Felix memandangi kepingan putih yang turun lebat dari balik jendela mobil. Jalanan siang lengang, tidak banyak orang-orang lakukan di luar rumah dalam kondisi hujan salju.
Musik lembut terputar sayup, gagal melemaskan saraf tegang. Pikiran pria bersurai perak itu mengembara kemana-mana. Menunggu kabar sang Tuan, memikirkan keadaan aset di Hongkong, hingga mencemaskan kondisi Jeongin saat ini.
Felix melirik pada pemuda manis yang menyandarkan kepala di bahu kiri. Jeongin tidak terlelap seperti dugaan. Manik rubah menatap jalanan di depan. Wajah pucatnya berbanding terbalik dengan senyum tipis tak luntur dari bibir. Pun tangan kiri sesekali mengusap pelan perut di balik mantel cokelatnya.
"Ingin makan sesuatu?" Tanya Felix lembut seraya merangkul Jeongin. Pemuda itu hanya menggeleng, tanpa melepas tatapan dari pemandangan jalan yang mulai memasuki kawasan rumah. Ia memang sedang tidak ingin makan apapun.
"Sudah tiga hari kau susah makan. Ingat nasehat dokter tadi? Ada nyawa lain yang harus diperhatikan saat ini." Felix menghela napas pelan.
Ya. Jeongin tengah mengandung.
Mengikuti saran dokter Bang kemarin, Jeongin melakukan tes sederhana di rumah. Hasilnya, testpack menunjukkan dua garis merah. Mereka cukup terkejut, terutama Felix. Ia tidak menyangka, kecebong milik sang Tuan berenang lincah bagai lumba-lumba akrobatik, hingga membuat Jeongin hamil walau usia pernikahan baru menginjak dua minggu lebih. Bahkan berkas-berkasnya belum selesai diurus Seungmin.
Itu sebabnya hari ini, Felix membawa Jeongin ke rumah sakit. Bang Chan terkekeh geli melihat raut wajah kaget si tengil, heboh menceritakan perihal garis dua perdana yang dilihatnya, sudah seperti suami Jeongin sendiri.
"Ikut aku." Dokter Bang menuntun mereka menuju poliklinik kebidanan, menemui dokter kandungan terbaik rumah sakit, dokter Lee Yu Bin. Wanita cantik bersurai sebahu itu menyambut ramah. Setelah menanyakan beberapa pertanyaan dasar, dokter mempersilahkan Jeongin naik ke meja pemeriksaan untuk dilakukan USG.
"Lihat, ini kantung kehamilannya." Tunjuk dokter pada monitor di depan.
"Oh, anakku." Bisik Felix terharu sembari menutup mulut. Dokter Bang hanya geleng kepala.
"Usia kehamilan sudah lima minggu."
Felix berhenti mendramatisir. Ia menoleh pada Jeongin.
"Yaampun, Tuan curi start rupanya ya?"
Jeongin tidak ambil pusing dengan kalimat Felix. Ia fokus pada layar monitor memperlihatkan kehidupan lain di perutnya. Pemuda manis itu sangat bahagia.
"Ada keluhan yang kau rasakan?"
Jeongin mengingat-ingat. Ia tidak nafsu makan dan sering pusing setelah kejadian kemarin. Pemuda itu mengetik pada ponsel, menceritakan semua gejala yang dialami. Dokter Yu Bin mengangguk paham usai membacanya.
"Keluhan wajar. Hal itu terjadi karena perubahan hormon. Tetap usahakan untuk makan, sedikit-sedikit namun sering. Sementara hindari makanan yang dapat merangsang mual."
"Oh, begitu." Bukan Jeongin, namun Felix yang manggut-manggut mendengar penjelasan. Dokter Yu Bin beralih padanya sembari tersenyum.
"Anda suami pasien?"
"Iya." Jawab Felix tanpa ragu.
"Tolong abaikan, anak ini mengada-ada. Suami Jeongin sedang ada urusan di luar negeri." Bang Chan meluruskan, tidak habis pikir dengan tingkah ajaib anak buah Hyunjin.
"Aku suami kedua Jeongin. Suami pertamanya tega meninggalkan dia tanpa kabar." Balas Felix membuat dokter Bang memijat pelipis. Ada-ada saja.
Mereka memusatkan perhatian lagi pada dokter Yu Bin dan Jeongin yang tengah bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRETENDER [HYUNJEONG]
Fanfic[END] Ia hanya ingin bertahan hidup. Dunia kejam penuh pembunuhan dan bau mesiu bukan sesuatu yang Ia harapkan. Di tengah keputusasaan, Jeongin ingin hidup tanpa penyesalan. Meskipun itu berarti mengotori tangannya dan mengabdi sepenuhnya kepada...