Nara menundukkan kepalanya. Melirik Juna sebentar
Pria itu masih sama, diam mengamati batu nisan dengan nama ibunya. Lelaki tampan itu enggan beranjak dari sana
Dirinya menghadiri pemakaman tari. Bagaimana pun ia berhubungan baik dengan ibu dari pria itu dulu. Juna tak memaksanya, ia sendiri yang ingin ikut. Ia juga merasa perlu menghadiri pemakaman ini untuk menebus rasa bersalahnya
Bundanya masih sibuk dirumah sakit, menemani tante lastri. Jadi ia memutuskan untuk tak hadir mengantarkan mendiang sahabatnya itu
Ia telah meminta izin pada haikal, dan pria itu menyetujui nya
Entah mengapa juga iya harus meminta izin pada lelaki itu sebenarnya
Gadis itu mengedarkan pandangannya
Sudah tak ada siapapun disini
Beberapa sanak saudara juga kerabat sudah kembali pulang kerumah duka, meninggalkan ia dan juna berdua disana
"Kak" panggil nara masih setia disamping pria itu
Juna berdehem, masih sibuk menatap gundukan tanah yang masih baru itu
"Awan nya item banget, mau ujan kayanya" tutur nara hati hati tak mau semakin merusak suasana hati lelaki tampan itu
Juna sedikit mendongak menatap langit yang sudah bersiap menurunkan rintik hujan
"Istirahat yang tenang, Juna sayang mami" katanya dengan berat hati, mencium pelan batu nisan ituNara masih setia mengelus punggung pria itu
"Mau langsung pulang dulu apa gimana?" Tanya gadis itu
"Mau ketemu raka dulu, ada yang harus diomongin"
____________
"Ga ada yang bisa diomongin" seru pria dihadapannya dengan borgol yang melingkar dikedua pergelangan tangan pria itu
Raka ditetapkan menjadi tersangka kemarin malam. Panggilan terakhir dari mendiang bundanya juga cctv yang tersedia di tempat kejadian menjadikan pria itu satu satunya yang terlibat dalam kasus ini
Ia masih membungkam perihal malam itu
Juna menghela nafas berkali kali. Adiknya itu benar benar keras kepala
"Jangan mempersulit keadaan" kata pria dewasa itu
Raka mendongak
"Keadaan nya emang udah sulit" desisnya"Maka dari itu, kasih tau gua apa yang lo lakuin malem itu"
"Gua udah bilang gua gabisa ngejawab semua pertanyaan diotak lo itu"
"Lo bisa" timpal pria itu masih mencoba "jangan keras kepala gua mohon"
"Lo ga akan percaya sama apa yang bakal gua omongin"
"Gua percaya" kata juna meyakinkan
Raka menggeleng
"Ga ada gunanya ngomongin orang mati""Raka!" Seru pria itu tertahan
Juna memejamkan matanya sekejap menetralisirkan amarahnya
"Gua tau lo baik, lo ga kaya gini dulu"Raka menaikan pandangannya menatap kakak semata wayangnya intens "lo terlalu naif menganggap semua orang itu baik"serunya tajam "Lo bahkan gatau penyebab utama papa ceraiin mami"
Juna mengerutkan keningnya tak mengerti arah pembicaraan mereka
"Maksud lo?"Pria itu diam
"Jawab gua, maksud lo apa?"cecar juna menuntut penjelasan
KAMU SEDANG MEMBACA
Nara dan Haikal
Humor"lo gemesin, mau ga jadi pacar gua?" Tentang Haikal yang selalu mengganggu Nara tanpa henti. Dan tentang Nara yang risih di ganggu Haikal tiap hari. Dengan pribadi nara yang mudah marah dan haikal yang selalu memancing amarah. Mampu melengkapi satu...