Hari yang dijanjikan Hyunjin.
Tiga puluh menit sebelum pergi, Felix sudah ada di kamar Jeongin. Bukan apa-apa, hanya saja ia yang paling antusias setelah mendengar sang Tuan sendiri yang mengajak Jeongin.
'It's fucking holiday beibeh!'
Sorak Felix dalam hati. Kata keramat yang tidak pernah sekalipun diucapkan seorang Hwang Hyunjin yang selama ini mengusung motto 'kerja, kerja, bunuh'!
Kenyataan itu semakin mendekatkan Felix pada kesimpulan yang selama ini ada dalam kepala."Apa Tuan mengatakan akan membawamu kemana?" Tanyanya tetap sibuk mengacak lemari baju Jeongin, berusaha menemukan setelan terbaik untuk dipakai. Lemari yang tertata rapi, kini hancur lebur bagai dibombardir.
Tuan mengajakku ke restoran miliknya di kota sebelah.
"Restoran milik Tuan?" Gumam Felix heran. Seingatnya, dari semua aset yang Hyunjin miliki tidak ada dalam daftar tertera nama restoran atau tempat makan. Hanya ada beberapa kelab, bar, kasino, dan pabrik senjata. Satu-satunya aset sang Tuan yang mudah dijangkau hanya gedung perkantoran lantai 30 sebagai kamuflase yang terletak di pinggir sungai Han.
Jeongin mengangguk seraya membolak-balik baju di atas tempat tidur yang dilempar Felix. Ada sweater baby blue yang mereka beli di pusat perbelanjaan tempo hari dan satu setel pakaian formal lengkap dengan jas hitam.
"Aku tidak tahu restoran macam apa yang akan kalian datangi. Tidak usah terlalu formal mungkin? Sepertinya Tuan hanya ingin bersantai sambil menikmati makan siang kali ini." Felix menyodorkan setelan celana jeans hitam, kemeja putih lengan panjang berbahan halus dengan aksen dan pita ikat pada bagian leher. Ia menghela Jeongin untuk berganti pakaian.
"Wow." Pria itu berujar kagum begitu pakaian sudah melekat pada badan Jeongin. Ia kemudian membantu mengikatkan pita pada bagian leher. Dengan cekatan Felix meraih sisir di atas nakas, menyisiri rambut hitam halus Jeongin, sedikit menata poninya. Terakhir, ia oleskan pelembab bibir yang selalu dibawa. Jeongin awalnya menolak, namun Felix memaksa.
"Ini pertamakali Tuan mengajak liburan. Kau harus berpenampilan terbaik." Kilah pria bersurai perak itu. Begitu selesai, ia mendorong Jeongin menuju kaca wastafel, menunjukkan hasil kerja kerasnya dengan bangga.
"Cantik sekali." Bisiknya tertahan. "Tuan harus melihat ini."
Felix tidak menyangka, didandani sedikit saja pemuda itu jadi sangat memikat. Cantik, tampan dan manis dalam satu paket.
Jeongin menatap pantulan dirinya pada cermin, tersenyum canggung menanggapi pujian sang rekan. Semburat merah muncul perlahan pada kedua pipi, membuatnya terlihat bagai apel yang baru dipetik, segar.
"Nah, waktunya temui Tuan!" Felix menggamit lengan Jeongin setelah pemuda itu selesai pakai sepatu. Mereka berjalan beriringan menuju pintu depan.
Apa yang Felix katakan tidak sepenuhnya salah. Bertepatan dengan Hyunjin yang turun menyusuri tangga hitam berukir dari lantai dua, mereka juga telah sampai di tangga bawah. Seketika sang Tuan mematung.
"Cantik kan?" goda Felix menaik turunkan alis sembari menyodorkan Jeongin yang terlihat kurang nyaman dijadikan pusat perhatian.
"Berterimakasihlah pada Lee Felix sang master stylish. Wow, sejak kapan kau bisa berpenampilan macam anak muda Tuan?" Pria bersurai perak itu nampak tidak menyangka dengan penampilan yang dipilih Hyunjin untuk liburan.
Sang Tuan sendiri tidak menanggapi ocehan Felix, ia sibuk memandangi Jeongin naik turun. Semakin lama dipandang, semakin pemuda manis itu menunduk tak nyaman. Tanpa sadar Hyunjin tersenyum kecil.
"Baik, cukup kontes menatap-menatapnya, cepat kita pergi!" Felix sudah akan mengajak Jeongin menuju halaman tempat mobil terparkir, namun Hyunjin menarik kerahnya dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRETENDER [HYUNJEONG]
Fanfiction[END] Ia hanya ingin bertahan hidup. Dunia kejam penuh pembunuhan dan bau mesiu bukan sesuatu yang Ia harapkan. Di tengah keputusasaan, Jeongin ingin hidup tanpa penyesalan. Meskipun itu berarti mengotori tangannya dan mengabdi sepenuhnya kepada...