nara melepaskan earphone nya perlahan
gadis itu membeku. pikirannya buyar, matanya kosong. fokusnya hilang entah kemana. seperti ditimpa batu besar, nara memegang dadanya mencari oksigen lebih. napasnya benar benar berat. apalagi sekarang?
apakah takdir gemar mempermainkan hidupnya?, apakah ia tertawa melihatnya terkejut dengan apa yang ia rencanakan?
gadis itu memukul mukul meja belajarnya menyalurkan sesak di dadanya. gadis itu menyerah. sungguh
ia tak sanggup lagi
benar apa yang raina bilang, ia tak bisa melakukannya. nara sudah berantakan sejak awal. gadis itu akui dirinya kalah. nara menarik kembali ucapannya. ia masih sama, gadis yang suka menangis dan cengeng seperti dulu. ia belum berubah
bahkan ia gugur sebelum bertempur
____________________
nara turun dari mobilnya
wajah datar tanpa senyum yang menghiasi itu nampak sedikit menyeramkan dengan guratan lelah disana. rambut dicepol asal menyisakan beberapa anak rambut yang tak terbawa
berjalalan dengan angkuh tak menghiraukan beberapa siswa yang sedang sibuk menggunjingnya tepat dihadapannya. beberapa kalimat kasar masuk ke gendang telinganya. tak jarang mereka juga memaki nya
gadis itu mengasihani mereka yang selalu tertarik dengan setiap jengkal hidup orang lain. mengkritik seolah mereka paling benar dan memaki ketika mereka kesal dengan orang tersebut. apa yang telah mereka capai dalam hidupnya hingga bisa berkata yang tidak tidak pada hidup orang lain?, apa kontribusinya dalam hidup orang lain hingga berani mencaci makinya tanpa ampun?
benar benar sampah
"berani sih gapapa, tapi kalo udah ketauan selingkuh gitu urat malunya udah ilang sih kayanya"
"masih berani setor muka lagi"
nara menghela nafasnya
lagi lagi dan lagi
ia dikira selingkuh
nara menundukkan kepalanya, mengotak ngatik ponselnya sebentar lalu menoleh dengan tatapan datarnya menatap tiga orang wanita dengan penampilan yang tidak bisa disebut seorang pelajar. make up tebal juga rambut warna warni
"coba ulang sekali lagi, lo bilang apa tadi?"
wanita dengan rambut panjang warna warni itu maju menatapnya remeh yang disinyalir bernama anya. senyum menyebalkan itu muncul dari wajah menor tersebut
"jalang kaya lo harusnya ga muncul lagi disekolah. hus hus" tuturnya mengusirnya dengan tangan wanita itunara terkekeh mendengar penuturan itu, menaruh telapak tangannya di mulutnya merasa lucu dengan apa yang ia dengar
"kalo mau ngomongin orang itu minimal ngaca dulu. gua menghargai banget kalo yang gunjing gua bajunya rapi ketutup muka polos pake kacamata" ujarnya, melirik kembali wanita itu dari atas sampai bawah "ini....baju lo ketat banget udah kaya lontong" serunya melipat kedua tangannya didepan dadawanita itu menyunggingkan ujung senyumnya
"rata rata yang polos kaya lo yang menghanyutkan" ujarnya memajukan wajahnya berbisik"gua yang polos kaya gini aja menghanyutkan" ujarnya dengan senyum evilnya "gimana lo yang menor?" bisiknya kembali sama seperti yang wanita itu lakukan
"Denger ya nara davira" ujarnya mendorong bahu wanita itu dengan telunjuk miliknya "udah ga ada lagi yang bela lo sekarang, bahkan haikal sekalipun.lo sampah"
"Pecundang biasanya banyak omong" sahut nara dengan tenang
"Lo ngatain gua pecundang?"
"Oh lo banyak omong?" Tanya nara balik menatap gadis itu remeh
KAMU SEDANG MEMBACA
Nara dan Haikal
Humor"lo gemesin, mau ga jadi pacar gua?" Tentang Haikal yang selalu mengganggu Nara tanpa henti. Dan tentang Nara yang risih di ganggu Haikal tiap hari. Dengan pribadi nara yang mudah marah dan haikal yang selalu memancing amarah. Mampu melengkapi satu...