.
.
.
.
.
Ini kali pertama Fares mengikuti ajakan Gio untuk pergi kekantin, biasanya Fares akan memilih menghabiskan waktunya diperpustakaan. Kehadiran Fares dibelakang Gio tentu saja disambut tatapan tidak percaya oleh seisi kantin. Bagaimana tidak, Fares yang terkenal dingin dan tidak pernah menginjakan kakinya ke kantin, tiba-tiba ada disana bersama Gio."FARES!!!" Bayu langsung berteriak memanggil Fares saat remaja mungil itu kesulitan menemuka meja. Gio yang melihat Bayu langsung mengajak Fares menghampiri temannya itu.
"Duduk sini Res." Gio mendelik saat Angkasa menarik Fares untuk duduk disebelahnya.
"Makasih." Angkasa yang mendengar ucapan terima kasih dari Fares, langsung memekik senang.
"Duh kenapa pake makasih segala." Fares hanya tersenyum menanggapi Angkasa.
"Fares, lo mau makan apa, biar gue pesenin sekalian." Gio langsung mengalihkan fokus Fares dari Angkasa.
"Bakso." Gio langsung mengiyakan dan segera berlalu dari sana, mengabaikan bahwa Fares belum selesai berbicara.
"Kok udah pergi sih." Haris yang mendengar gumaman Fares langsung menatap bingung.
"Kenapa Res? mau pesen yang lain juga?" Fares langsung menggeleng, dia masih sungkan pada teman-temannya.
"Gak kok Ris." Haris hanya bisa mengangguk meskipun matanya tidak lepas dari Fares.
"Bang Fares!!!" Fares menoleh saat namanya kembali diteriakan, kali ini oleh Regis.
"Jangan teriak Gis." Regis langsung mencibir saat Bayu mengingatkannya.
"Lo juga suka teriak bang Bay." Fares tersenyum, melihat interaksi temannya membuat dia bahagia.
"Bang Fares, nanti mau main basket lagi?" Fares terlihat berfikir kemudian mengangguk, membuat Bayu bersorak.
"Yey Fares main lagi nanti." Fares hanya tersenyum.
Tak
"Ini bakso lo Res." Fares berkedip saat melihat semangkuk bakso yang diletakan Gio di hadapannya.
"Makasih Gi." Gio tersenyum sebelum akhirnya ikut duduk dan memakan nasi gorengnya.
"Gi, kok lo mesenin bakso Fares polos banget sih, gak pake apa-apa gitu?" Fares dan Gio langsung menoleh kearah Haris yang menatap mangkuk bakso Fares. Ucapan Haris membuat Bayu, Angkasa dan Regis ikut menatap kearah mangkuk bakso itu.
"Wah parah lo Gi." Angkasa ikut bersuara, sedangkan Gio dan Regis hanya tersenyum.
"Bang Gio gak salah kok pesenin bang Fares gitu." Ucapan Regis membuat yang lain bingung.
"Fares kalau makan bakso emang gitu, gak pakai saos apa lagi sambel, bener gak Res?" mendengar namanya disebut Fares hanya mengangguk. Fares sendiri tidak tau kenapa Gio bisa hafal tentang itu.
"Iya, aku gak bisa makan saos sama pedes." jawaban Fares membuat Bayu, Haris dan Angkasa melongo, mereka menoleh kearah Gio serempak.
"GIO KOK LO BISA TAU SIH?!!"
.
.
.
.
.
Fares menatap kearah gerbang sekolah sebelum akhirnya ikut melangkah kelapangan bersama Angkasa, remaja mungil itu sudah mengirimkan pesan pada sang papa, bahwa dia akan pulang pukul tiga."Bang Fares." Fares tersenyum saat melihat Regis melambai kearahnya. Adik kelasnya itu sudah berada dilapangan bersama beberapa anak basket lain.
"Widih Faresta ikut main lagi nih."
"Lo beneran gak mau masuk tim basket gitu Res?"
"Res, ayo ikut basket lah, biar lo makin terkenal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wächter
FanfictionFares hanya seorang remaja berusia 17 tahun, yang memiliki mimpi dan keinginan sangat sederhana. Fares hanya ingin sang ayah tersenyum melihatnya karena dirinya sendiri bukan karena dia sudah membuat Raefal tersenyum, Fares hanya ingin sang ayah mer...