LARI DI KORIDOR! HEEEEEEEIII....!!!" eunwoo berseru kesal, alisnya bertaut dalam, kemudian menatap jeongguk bingung, "lah, lo ga ikutan mereka?"

jeongguk mengangkat sebelah alisnya. "lo mau gue tabrak terus gue tinggalin sambil lari di koridor juga?"

"ga gitu juga," eunwoo menatap jeongguk dengan ekspresi lempeng, "lupain dah. kenapa tuh? berantem sama mereka?"

"enggak. biasa lah, temen kan adanya saat seneng doang. waktu kesusahan, pada ngilang."

"ga juga, ada kok yang mau bantuin. emangnya lo lagi susah, guk?"

"sekarang sih iya."

eunwoo mengernyit, menatap jeongguk lekat dari atas sampai ke bawah sembari menaruh tumpukan lembar pekerjaan rumah tadi di meja guru. "lo ga keliatan lagi susah. tapi ya udah, butuh bantuin gue?"

"beneran mau bantuin gue?"

"ya kan gue temen lu juga, ketua kelas lagi. buru ah, butuh bantuan apa sampai mereka bertiga ngibrit gitu?"

"bantuin gue beres-beres di perpus."

senyum eunwoo mengembang, sekilas nampak palsu. "oh, kalau itu sih, ogah."

"yeee, sama aja anjir!"

"ya elu juga kenapa sampe bisa dihukum beresin perpus, tanggung jawab lo itu. lo tadi full main basket tahan aja, beresin perpus masa gabisa."

"elah gausah nyindir juga. mau bantuin gue ga nih?"

"males. buruan ya beresin perpusnya, jam berikutnya kelas jangan sampe telat."

"iye, iye."

.
.
.

jeongguk mengernyitkan kening dengan tumpukan buku di tangannya. bukan karena berat, namun bingung harus menyusunnya bagaimana. lagipula, tumpukan buku itu punya berbagai tema, sementara itu jeongguk tidak hapal rak buku.

memang apa yang di harapkan? perpustakaan bisa diandalkan untuk mengundang kantuk. ini saja jeongguk sudah menguap. mau menanyakan lagi soal penyusunan buku, pengawas perpustakaan terlihat siap untuk mencaplok kepalanya kapan saja.

"ya sudahlah, yang penting beres, rapi, nggak bertebaran dimana-mana." gumam jeongguk pelan, lalu bergegas menyusuni buku-buku itu di sela kosong.

"hei, raknya bukan disitu."

"anjir!" jeongguk tersentak, lalu segera mengatupkan bibir saat sadar dia sudah menyumpah keras karena suara mendadak dan tepukan di punggungnya. "ㅡ kak taehyung?"

"dor," taehyung menyunggingkan senyum kecil, lalu terkekeh, "kaget ya,"

"ya iya, lo nongol kayak setan, kak. gaada hawanya."

mata taehyung melengkung lucu. "segitunya?" taehyung bergerak ke sebelah jeongguk, lalu mengambil buku yang salah dimasukkan tadi, dan diganti dengan buku lain. "lo kesini nyari buku apa?"

"nggak, gue lagi dihukum,"

"oh, pantesan," taehyung menganggukkan kepala, "lo keliatan bingung banget tadi. sini, gue bantuin."

"beneran?"

"iya, lo liat buku kayak orang susah soalnya. ga tega gue."

jeongguk tersedak mendengar omongan taehyung, ia kemudian terbatuk dan menghasilkan tawa lagi dari taehyung. pelan-pelan, tumpukan buku yang tadi ya menggunung kini hanya sisa 5. jeongguk mengikuti taehyung kesana-kemari mencari rak yang tepat.

"wow, makasih, kak. lo sering kesini ternyata."

"sering, buat tidur."

"hah?"

"kalau lagi gamau tidur ya gue baca buku."

"lo pinter banget berarti."

"enggak juga, gue baca buku cuma buat bikin gue ngantuk, supaya cepet tidur."

keduanya sudah keluar dari remang-remang bayangan rak tinggi perpustakaan, bergeser ke bagian yang lebih bercahaya dimana taehyung membawa buku-buku yang tadi ingin dibawanya. jeongguk melotot menatap buku yang dibawa taehyung; tiga buku tebal soal latihan untuk tingkat tiga.

"gila, lo rajin banget. bukannya lo masih tingkat dua, kak?"

"hm? oh... ini cuma pengalihan."

"pengalihan gimana?"

taehyung kemudian tertawa. "tau ga, lo itu kepo banget. padahal dari muka ga keliatan pengen tau urusan orang atau banyak omong."

jeongguk dengan reflek menggaruk tengkuknya refleks, canggung. "maaf kalau itu ganggu lo, gak tau kenapa, lo bikin penasaran banget. jadi kalau ngomong sama lo bawaannya mau kepo."

"nggak papa sih, santai aja. mungkin ke beberapa orang ganggu, tapi ada beberapa yang malah butuh keberadaan orang kepo kayak lo."

"hah? orang kayak gimana emang yang butuh orang kepo? orang yang cari sensasi, gitu?"

"beberapa. tapi yang gue maksud, adalah orang yang butuh distraksi."

"kenapa orang butuh distraksi?"

"karena, ada beberapa orang, yang terlalu berpikir. jadi ladenin orang kepo kayak lo rasanya jadi semacam jeda atau istirahat gitu."

"apa ini juga berlaku ke elo, kak?"

"hm, apa gue keliatan kayak orang yang terlalu berpikir?"

"bukan terlalu berpikir," tatapan jeongguk melekat pada sepasang netra hazel itu, terlihat ramah dan menyenangkan, namun di saat yang sama juga sama sekali tidak terbaca, "lo keliatan seperti orang yang terlalu banyak memendam." [ ]




A/N kayaknya ga jadi full hiatus, aku butuh pelarian demi bisa survive :")

hari itu, di atap sekolah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang