.
.
.
.
.
Sudah seminggu Fares dirawat dirumah sakit, dan tiada hari tanpa rengekan Fares yang meminta untuk pulang. Bagi Fares rumah sakit adalah tempat yang menyeramkan.Tapi hari ini Fares justru tidak berhenti tersenyum. Ya tentu saja karena hari ini dia akan pulang.
"Jangan senyum-senyum gitu Res." Fares langsung mencebik kesal saat Tirta menegurnya.
"Fares lagi bahagia tau bang." Tirta tertawa kecil, sebelum berakhir mengacak rambut sepupu mungilnya itu.
"Ayo, udah ditunggu ayah sama bunda dibawah." Fares berjalan mengikuti Tirta dengan tangan yang menggenggam erat baju yang lebih tua. Sudah dibilang kan, kalau Fares itu takut rumah sakit.
"Bang Tirta makasih ya."
.
.
.
.
.
Fares masuk kedalam rumahnya hanya disambut oleh pak mun, sepertinya ayahnya juga Raefal belum pulang. Fares menghela nafas, dia juga ingin diperlakukan sama seperti Raefal."Den Fares." Fares tersenyum pada pak mun.
"Iya pak?" Fares menatap pak mun yang terlihat bingung, seperti ada hal yang ingin disampaikan.
"Pak mun mau ngomong apa?" pak mun menghela nafas sebelum mulai berbicara.
"Anu den, pak mun mau ijin pulang kampung, anak bapak mau nikahan." Fares terdiam sejenak sebelum akhirnya tersenyum.
"Berapa lama pak?"
"mungkin sekitar dua minggu den." Fares tetap tersenyum meskipun pak mun menatapnya gugup.
"Pak mun bisa bilang ke papa pak, pasti diijinin." pak mun membalas senyum Fares.
"Makasih ya den." Fares justru mengerjap bingung.
"Kenapa makasih sama Fares pak?" pak mun hanya menggeleng.
"Gak papa den, kalau gitu pak mun mau telfon tuan dulu buat minta ijin." Fares mengangguk, setelahnya pak mun sudah keluar dari rumah.
"Hah, semoga nanti papa gak ngajak Raefal pergi-pergi lagi."
.
.
.
.
.
Raefal langsung bergegas pergi kekamar Fares begitu dia dan sang papa sampai dirumah. Raefal bahkan mengabaikan peringatan Abi, untuk tidak berlari.Cklek
"Abang." Raefal memasuki kamar Fares dengan perlahan, terutama saat melihat Fares tengah terlelap di ranjangnya.
"Efal kangen sama abang." Raefal ikut merebahkan dirinya disamping Fares, memeluk tubuh mungil itu dari samping.
"Efal tidur sini ya bang." bisik Raefal saat memeluk tubuh Fares. Sedangkan tanpa Raefal sadari Fares tersenyum dalam tidurnya.
Cklek
Abi perlahan mendekati kedua anaknya yang tengah terlelap. Ada rasa bersalah yang menyeruak dihatinya begitu dia menatap wajah tirus putra sulungnya. Dia sangat tau bahwa selama ini dia sudah melakukan banyak kesalahan pada Fares. Tapi ego selalu bisa mengalahkan rasa sayangnya.
"Papa menyanyangi kalian."
.
.
.
.
.
Fares hanya terdiam saat Raefal memintanya untuk duduk diruang keluarga, bersama Abi tentu saja. Raefal ingin berkumpul bersama, siapa yang akan menolak permintaan Raefal, tentu saja tidak ada. Abi bahkan akan meninggalkan pekerjaannya demi Raefal."Bang Fares, bentar lagi kan abang ulamg tahun, abang pingin hadiah apa?" pertanyaan Raefal yang tiba-tiba membuat Fares tersentak dan menatap takut pada ayahnya. Ayahnya menatap tajam padanya, membuat Fares segera menjawab pertanyaan Raefal.
"Abang udah gede, jadi abang gak perlu hadiah, tapi kalau boleh abang pingin kemakam mama, bertiga." Raefal mengerucutkan bibirnya, sedangkan Abi justru terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wächter
FanfictionFares hanya seorang remaja berusia 17 tahun, yang memiliki mimpi dan keinginan sangat sederhana. Fares hanya ingin sang ayah tersenyum melihatnya karena dirinya sendiri bukan karena dia sudah membuat Raefal tersenyum, Fares hanya ingin sang ayah mer...