14. Melawan takdir?

1.1K 191 12
                                    


.
.
.
.
.
Raefal menatap Fares yang tertidur dengan tatapan bersalah. Penjelasan Tirta tadi pagi membuat Raefal mengingat kembali, makanan apa saja yang tidak bisa dan tidak boleh dimakan oleh Fares, dan selama ini Raefal sama sekali tidak mengetahuinya.

Raefal tidak pernah tau bahwa Fares alergi kacang, itulah kenapa Fares selalu makan roti tawar tanpa apapun selama ini, karena memang Abi hanya menyediakan selai kacang. Raefal tidak pernah tau Fares tidak bisa minum soda, itulah kenapa Fares lebih memilih air putih saat mereka sedang menonton berdua. Raefal juga tidak tau bahwa Fares tidak bisa makan makanan pedas, atau akan berakhir seperti sakit perut, seperti pagi ini, dan itu semua gara-gara Raefal yang memintanya makan nasi goreng pedas kemarin.

"Efal bukan adik yang baik ya bang?" Raefal menunduk, beruntung saat ini Abi sedang ada pekerjaan, jika tidak sudah pasti Fares akan kembali dihukum karena membuat Raefal sedih.

"Baru sadar lo?" Raefal dengan cepat menoleh kearah pintu kamar Fares, ada Regis yang berdiri disana.

"Regis." Raefal menunduk, sejak dulu dia tidak pernah akrab dengan Regis. Sepupunya satu itu selalu saja menatapnya dengan tajam, seperti saat ini.

"Kalau lo gak mau liat bang Fares sakit lagi, inget-inget aja apa yang bisa dan gak bisa bang Fares lakuin. Bang Fares itu manusia dia bukan robot yang bisa sempurna." Regis berbisik pada Raefal, karena dia tau jika dia berbicara sedikit keras, maka Fares akan terbangun.

"Maafin Efal." Regis hanya terdiam saat Raefal mengucapkan itu.

Regis bukan membenci Raefal, dia tidak mungkin membenci Raefal yang notabennya tidak tau bagaimana perlakuan sang papa pada abangnya. Regis hanya tidak suka pada Raefal yang ceroboh, hingga membuat Fares harus menerima akibatnya.

"Gak usah minta maaf ke gue."
.
.
.
.
.
Fares menatap Raefal dengan tatapan bingung. Sejak dia bangun tadi Raefal selalu saja menempelinya, dan mengucapkan banyak sekali kata maaf.

"Kamu kenapa sih Fal?" Raefal menggeleng, dia masih saja memeluk Fares.

"Kamu udah makan?" Raefal kembali menggeleng, membuat Fares mendelik, terutama saat melihat jam dinding, sudah lewat waktu makan Raefal.

"Ayo makan dulu Fal." Raefal masih menggeleng, membuat Fares menggigit bibir bawahnya.

"Aku lagi gak pingin makan bang." Raefal tidak memperhatikan wajah ketakutan Fares.

"Tapi kamu harus tetep makan Fal, udah waktunya kamu minum obat." Raefal menatap kesal pada Fares, saat kakaknya itu mengingatkannya tentang obat.

"Efal gak akan mati cuma karena gak minum obat sekali bang!" Fares terkejut saat nada suara Raefal meninggi.

"Tapi Fal, kalau papa tau pasti papa bakal marah." Raefal berdecak kesal, mendengar hal itu dari Fares.

"Papa gak pernah marah sama Efal." Fares menggigit bibir bawahnya. Ya memang Abi tidak akan marah pada Raefal tapi akan menghajar Fares sebagai gantinya.

"Fal, makan dulu ya." Raefal yang semakin kesal karena terus saja di paksa makan langsung menyentak tangan Fares, dan itu sukses membuat Fares mematung.

"AKU GAK SELEMAH ITU BANG!"

Brak

Setelah mengatakan itu Raefal langsung keluar dari kamar Farea dan masuk kedalam kamarnya. Raefal bahkan tidak menyadari bahwa Abi mendengar teriakannya dari ujung tangga.

"Aku gak pernah anggep kamu lemah." Fares bergumam lirih sambil menunduk. Dia hanya ingin Raefal tetap sehat.

Brak!

"FARESTA, KAMU APAIN RAEFAL?!" Fares terkejut saat pintu kamarnya yang tadi sempat dibanting Raefal, kini kembali dibanting oleh Abi.

"P-papa." Fares melangkah mundur saat Abi mendekatinya dengan wajah marah.

"Apa yang udah kamu bilang ke Raefal, sialan?" Fares tersentak sata lagi-lagi kata sialan tersemat untuknya. Fares takut, meskipun hampir setiap hari dia melihat Abi yang marah padanya, tapi Fares tidak pernah terbiasa.

"A-aku gak bilang apapun pa." Fares mencoba mengatakan yang sebenarnya pada Abi.

"Berhenti bohong di depan papa Faresta!" Fares tersentak, sampai kapan papanya akan seperti ini.

"Kalau kamu emang gak bilang apapun, Raefal gak akan teriak kayak gitu."

Plak

Bugh

Bugh

"Ugh..pa-pa.." Fares memejamkan matanya saat pukulan Abi tepat mengarah pada dadanya.

"A-aku c-cuma hhh ngajak hhh R-raefal hhh makan hhh..." Abi menatap tajam pada Fares yang berusaha untuk berdiri tegak.

"Apa kamu pikir papa bakal percaya sama kamu?" Fares tersenyum miris, tentu saja Abi tidak akan percaya padanya.

"Kamu harus dihukum Faresta, sudah berapa kali papa bilang jangan bikin Raefal sakit atau sedih!" Fares yang mendengar kata hukuman, langsung menegang, tanpa pikir panjang kakinya melangkah cepat kekuar kamar.

"J-jangan..." Fares mencoba menghindari Abi yang mendekatinya, dia tidak ingin berakhir didalam gudang gelap lagi.

"Faresta berhati disana, jangan coba kabur dari hukuman papa!" Fares tidak mendengarkan teriakan Abi, dia mencoba menuruni tangga dengan nafas yang mulai terasa sesak.

"J-jangan hukum Fares." Fares sesekali menoleh kebelakang, melihat Abi yang menyusulnya kekuar kamar. Fares bahkan tidak menyadari bahwa kakinya belum sepenuhnya menginjak anak tangga.

Bruk

"BANG FARES!!!" Raefal yang baru saja keluar dari kamarnya karena suara berisik langsung dikejutkan dengan tubuh Fares yang terguling menuruni tangga. Bahkan Abi pun mematung diujung tangga.

"B-bang Fares." tanpa pikir panjang Raefal berlari menuruni tangga dan menghampiri Fares yang sudah terbaring dengan darah dikepalanya.

"Papa jangan diem aja!" Abi langsung bergerak mengambil alih tubuh Fares dan menggendongnya kemobil.

"Fares tahan sebentar, kita kerumah sakit."
.
.
.
.
.
Raefal menangis dipelukan Abi, dia merasa bersalah, lagi-lagi Fares harus terluka karena nya. Seharusnya tadi dia tidak menolak ajakan makan Fares. Pasti kakaknya itu saat ini masih tidur dikamarnya bukan diranjang rumah sakit.

"Papa jahat sama bang Fares." Raefal meremat kemeja yang digunakan Abi.

"Maafin papa Fal." Raefal menggeleng.

"Papa harus minta maaf sama abang, papa jahat sama abang...Ugh.." Abi terkejut saat Raefal mengerang kesakitan sambil meremas perutnya.

"Efal kamu kenapa?" tanpa basa-basi Abi langsung mengangkat tubuh Raefal dan membawanya ke ugd, meninggalkan kamar rawat Fares.

"Kamu harus tetap sehat nak, kamu harus nemenin papa disini, kamu akan sehat." Abi bergumam disebelah Raefal setelah remaja itu mendapat penanganan juga kamar rawat.

"Dia harus segera dapat donor ginjal Bi. Ginjal Raefal sudah sangat rusak, jantungnya juga." Abi menatap dokter yang juga temannya itu nanar.

"Aku akan carikan ginjal untuk Raefal, dia harus tetap ada disini." Abi mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin kehilangan lagi.

"Lakukan yang terbaik untuk Raefal, aku akan secepatnya menemukan pendonor untuk putraku." Abi terlihat sangat khawatir pada Raefal, bahkan dia melupakan jika putra nya yang lain juga butuh perhatiannya.

"Bertahan sebentar ya sayang, setelah itu papa pastiin kamu sembuh, terus kita bisa hidup bahagia."

"Papa akan lakukan apapun untuk membuat kamu tetap hidup, Raefal."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.

WächterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang