.
.
.
.
.
Hari pertama...Fares menepuk dadanya pelan saat merasa nafasnya sesak. Dia ada dirumah seorang diri saat ini, papanya memintanya berdiam dirumah sampai jadwal oprasi dilakukan. Fares menatap kamarnya, dia tersenyum sebelum akhirnya mulai merapikan beberapa barang dikamarnya, dia punya waktu tiga hari untuk melakukan itu.
Fares mengeluarkan hampir seluruh pakaiannya dari dalam lemari, memilah beberapa untuk dia kembalikan kedalam lemari, dan sisanya dia masukan kedalam kardus, lalu meletakannya dipojok kamar.
Fares membersihksn hampir seluruh rumah sendirian, dia mengganti semua horden, sprai, selimut bahkan sarung bantal dengan yang baru. Fares bahkan memindahkan beberapa koleksi bukunya kekamar Raefal.
"Bang Fares?" Fares menghentikan kegiatannya bermain air dikolam renang saat namanya dipanggil.
"Aku dibelakang Gis." Regis menggeleng saat menemukan Fares tengah merendam kakinya kedalam kolam renang.
"Jangan main air lah bang, ayo kerumah, abang belum makan kan?" Fares terdiam sejenak sebelum akhirnya menggeleng.
"Makasih Gis, tapi aku disini aja, aku tadi udah makan nasi goreng kok, aku masak sendiri." Regis menghela nafas, dari kemarin Fares menolak jika diajak makan dirumahnya.
"Bang, lo gak papa kan?" Fares menggeleng, dia tersenyum menatap Regis.
"Aku gak papa kok, aku cuma bahagia, karena bentar lagi Raefal bakal sembuh." Regis menangkap ada yang aneh dari ucapan Fares.
"Iya dia emang bakal sembuh, jadi bang Fares gak perlu takut dihukum sekarang bang." Fares mengangguk.
"Iya, akhirnya nanti aku gak perlu takut dipukul sama papa." Fares tersenyum simpul, membuat Regis ikut tersenyum.
"Bang, tadi bang Gio bilang mau kesini, bener?" Fares mengangguk.
"Iya, aku mau minta tolong Gio buat nganter aku kesuatu tempat." Regis merengut saat Fares lebih memilih pergi bersama Gio dibanding dengannya.
"Kan ada gue sama bang Tirta bang, kenapa malah ngajak bang Gio?" Fares kembali tersenyum.
"Terakhir kali ini aku minta anter Gio, Gis, habis itu gak akan lagi, janji." Regis masih merengut kesal.
"Emang abang mau kemana sih?"
"Mau beli sesuatu buat Raefal."
"Jangan lupa buat aku juga." Fares kembali mengangguk.
"Nanti aku juga beliin buat kamu sama bang Tirta."
.
.
.
.
.
Hari kedua...Fares menghabiskan waktu didalam kamarnya yang terkunci, dia sedang membungkus beberapa barang yang dibelinya kemarin bersama Gio.
Bukan hanya untuk Raefal, nyatanya Fares membeli banyak barang untuk semua orang disekitarnya. Untuk neneknya yang akan berulang tahun bulan depan, untuk Abi, Tirta, Hadi, Arum, Regis, bahkan untuk Gio, Bayu, Gevan, Angkasa dan Haris. Fares membeli untuk mereka semua, dia menghabiskan hampir setengah tabungannya.
"Selesai, akhirnya hehe." Fares tersenyum senang memandang hasil karyanya.
"Mereka pasti suka."
Fares memutuskan kekuar kamar dan pergi kekolam renang, dia ingin belajar berenang sendiri. Karena dia tidak mungkin minta diajari oleh Tirta, saat ini Tirta sedang sibuk mondar mandir mengantar Arum dan sang nenek kerumah sakit. Arum sepertinya benar-benar marah pada Fares, buktinya tantenya itu sama sekali tidak menegurnya, dan menanyakan kabarnya, bahkan Arum membiarkan Fares berdiri di luar rumahnya saat menunggu Regis tadi pagi.
"Fares harus mandiri ya, jadi ayo belajar renang sendiri, anggep aja Fares lagi diajarin papa." Fares masuk kedalam kolam renang secara perlahan.
"Dingin." Fares begidik karena dinginnya air kolam.
Fares mencoba menahan nafas didalam air lebih dulu, Fares juga sudah mencoba semua tutorial yang dia lihat di video, tapi dia tetap saja tidak bisa. Sampai akhirnya Fares meyerah, dia hanya akan bermain air hari ini, minimal sampai sore, sebelum teman-temannya datang.
"Kayaknya aku emang gak boleh berenang."
.
.
.
.
.
Fares membeli banyak cemilan dari minimarket dekat rumahnya, dia juga memesan banyak sekali makanan. Rasanya seperti ada pesta dirumahnya, hanya tinggal menunggu tamu yang tidak lain adalah teman-temannya."Widih bang Fares, ada acara apa nih?" Fares menggeleng.
"Gak ada acara apa-apa." Regis mencibir tidak percaya.
"Yang lain udah dateng?" Regis mengangguk, mmbuat Fares tersenyum.
"Wah, banyak makanan!" Angkasa dan Bayu adalah orang pertama yang menduduki kursi makan.
"Makan yuk, sebelum kita nonton." Regis, Gio, Haris, Bayu dan Angkasa langsung menyerbu makanan diatas meja. Mereka bahkan mengabaikan Fares yang menatap sendu kearah mereka.
"Fares, bisa abang ngobrol sama kamu?" Fares menoleh dan megangguk pada Tirta. Dia mengikuti Tirta untuk pergi kehalaman belakang.
"Ada apa bang?" Tirta berdecak kesal saat Fares bertanya.
"Fares, kamu ini kenapa?"Fares memiringkan kepalanya bingung.
"Aku gak papa bang?" Tirta tersentak saat Fares menyebut dirinya dengan 'aku'.
"Adikmu lagi berjuang hidup dan kamu malah seneng-seneng disini sama mereka." Fares menunduk, Tirta memang berucap pelan tapi Fares tau Tirta sedang marah.
"Aku janji ini terakhir bang, aku cuma mau ngelakuin apa yang selama ini gak bisa aku lakuin, besok Raefal bakal oprasi dan habis itu dia bakal sembuh." Tirta menghela nafas.
"Tapi gak kayak gini juga Res, kamu gak seharusnya bikin pesta kayak gini." Fares meremas tangannya.
"Aku cuma ngelakuin apa yang pernah abang janjiin ke aku bulan lalu." Tirta mengernyit mendengar ucapan Fares.
"Janji apa?" Fares tersenyum miris, semua orang yang pernah berjanji padanya pasti berujung melupakannya.
"Abang pernah janji, bakal ngajak mereka semua buat nginep dan makan-makan sehari sebelum aku ulang tahun." Tirta menghela nafas saat Fares menyebut janjinya.
"Ya kan kalau kamu ulang tahun, sekarang suruh mereka pulang Res." Fares menggeleng, dan itu membuat Tirta kesal.
"Faresta!" Fares tetap menggeleng.
"Aku gak mau minta mereka pulang, aku yang ngajak mereka kesini, jadi aku gak bakal minta mereka pulang bang." Tirta kembali berdecak.
"Kamu udah kehilangan perasaanmu ya Res." Tirta melangkah masuk kedalam rumah, tapi sebelum Tirta benar-benar masuk suara Fares membuatnya terpaku.
"Aku cuma mau seneng sehari ini aja bang, gak boleh juga ya? Aku janji ini yang terakhir bang, setelah itu abang gak akan lihat aku yang kayak gini, abang juga gak perlu janjiin aku sesuatu nanti, abang bahkan lupa besok tanggal berapa." Fares tersenyum saat melihat Tirta mengernyit.
"Mending bang Tirta gabung sama mereka, biar aku dikamar aja, aku gak harusnya seneng-seneng hari ini kan bang?" setelah mengatakan itu Fares berlalu melewati Tirta dan naik kamarnya, mengabaikan tatapn dan pertanyaan teman-temannya.
"Bang Tirta, bang Fares kenapa?" Regis menghampiri Tirta yang berdiam didapur.
"Biarin aja dulu, sana lanjutin acara kalian." Regis mengangguk, dan meninggalakn Tirta yang mencoba mencerna semua ucapan Fares tadi.
"Kenapa ucapanmu jadi aneh sih Res." Tirta memejamkan matanya saat mencoba mengingat janjinya. Mata Torta langsung terbuka saat mengingat bahwa besok adalah tanggal lahir Fares, jadi itu alasan Fares mengajak teman-temannya kesini.
"Duh, bego banget gue."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wächter
أدب الهواةFares hanya seorang remaja berusia 17 tahun, yang memiliki mimpi dan keinginan sangat sederhana. Fares hanya ingin sang ayah tersenyum melihatnya karena dirinya sendiri bukan karena dia sudah membuat Raefal tersenyum, Fares hanya ingin sang ayah mer...